Menu Favorit saat Ramadan, Impor Kurma Melonjak Tembus Rp 249 Miliar

Indonesia memang sudah gencar mendatangkan kurma dari sejumlah negara sejak Januari lalu, utamanya dari kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 15 Apr 2021, 14:14 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2021, 14:14 WIB
Jadwal Buka Puasa Hari Ini
Kurma / Sumber: iStockphoto

Liputan6.com, Jakarta Kurma menjadi salah satu menu favorit pada musim Ramadan atau jelang Lebaran Idul Fitri 2021. Alhasil, impor kurma melonjak.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor kurma melonjak sejak Januari-Maret 2021. Hingga Maret, impor kurma mencapai nilai total USD 17,1 juta atau sekitar Rp 249,95 miliar (kurs rupiah Rp 14.617 per dolar AS).

"Biasanya kita impor kurma karena kita tidak memproduksinya. Nilainya memang naik selama Januari USD10,3 juta, Februari nilai kurma naik USD 14,9 juta, dan Maret naik menjadi USD 17,1 juta dolar," papar Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam sesi teleconference, Kamis (15/4/2021).

Suhariyanto mengatakan, Indonesia memang sudah gencar mendatangkan kurma dari sejumlah negara sejak Januari lalu, utamanya dari kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah.

"Jadi dari Januari sudah ada impor kurma, dan itu kita impor dari beberapa negara. Ada tiga pengimpor utama, yaitu Mesir, Tunisia dan Arab Saudi," kata Suhariyanto.

Adapun nilai impor Indonesia pada Maret 2021 naik 26,55 persen secara bulanan (month to month/mtm) dari Februari 2021, menjadi USD 16,79 miliar. Secara tahunan atau year on year (yoy) juga meningkat 25,73 persen.

Menurut Suhariyanto, angka impor yang naik ini merupakan hal baik setelah perdagangan internasional Indonesia sebelumnya tertatih-tatih akibat pandemi Covid-19.

"Pada Maret 2021 impor tumbuh menggembirakan USD 16,79 miliar. Dibandingkan Februari, impor Maret naik 26,55 persen. Secara yoy, impor indo naik 25,73 persen," ujar dia.

 

 

Saksikan Video Ini

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD 1,57 Miliar di Maret 2021

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mencatat, neraca perdagangan pada Maret 2021 surplus sebesar USD1,57 miliar. Surplus tersebut terjadi akibat nilai ekspor tercatat lebih tinggi sebesar USD18,35 miliar sedangkan posisi nilai impor sebesar USD14,07 miliar.

"Selama bulan Maret 2021 ini neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD1,57 miliar," katanya dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/4).

Dia mengatakan, surplus ini jauh lebih bagus jika dibandingkan neraca perdagangan pada Maret 2020, yang pada waktu itu mengalami surplus hanya USD0,72 miliar. Juga meningkat dibandingkan surplus pada Maret 2019 yang hanya sebesar USD0,70 miliar.

"Jadi kalau kita lihat berdasarkan sektor penggunaan barangnya performa ekspor dan impor pada Maret 2021 ini sangat bagus sekali. Karena ekspor meningkat 30,47 persen. Sementara impornya juga naik tinggi 25,73 persen," jelasnya.

Dia menambahkan, pada Maret 2021 ini Indonesia mengalami surplus dengan beberapa negara. Beberapa diantaranya adalah Amerika Serikat neraca dagang RI Surplus USD1,3 miliar, Filipina USD592 juta dan India USD502 juta.

Sebaliknya dengan beberapa negara neraca perdagangan Indonesia juga masih mengalami defisit. Seperti pada Australia tercatat minus USD529 juta, Korea Selatan minus USD503 juta dan Thailand minus USD281 juta.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya