Liputan6.com, Jakarta - Melemahnya permintaan produk karena Pandemi Covid-19, tak membuat produksi PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) terganggu. Selama tahun 2020, PTBA mampu memproduksi 24,8 juta ton batu bara hingga Desember 2020.
"PTBA mampu memproduksi 24,8 juta ton batu bara hingga Desember 2020 atau 99 persen dari target yang telah disesuaikan menjadi 25,1 juta ton," kata Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (12/3).
Baca Juga
Selain itu, kinerja angkutan batu bara juga menunjukkan performa yang terjaga. Kapasitas angkutan batu bara tercatat mencapai 23,8 juta ton naik 3 persen dari target tahun ini.
Advertisement
Dari sisi kinerja penjualan batu bara yang terealisasi sebesar 26,1 juta ton atau naik 5 persen dari target 2020. Hal ini terjadi karena masih terjaganya kinerja operasional perusahaan sepanjang 2020.
Dengan kata lain, hasil dari penerapan operational excellence yang berkelanjutan dan perluasan pasar yang menjadi strategi perusahaan dalam menjalankan bisnis di tahun ini.
Selama pandemi, PTBA juga melakukan efisiensi di tengah menurunnya harga batu bara dan penurunan permintaan. Beberapa strategi efisiensi yang telah dilakukan PTBA di segala lini yakni dengan menurunkan biaya usaha dan pengendalian biaya pokok produksi.
"Kami terus melakukan upaya penurunan biaya usaha dan pengendalian biaya pokok produksi melalui penerapan optimalisasi di setiap lini operasi," katanya.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Target Kinerja 2021
Sementara itu, tahun 2021 PTBA menargetkan kenaikan volume produksi menjadi 29,5 juta ton. Kenaikan penjualan juga ditingkatkan dari 26,1 juta ton di 2020 menjadi 30,7 ton di 2021.
"Perseroan menargetkan kenaikan volume produksi dari 24,8 juta ton di 2020 menjadi 29,5 juta ton di 2021," kata dia.
Selain itu, di tahun yang sama Perseroan akan meningkatkan investasi dalam mengembangkan diversifikasi usaha dan hilirisasi batubara. Total investasi yang direncanakan pada 2021 untuk sektor tersebut adalah sebesar Rp 3,8 triliun.
Anisyah Al Faqir
Merdeka.com
Advertisement