3 Sektor Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Minus di Kuartal IV 2020, Apa Saja?

Jika dilihat pada siklus tahunan, sektor pertanian memang selalu tumbuh negatif pada kuartal terakhir sehingga menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 05 Feb 2021, 10:57 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2021, 10:54 WIB
FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2020 Minus 5,32 Persen
Anak-anak bermain di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 minus 2,07 persen. Secara kuartalan (qtq), pertumbuhan ekonomi juga terkontraksi 0,42 persen.

Kepala BPS Kecil Suhariyanto menyebutkan, dari sisi produksi secara kuartalan sebagian besar sektor di kuartal IV sudah mengalami pertumbuhan. Namun ada juga sektor yang masih tertekan. Sektor yang masih tertekan adalah industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan.

"Tetapi karena share dari tiga sektor ini dominan, menyebabkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV secara kuartalan masih mengalami kontraksi tipis 0,42 persen," kata Suhariyanto dalam sesi teleconference, Jumat (5/2/2021).

Jika dilihat pada siklus tahunan, ia mengatakan, sektor pertanian memang selalu tumbuh negatif pada triwulan akhir karena adanya faktor cuaca atau pergantian musim.

"Misalnya saja yang paling nyata karena masalah musiman untuk sektor pertanian, dimana puncak musim panennya sudah jatuh di triwulan II dan III, dan triwulan IV mengalami penurunan sehingga kontraksi," jelas Suhariyanto.

Kendati demikian, dia mencatat sektor pertanian pada kuartal IV masih mengalami pertumbuhan positif 1,75 persen. Itu didorong oleh produksi palawija dan hortikultura yang naik untuk beberapa komoditas, seperti ubi kayu, kacang hijau, pisang, mangga, dan cabai rawit.

Sementara untuk sektor industri pengolahan memang terkontraksi minus 2,93 persen. Itu tercermin dari produksi LNG yang minus 6,63 persen, mobil minus 46,37 persen, sepeda motor minus 40,21 persen, dan semen minus 9,26 persen.

Senada, sektor perdagangan juga terkontraksi minus 3,72 persen. Itu disebabkan oleh penjualan mobil wholesale minus 48,35 persen, penjualan sepeda motor minus 43,57 persen, indeks penjualan riil suku cadang minus 23 persen, dan indeks ritel minus 12,03 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sepanjang 2020 Minus 2,07 Persen

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2020 Minus 5,32 Persen
Pedagang berjualan makanan ringan di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen. Sementara itu pada triwulan IV 2020 pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen dan secara year on year kontraksi sebesar 2,19 persen.

"Pertumbuhan ekonomi secara q to q mengalami kontraksi sebesar 0,42 persen dan pertumbuhan ekonomi y on y dibanding 2019 kontraksi 2,19 persen. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 mencapai kontraksi 2,07 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam rilis Pertumbuhan Ekonomi secara daring, Jakarta, Jumat (5/2/2021).

Perekonomian di berbagai negara pada triwulan IV mulai membaik dibanding triwulan sebelumnya. Namun perbaikan belum terlalu signifikan dan masih dibayangi oleh kekhawatiran Virus Corona.

Pada triwulan IV berbagai negara kembali melakukan lockdown akibat peningkatan kasus Virus Corona. Beberapa negara masih kontraksi, yang positif hanya Tiongkok dan Vietnam.

Inflasi diberbagai negara di 2020 juga mengalami perlambatan signifikan bahkan mengarah ke deflasi. Hal ini disebabkan oleh pembatasan mobilisasi juga pergerakan masyarakat diseluruh negara.

"Pandemi menghantam dua sisi, baik dari sisi demand maupun supply," kata Suhariyanto dalam melaporkan laju pertumbuhan ekonomi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya