Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia terus melakukan langkah lanjutan untuk mengatasi inflasi pangan di sejumlah daerah, baik dari sisi pasokan maupun permintaan. Salah satunya di kawasan Timur Indonesia.Â
Melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sulampua (Sulawesi, Maluku, dan Papua) upaya pengendalian inflasi pangan dimulai dari Manado, Sulawesi Utara, sebagai wilayah yang berperan penting dalam pembentukan harga di tiga wilayah pulau ini.
Baca Juga
Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman, menyebut Manado merupakan salah satu kota di Sulawesi Utara yang inflasinya di bawah 4 persen, kendati begitu inflasi tersebut harus tetap dijaga.
Advertisement
Tercatat pada bulan Agustus inflasi Indonesia mencapai 4,69 persen, sudah ada penurunan tetapi tetap sumbangannya berasal dari kelompok harga pangan bergejolak atau volatile food. Kemudian juga dari proses transmisi dari harga-harga energi yang masuk ke dalam kelompok barang yang ditentukan oleh Pemerintah atau administered price.
Sementara, untuk inflasi dari sisi permintaan menunjukkan pertumbuhan ekonomi itu baru 3,04 persen. Jadi, masih di bawah target inflasi kita 3 plus minus 1 persen. Bahkan kalau kita lihat di Sulampua ini masih sama, tren inflasinya lebih tinggi dari inflasi nasional.
"Yang bagus ini ada di Sulawesi Utara inflasinya masih di bawah 4 persen, baik di Manado maupun di kotamobagu. Mudah-mudahan kita bisa terus jaga tren ini ke depan," kata Aida dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Sulampua, Senin (3/10/2022).
Bank Indonesia pun berharap inflasi di Manado bisa terus dijaga, karena pihaknya melihat tekanan inflasi masih berlanjut, harga pangan dan energi masih mengalami peningkatan, dan disrupsi dari pasokan terus terjadi sehingga resiko inflasi Indonesia di atas 4 persen di tahun 2022 dan di tahun 2023 juga diproyeksikan masih tinggi.
"Untuk itulah kami di Bank Indonesia pada bulan ini mengangkat tema bauran kebijakan menjaga sinergi untuk stabilisasi dan pemulihan ekonomi," ujarnya.
Â
Inflasi Pangan
Upaya tersebut Bank Indonesia lakukan dengan menjaga inflasi pangan melalui pasokan, dan diharapkan bisa membantu menjaga laju inflasi dari kelompok lainnya.
Lebih lanjut, Aida menjelaskan  filosopi dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan kuncinya adalah sinergi.
"Dengan sinergi kita mengoordinasikan semua program kerja TPID yang kita lakukan, yaitu menjaga keterjangkauan harga, menjaga kelancaran distribusi, ketersediaan pasokan dan komunikasi sehingga menghasilkan hasil yang lebih baik lagi," ucapnya.
GNPIP ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden Republik Indonesia atas arahan Rakornas TPIP pada 18 Agustus 2022, dan kemudian ditindak lanjuti dengan peluncuran GNPIP nasional di Surabaya oleh Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada 14 September 2022.
Seperti arahan Presiden, penting untuk melanjutkan GNPIP karena ini untuk menjaga perekonomian kita dari ketidakpastian global, dan inilah yang pihaknya lihat di Rapat Gubernur Bank Indonesia 21-22 September yang lalu, dimana memang perekonomian global diwarnai dengan prospek perekonomian yang menurun.
Bahkan dibeberapa negara muncul istilah resesi dan inflasi yang tinggi. Selanjutnya, adalah kecepatan normalisasi moneter dari negara-negara maju sehingga menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global.
"Di dalam negeri semua indikator-indikator yang kami pantau seperti pertumbuhan perekonomian, kemudian sektor eksternal, stabilitas sistem keuangan termasuk kredit dan UMKM masih berjalan dengan baik. Yang menjadi pekerjaan kita adalah tentang menjaga transmisi harga energi dan komoditas ke dalam negeri," pungkasnya.Â
Advertisement
Tips Keuangan Antisipasi Dampak Inflasi Global ala OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan tips keuangan untuk mengantisipasi dampak inflasi dan stagflasi yang terjadi secara global. Sebab, inflasi dan stagflasi ini bisa berdampak ke kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah daya beli menurun karena adanya kenaikan harga, serta peningkatan angka pengangguran.
Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) menyatakan kenaikan suku bunga yang terjadi serentak di seluruh dunia dalam rangka penanganan inflasi, berisiko menyebabkan resesi global dan krisis keuangan di berbagai belahan di dunia seperti Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Uni Eropa, hingga Jepang.
Mengutip dari Instagram resmi OJK @ojkindonesia, Minggu (2/10/2022), OJK menjelaskan inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan stagflasi adalah pertumbuhan ekonomi yang terus melambat disertai dengan kenaikan harga secara terus-menerus (inflasi).
Lalu bagaimana kiat kita menghadapinya? Jangan panik, kita bisa mengantisipasinya dengan mengelola keuangan secara tepat. Mulai dari mengatur pos keuangan, mencari tambahan pendapatan, mempersiapkan dana darurat, dan berinvestasi sesuai profil risiko.
Berikut tips mengantisipasi dampak inflasi dan stagflasi ala OJK:
1. Kelola Pos Keuangan
Kenaikan harga perlu diantisipasi dengan mengatur ulang pos keuangan. Pisahkan pos kebutuhan dan keinginan.
2. Mencari Tambahan Pendapatan
Kamu dapat mencoba untuk berbisnis memanfaatkan platform daring atau melakukan pekerjaan sampingan sesuai hobi kamu.
3. Siapkan Dana Darurat
Dana darurat untuk kebutuhan tidak terduga. Dana darurat disimpan dalam bentuk simpanan di Bank agar aman dan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dana darurat ini akan berguna untuk mengantisipasi hal buruk yang bisa terjadi di masa stagflasi seperti pemotongan gaji bahkan PHK.
4. Berinvestasi Sesuai Profil Risiko
Pilih instrumen investasi yang memberikan imbal hasil yang lebih besar dari tingkat inflasi dan jangan lupa melakukan diversifikasi produk investasi.