Ajang Ini Cari Solusi Tekan Sampah Plastik di Industri Makanan dan Minuman

Hack-SUP Innovation Lab merupakan bagian dari The SUP Challenge yang berfokus pada pengurangan penggunaan plastik sekali pakai di industri makanan dan minuman di lima negara, termasuk Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Sep 2022, 07:45 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2022, 07:45 WIB
Ilustrasi sampah plastik (pexels)
Prancis akan malarang penggunakan kemasan plastik untuk mayoritas jenis buah dan sayur demi mengurangi sampah plastik.

Liputan6.com, Jakarta Pada bulan Juni lalu, Instellar Indonesia secara resmi mengumumkan 20 eco-innovator untuk Hack-SUP Innovation Lab. Program ini merupakan kerjasama antara Instellar Indonesia dan The Incubation Network, yang didanai oleh PREVENT Waste Alliance, sebuah inisiatif dari Pemerintah Federal Jerman dan ECCA Family Foundation.

Hack-SUP Innovation Lab merupakan bagian dari The SUP Challenge yang berfokus pada pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dalam industri makanan dan minuman di lima negara; India, Indonesia, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

“Kami memahami bahwa transisi plastik hanya terjadi jika semua pemangku kepentingan berkolaborasi bersama. Itu sebabnya kami ingin membantu percontohan ini masuk ke pasar dan memvalidasi model bisnis, perilaku pelanggan, dan kolaborasi antara pemilik usaha F&B dan perusahaan rintisan solusi SUP kami,” ujar Head of Program Instellar Indonesia  Ivy Londa dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (15/9/2022).

Sebanyak 20 eco-innovator berasal dari dua tipe dasar; tipe (A) yang memproduksi atau mendukung pengganti plastik (sekali pakai) melalui model penggunaan kembali dan isi ulang, dan tipe (B) yang memproduksi atau mendukung pengganti plastik (sekali pakai) melalui penggunaan alternatif non-plastik atau bahan berkelanjutan.

Mereka telah bergabung dengan Pilot Lab dan Partnership Lab pada bulan Juli untuk mempelajari banyak topik menarik mulai dari pengukuran jejak karbon hingga menyusun cerita untuk produk berkelanjutan.

Mereka juga diundang untuk mengirimkan proposal proyek percontohan (pilot project) dengan mitra F&B di seluruh Indonesia. Pada pertengahan Agustus, Hack-SUP Innovation Lab menyambut 10 eco-innovator terpilih untuk diberikan hibah masing-masing hingga sebesar USD 5.000 untuk melakukan proyek percontohan dengan mitra F&B.

 

Pilot Project

Ilustrasi sampah plastik
Ilustrasi sampah plastik (dok.unsplash/ Nick Fewings)

EcoplastID (Bandung), Go Purun (Banjarmasin), Rumah Jambe-e (Jambi), Plépah (Jakarta) yang memproduksi wadah makanan atau peralatan makan dan minum yang dapat dikomposkan. Allas (Jakarta) dan Koinpack (Jakarta) yang menyediakan wadah makanan atau minuman yang dapat dikembalikan dan digunakan kembali.

Biopac (Bekasi) dan Evoware (Jakarta) yang memproduksi wadah atau kemasan makanan yang dapat dikonsumsi. Juga, Izifill (Bandung) dan Econesia (Jakarta) menyediakan stasiun air isi ulang atau dispenser.

Pada bulan September, 10 eco-innovator secara resmi memulai pilot project dengan 20 F&B Partners dan berlokasi di 8 kota di Indonesia (Jakarta, Sidoarjo, Malang, Banyuwangi, Solo, Bekasi, Jambi, dan Bandung) dan 37 warung nasi di Jabodetabek ( Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi).

Hack-SUP Innovation Lab akan mengukur seberapa banyak plastik yang dapat dihindari dari solusi yang diterapkan oleh mitra F&B yang bekerja dengan masing-masing eco-innovator ini, kemudian menghitungnya di akhir bulan untuk data studi.

Wawasan yang diperoleh dari proyek percontohan akan berkontribusi pada studi seputar pemahaman dampak lingkungan dari alternatif kemasan plastik sekali pakai.

 

Dampak Lingkungan

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021, Sampah Plastik Masih Jadi Pekerjaan Rumah Bersama
Ilustrasi sampah plastik. (dok. Nick Fewings/Unsplash)

Hasilnya akan menguraikan pertimbangan lingkungan yang terkait dengan model bisnis penggantian sekali pakai dan peluang untuk mengurangi dampak negatif atau mengenali penghematan karbon, relatif terhadap produksi plastik murni.

“Sektor pangan harus mengadopsi solusi baru dan inovatif yang dapat menjawab kebutuhan rantai pasokan, mendukung ketahanan pangan dan kebutuhan konsumen di lingkungan pascapandemi,” kata Global Head of Circularity SecondMuse Simon Baldwin.

“Agar industri dapat mengurangi ketergantungannya pada plastik, solusi alternatif harus diidentifikasi. Yang kami butuhkan sekarang adalah para startup untuk mengejar inovasi, bekerja dengan mitra untuk berbagi pengetahuan dan keahlian, dan bergabung dengan kami saat kami memulai perjalanan berkelanjutan bersama," lanjut dia.

 

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya