Liputan6.com, Jakarta Sejumlah harga pangan di Jakarta mengalami penurunan. Berdasarkan data Informasi Pangan Jakarta, misalnya harga berbagai jenis cabai rata-rata turun. Salah satunya cabai merah keriting turun menjadi Rp 64.425 per kg dari sebelumnya Rp 67.084 per kg.
Sama halnya dengan harga cabai merah besar menjadi Rp 68.044 per kg dari sebelumnya Rp 69.332 per kg. Cabai rawit hijau Rp 47.212 per kg dari sebelumnya Rp 49.233 per kg.
Baca Juga
Harga Bawang merah juga turun menjadi Rp 36.978 per kg dari sebelumnya Rp 37.318 per kg, bawang putih harganya menjadi Rp 29.765 per kg sebelumnya Rp 29.847 per kg.
Advertisement
Harga telur juga turun tipis di kisaran Rp 27.276 per kg dari sebelumnya Rp 27.478 per kg. Disusul harga daging sapi murni turun menjadi Rp 143.510 per kg dari sebelumnya Rp 143.616 per kg, sementara harga daging sapi paha belakang masih stabil di kisaran Rp 148.333 per kg.
Harga daging ayam juga turun tipis menjadi Rp 37.800 per ekor. Namun, yang mengalami kenaikan ada di komoditas beras. Beras Premium naik tipis menjadi Rp 12.158 per kg, sedangkan beras medium masih stabil Rp 9.768 per kg.
Sementara, berdasarkan harga kebutuhan pokok secara nasional, dikutip dari laman Sistem pemantauan pasar dan kebutuhan pokok Kementerian Perdagangan, Sabtu (24/9/2022) harga beras stabil di kisaran Rp 12.700 per kg untuk beras premium dan medium Rp 10.600 per kg.
Lalu, harga cabai merah besar Rp 52.600 per kg dari sebelumnya Rp 53.600 per kg, cabai merah keriting turun menjadi Rp 56.100 per kg sebelumnya Rp 56.500 per kg, cabai rawit merah Rp 66.300 per kg sebelumnya Rp 67.000 per kg.
Selanjutnya, secara nasional harga bawang merah di kisaran Rp 34.400 per kg turun sedikit dari sebelumnya Rp 34.500 per kg, tapi harga bawang putih naik Rp 100 yakni Rp 26.600 per kg sebelumnya Rp 26.500 per kg.
Harga daging ayam ras turun Rp 34.900 per kg sebelumnya Rp 35.000 per kg, dan harga daging sapi belakang naik Rp 136.000 per kg sebelumnya Rp 135.900 per kg.
Badan Pangan Nasional Segera Tetapkan Harga Acuan Kedelai
Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) akan merumuskan harga acuan pembelian kedelai lokal. Tujuannya memberikan kepastian harga di tingkat petani dan akhirnya mendorong produktivitas dalam negeri.
“Sesuai arahan Presiden, kita segera menyiapkan kebijakan harga tersebut, tentunya dengan mengajak semua stakeholder terkait untuk duduk bersama,” ungkap Kepala Badan Pangan Nasional Arief Presetyo Adi, dalam keterangannya, Selasa (20/8/2022).
Arief menyebut kisaran harga acuan kedelai sekitar Rp 10.000 per kilogram. Menurutnya, harga di kisaran tersebut harus dapat memberikan keuntungan bagi petani. Namun, penetapan harga tersebut harus beriringan dengan peningkatan produktivitas kedelai yang dihasilkan.
Presiden Jokowi dalam arahannya menekankan agar kebutuhan kedelai di Indonesia tidak bergantung pada impor. Karena itu, Kementerian Pertanian diminta untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menanam bibit varietas unggul, dan bila diperlukan menggunakan bibit produk rekayasa genetik (genetically modified organism/GMO). Dengan menggunakan bibit GMO diharapkan produksi kedelai per hektar dapat meningkat dari 1,6 sampai 2 ton per hektar menjadi sekitar 3,5 sampai 4 ton per hektar.
Lebih lanjut dijelaskan Arief, untuk mendorong peningkatan produksi kedelai, pemerintah melalui Kementan tengah menyiapkan perluasan lahan tanam kedelai dengan mengejar target hingga 600 ribu hektar produksi secara bertahap.
Salah satunya melalui optimalisasi lahan di Konawe, provinsi Sulawesi Tenggara, sekitar 30 ribu hektar seperti yang disampaikan Menteri ATR/BPN dalam Rapin siang ini dengan Bapak Presiden.
Untuk meningkatkan daya saing produksi kedelai dalam negeri, Arief juga mengatakan perlunya pemberlakukan kebijakan tarif impor kedelai yang besarannya akan ditentukan segera.
Advertisement
Jokowi Minta Petani Tak Rugi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya untuk meningkatkan produksi kedelai nasional agar kebutuhan kedelai dalam negeri tidak 100 persen bergantung kepada impor. Arahan Jokowi disampaikan saat memimpin rapat tata kelola dan peningkatan produktivitas kedelai di Istana Merdeka, Jakarta.
"Bapak Presiden ingin agar kedelai itu tidak 100 persen tergantung impor, karena dari hampir seluruh kebutuhan yang 2,4 (juta ton) itu produksi nasionalnya kan turun terus," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto selepas rapat di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (19/9/2022).
Airlangga menyebut, Jokowi meminta jajarannya menentukan harga kedelai agar petani tidak dirugikan. Untuk itu, kepala negara meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membeli dari petani dengan harga yang telah ditentukan.
"Jadi untuk itu, untuk mencapai harga itu nanti ada penugasan dari BUMN agar petani bisa memproduksi. Itu di harga Rp10.000 (per kilogram)," imbuh Airlangga.
Tidak Menarik
Dia menambahkan, persoalan harga yang kurang menarik bagi petani membuat mereka enggan menanam kedelai dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut Airlangga, petani tidak bisa menanam kedelai jika harganya di bawah Rp10.000 per kg karena akan kalah dengan harga impor dari Amerika Serikat yang hanya Rp7.700 atau bahkan lebih murah.
"Jadi kita di 2018 misalnya kita produksinya di 700 ribu hektare, nah sekarang di 150 ribu hektare. Jadi kalau petani disuruh milih tanam jagung atau kedelai, ya mereka larinya ke jagung semua. Nah sekarang kita kan ingin semua ada mix, tidak hanya jagung saja tetapi kedelainya juga bisa naik," jelasnya.
Advertisement