Bank Indonesia Tahan Bunga Acuan 5,75% di Februari 2025

Selain suku bunga acuan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Februari 2025 juga menahan suku bunga deposit facility di kisaran 5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 6 persen.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana Diperbarui 19 Feb 2025, 14:50 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2025, 14:50 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) resmi mempertahankan suku bunga acuan, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen. Kebijakan itu diumumkan dalam sesi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Februari 2025, Rabu (19/2/2025).

Ketetapan Bank Indonesia ini didapat setelah jajaran petinggi bank sentral melakukan rapat bersama selama dua hari pada 18-19 Februari 2025.

"Berdasarkan hasil asesmen dan proyeksi menyeluruh, rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada tanggal 18-19 Februari 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-rate sebesar 5,75 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Selain suku bunga acuan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Februari 2025 juga menahan suku bunga deposit facility di kisaran 5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 6 persen.

"Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga agar perkirakan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran pemerintah, yaitu 2,5 plus minus 1 persen," imbuh Perry.

Menurut dia, stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati prospek ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-rate, dengan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar rupiah," tuturnya.

 

Buka Ruang Penurunan

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur dalam RDG September 2024, Rabu (18/9/2024). (Tira/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur dalam RDG September 2024, Rabu (18/9/2024). (Tira/Liputan6.com)... Selengkapnya

Sebelumnya, Perry juga telah menekankan, penurunan suku bunga acuan BI-rate masih terbuka lebar pada 2025 ini.

Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen, terjaganya nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Perry menjelaskan, bahwa dalam mengambil keputusan mengenai penurunan suku bunga, Bank Indonesia memperhatikan tiga faktor utama yakni perkiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nilai tukar. Ketiga faktor ini saling berkaitan dan mempengaruhi langkah kebijakan moneter yang akan diambil oleh BI.

"Dalam menentukan BI Rate kita akan melihat bagaimana, satu, perkiraan inflasi ke depan. Kedua, bagaimana kita melihat tujuan bersama mendorong pertumbuhan supaya 5,2 persen tahun ini bisa tercapai. Ketiga, kami melihat stabilitas nilai tukar. Tiga hal itu utamanya kita lihat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers KSSK, di Kementerian Keuangan, Jakarta pada Januari 2025 lalu.

 

Dasar Pertimbangan

Adapun pertimbangan pertama, adalah inflasi yang diperkirakan tetap rendah. Bank Indonesia memperkirakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada akhir tahun 2024 sekitar 2,7 persen, dengan inflasi inti yang diperkirakan berada di angka 2,6 persen.

Inflasi yang terjaga ini akan memberikan ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut, tanpa harus khawatir akan lonjakan harga yang bisa mengganggu daya beli masyarakat.

"Dari pertimbangan ini kenapa ruang penurunan suku bunga itu terbuka," ujarnya.

Pertimbangan kedua adalah mendukung pertumbuhan ekonomi. Pemerintah dan Bank Indonesia bersama-sama berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia agar mencapai target 5,2 persen pada tahun 2024.

Dalam konteks ini, penurunan suku bunga dianggap dapat memberikan stimulus tambahan bagi sektor riil, mendorong investasi, serta memperkuat konsumsi domestik.

"Kami semua dari fiskal, moneter, dan OJK tidak hanya menjaga stabilitas sistem keuangan, tapi juga bersama mendorong pertumbuhan supaya pertumbuhan 5,2 persen bisa didorong. Dalam konteks ini kenapa ruang penurunan suku bunga ini perlu turut mendorong pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya