Liputan6.com, Jakarta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kembali memberi pesan ke mahasiswa. Ia meminta mahasiswa mulai berpikir untuk meningkatkan kapabilitas personal, utamanya menghadapi tantangan ekonomi.
Dalam beberapa kesempatan, Erick kerap menyampaikan hal ini. Tujuannya, guna generasi muda mempersiapkan diri menghadapi masa depan.
Baca Juga
"Kalau kita bicara kebangsaan, kebangsaan kita ini sedang ditantang, karena itu saya bilang, jangan terjebak pergerakan terus, adik-adik mahasiswa, tantangan kalian itu adalah yang namanya peningkatan kapabilitas dan ekonomi," katanya dalam sesi diskusi bersama mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Selasa (21/6/2022).
Advertisement
Dengan begitu, Ia meminta mahasiswa mulai mencari cara meningkatkan kualitas ekonomi. Jadi, tak hanya berbicara aspek politiknya saja.
"Kalau kita terjebak selalu di politik, tidak salah, politik itu bagian dari kehidupan, tetapi ekonomi dan kapabilitasnya diambil orang, kebangsaan kita akan runtuh," ungkapnya.
Dalam menghadapi tantangan ekonomi yang ada, kata dia, perlu dibarengi dengan karakter diri yang mumpuni. Maksud Erick merujuk pada akhlak dari pribadi masing-masing.
Ini sekaligus juga melengkapi proses peningkatan kapabilitas untuk merespons tantangan ekonomi Indonesia kedepan. Diantaranya, peluang ekonomi digital hingga wirausaha mapan.
"Sudah waktunya kita sebagai bangsa introspeksi diri, kita harus mengintrospeksi kebangsaan kita. Menjadi basis daripada kultur karakter yang dipunya founding father kita, kita semua sudah punya, tetapi jangan terus luntur," katanya.
"Saya selalu bilang kepintaran itu penting, tapi kepintaran tanpa karakter, tanpa akhlak, akhirnya jadi tipudaya, yang pintar menipu yang bodoh," imbuhnya.
Â
Pentingnya Akhlak
Lebih lanjut, mantan presiden Inter Milan itu juga membagikan pentingnya karakter dengan akhlak. Serta, dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa.
"Nah kalau kepintaran itu dipunyai kita, percaya saya, karakter bangsa kita bagus. Cuma kalau kepintaran itu dimiliki bangsa lain, belum tentu dia peduli dengan bangsa kita, kita akan jadi bangsa-bangsa yang bodoh," katanya.
Hal yang sama juga berlaku bagi orang-orang di indonesia dalam mengelola potensi di tanah air. Ia menekankan perlu ada akhlak yang baik dalam mengelola potensi tersebut.
"Sama, kekayaan kita yang luar biasa apakah alam, market kita besar, penduduk banyak, kalau kekayaan itu tak kita kelola dengan karakter yang baik akhlak baik akhirnya kerakusan," kata dia.
"Kalau ini dikelola bangsa lain yang tak punya karakter yang sama dengan kita salah mereka rakus? Mereka tak kenal kita. Orang bangsa kita aja menjadi kaya jadi rakus, ini yang kita harus jaga," tambah Erick.
Â
Advertisement
Erick Thohir: Problem Bangsa Kita Tak Punya Komitmen Jangka Panjang
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkap masalah yang dimiliki Indonesia. Yakni, tak adanya komitmen jangka panjang.
Hal ini, menurutnya, membuat Indonesia tertinggal di berbagai bidang. Salah satu yang dicontohkannya terkait aerospace.
"Kalau bicara aerospace lebih tertinggal lagi kita, karena memang sudah cikal bakal yang dilahirkan pak Habibie itu luar biasa. Tetapi problemnya sama, kita sebagai bangsa tak punya komitmen jangka panjang," katanya dalam sesi diskusi bersama mahasiwa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Selasa (21/6/2022).
Guna membangkitkan komitmen ini, ia telah mengambil langkah di industri pertahanan dalam negeri. Ini melalui penandatanganan bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
"Supaya industri pertahanan kita ini jangan punya roadmap pertahun, harus roadmap 10 tahun, supaya industrinya bisa diturunkan," katanya.
Hal yang sama juga berlaku di industri digital. Potensi ekonomi digital indonesia terbilang besar, jika tak dimanfaatkan, kata dia, Indonesia hanya akan menjadi pasar tujuan.
Di sisi lain, sektor logistik diakui Erick juga masih tertinggal. Ini tercermin dari biaya logistik yang berlaku di Indonesia.
"Kita hari ini baru bicara memperbaiki coat logistic kita yang termahal di dunia, dengan 23 persen dibansingkan negara-negara lain (sebesar) 12 persen (dari total biaya)," ungkapnya.
Â
Bangun Infrastruktur
Lebih lanjut, Erick menuturkan dalam menekan biaya logistik itu dilakukan dengan pembangunan infrastruktur. Namun, ia pun kerap menerima sentilan-sentilan bernada negatif.
"Dengan membangun jalan tol, airport, pelabuhan, itu pun di marah-marahin, katanya utang terus," katanya.
Padahal, ia menggambarkan Korea Selatan yang gencar membangun infrastruktur sejak tahun 1960-an. Hasilnya, bisa menghasilkan negara Korea Selatan yang cukup mampu berdiri ekonominya saat ini.
"Padahal korea (selatan) di tahun 60-an membangun infrastrukturnya pada saat korea (selatan) baru selesai perang, itu 50 persen anggarannya buat infrastruktur. Jadilah korea hari ini," katanya.
"Kita sudah terlalu lama juga tidak membangun infrastruktur kira. Jadi memang tadi yang namanya inovasi itu akan juga ke logistik," tambahnya.
Advertisement