Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor Indonesia pada Oktober 2022 sebesar USD 19,14 miliar. Jumlah tersebut masih lebih kecil secara month to month dibanding angka impor September 2022.
"Secara total nilai impor di Oktober, dibandingkan September 2022 yang sebesar USD 19,81 miliar atau mengalami penurunan sebesar minus 3,40 persen," jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Selasa (15/11/2022).
Baca Juga
Setianto merinci, nilai impor komoditas migas dan nonmigas pada Oktober 2022 kompak terpangkas. Impor migas turun sebesar 1,81 persen, dari USD 3,43 miliar menjadi USD 3,36 miliar.
Advertisement
"Sementara kalau nonmigas yang turun sebesar minus 3,73 persen, dari USD 16,38 miliar menjadi USD 15,77 miliar," imbuh Setianto.
Untuk penurunan impor nonmigas yang sebesar 3,73 persen pada bulan ini terhadap bulan sebelumnya, utamanya terjadi untuk komoditas logam mulia dan perhiasan, atau permata yang turun 35,97 persen.
Kemudian juga mesin dan perlengkapan listrik serta bagiannya, turun 7,60 persen. Dan mesin serta peralatan mekanisme dan bagiannya, turun 5,75 persen.
"Untuk penurunan impor migas yang sebesar 1,81 persen, ini dikarenakan penurunan untuk komoditas minyak mentah yang turun sebesar 7,38 persen," ujar Setianto.
Kendati secara bulanan atau month to month turun, nilai impor Oktober 2022 secara tahunan (year on year/YoY) masih tetap lebih tinggi dari Oktober 2021. Itu mengalami peningkatan 17,44 persen, dari USD 16,29 miliar menjadi USD 19,14 miliar.
Â
Ekspor Oktober 2022 Capai USD 24,81 Miliar, Naik 12 Persen Banding Tahun Lalu
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor per Oktober 2022 mencapai USD 24,81 miliar, atau naik 0,13 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Secara tahunan atau year on year (YoY), itu naik 12,30 persen dibanding ekspor Oktober 2021 yang sebesar USD 22,09 miliar.
"Kalau kita lihat total ekspor kita September 2022 secara month to month, sebesar USD 24,78 miliar. Kemudian di Oktober mengalami peningkatan USD 24,81 miliar," jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Selasa (15/11/2022).
Lebih lanjut, Setianto merinci lebih dalam, kenaikan angka ekspor ini turut disumbang oleh meroketnya ekspor migas secara month to month, dari USD 1,31 miliar menjadi USD 1,38 miliar, atau terjadi peningkatan 4,93 persen.
Sebaliknya, ekspor non migas secara month to month justru mengalami penurunan, atau tumbuh minus 0,14 persen dari USD 23,47 miliar menjadi USD 23,43 miliar.
"Terkait ekspor non migas yang mengalami penurunan sebesar 0,14 persen terhadap bulan sebelumnya, ini dikarenakan penurunan untuk komoditas biji logam dan lainnya, turun sebesar 38,57 persen," terang Setianto.
Penurunan ekspor non migas ini melanjutkan penurunan yang juga terjadi di bulan sebelumnya. Di September 2022, ekspor non migas turun sebesar 10,35 persen terhadap Agustus 2022.
"Pada saat yang sama, terjadi peningkatan ekspor migas sebesar 4,93 persen. Didorong oleh peningkatan komoditas gas 8,34 persen, dan volumenya meningkat 0,74 persen. Hasil minyak juga meningkat 9,02 persen," tutur Setianto.
Advertisement
Ekspor Meroket, Mendag Tetap Waspadai Perlambatan Ekonomi di Negara Ini
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkapkan, pertumbuhan ekspor terus menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia yang tumbuh positif 5,72 persen pada triwulan III 2022.
Pada periode ini, pertumbuhan ekonomi didukung ekspor barang dan jasa yang naik 21,64 persen secara tahunan (year on year) dengan kontribusi mencapai 26,23 persen, meningkat dari kontribusi pada triwulan II dengan persentase sebesar 24,74 persen.
"Kinerja ekonomi Indonesia terus membaik selama 2022. Pada triwulan III 2022, ekonomi Indonesia tumbuh positif lebih tinggi dari capaian triwulan I sebesar 5,02 persen dan triwulan II yang tumbuh 5,45 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini tentunya juga didukung peningkatan kinerja ekspor nasional," ujar Mendag Zulkifli Hasan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan sebesar 21,64 persen, tertinggi kedua setelah impor barang dan jasa yang tumbuh 22,98 persen.
Pendorong Peningkatan
Peningkatan kinerja ekspor tahun ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya fenomena peningkatan harga komoditas ekspor dunia (supercycle commodity).
Selain itu, perbaikan kinerja industri dalam negeri yang tercermin dari perbaikan angka Purchasing Manager Index (PMI) industri manufaktur Indonesia juga turut mendorong ekspor manufaktur Indonesia hingga triwulan III 2022 dengan kontribusi mencapai 46,21 persen terhadap total ekspor Indonesia.
“Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada 2022 antara lain batu bara, kelapa sawit, nikel, dan kopi. Sementara untuk angka PMI manufaktur Indonesia tercatat selalu berada di atas 50, bahkan pada September mencapai angka tertinggi sepanjang 2022, yakni sebesar 53,7," jelas Mendag Zulkifli Hasan.
 Â
Advertisement