BI Naikkan Lagi BI7DRR Sebesar 25 Basis Poin Jadi 5,5 Persen

Selain itu, RDG Bank Indonesia juga memutuskan menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Des 2022, 14:45 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 14:45 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers hasil RDG BI, Kamis (22/12/2022).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers hasil RDG BI, Kamis (22/12/2022).

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Desember 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen. Selain itu, RDG Bank Indonesia juga memutuskan menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.

"Keputusan kenaikan suku bunga yang lebih terukur tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya menurunkan ekspektasi inflasi sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam sasaran 3,0±1 persen," kata Perry dalam Konferensi Pers hasil RDG BI, Kamis (22/12/2022).

Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah juga terus diperkuat untuk mengendalikan inflasi barang impor, disamping untuk meitigais dampak rambatan dari amsih kuatnya dollar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Disisi lain, Perry menyampaikan pertumbuhan ekonomi global menurun disertai dengan ketidakpastian yang masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi global pada 2023 diperkirakan akan menurun dari 2022, dengan risiko resesi yang tinggi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

"Perlambatan ekonomi global dipengaruhi oleh fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi, akibat ketegangan politik yang berlanjut serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju," kata Perry.

Lebih lanjut, Bank Indonesia memperkirakan ekonomi dunia tumbuh sebesar 3 persen pada 2022, tetapi akan menurun menjadi 2,6 persen pada 2023. Sementara itu, tekanan inflasi global masih tinggi meskipun mulai melandai dipengaruhi berlanjutnya gangguan rantai pasokan dan keketatan pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa.

 


Ekonomi Domestik Tetap Baik

Sementara itu di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia tetap baik, permintaan domestik tetap berdyaa tahan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat dan keyakinan pelaku ekonomi tetap terjaga.

"Perkembangan ini tercermin pada berbagai indikator bulan November 2022 dan hasil survei bank Indonesia terkini seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur," ujarnya.

Disisi lain, kinerja ekspor tetap kuat khususnya didorong ekspor batu bara, CPO, besi dan baja, serta ekspor jasa, seiring dengan permintaan beberapa mitra dagang utama yang masih kuat, serta dampak positif kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah.

 

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya