Bukan Indonesia, Ekonomi Negara Ini Dipuji Karena Mampu Bersinar di Tengah Gonjang-ganjing Global

Beberapa eksekutif perusahaan multinasional di KTT WEF, menyoroti negara ini sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Jan 2023, 12:44 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2023, 12:44 WIB
Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)
Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - India menjadi salah satu topik pembahasan dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2023 di Davos yang didominasi oleh diskusi tentang pertumbuhan ekonomi. 

Melansir CNBC International, Jumat (27/1/2023)  Gubernur bank sentral Jepang atau Bank of Japan, yakni Haruhiko Kuroda menyebutkan bahwa India melewati tantangan ekonomi dengan sangat baik, ketika menyoroti krisis ekonomi yang dihadapi negara tetangganya yaitu Sri Lanka, Bangladesh dan Pakistan.

Ekonomi India dinilai cukup bersinar di antara negara ekonomi terbesar dunia, dengan Eropa berada di ambang potensi resesi dan pertumbuhan AS melambat.

Beberapa eksekutif perusahaan multinasional di KTT WEF, termasuk CEO Nokia Pekka Lundmark, menyoroti India sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat.

Adapun Kepala Ericsson, yakni Börje Ekholm, yang juga mengatakan infrastruktur 5G berkembang pesat di negara itu.

"Ini untuk seluruh digital India, dan menciptakan masyarakat digital di India," kata Ekholm kepada CNBC. "Mereka berada di jalur yang kuat dengan 4G tetapi sekarang mereka membangun 5G dengan kecepatan yang lebih cepat," ujarnya.

Ekholm melanjutkan, dia yakin India akan segera memiliki infrastruktur digital terbaik di luar China, di mana upaya itu didorong oleh raksasa telekomunikasi Bharti Airtel dan Jio.

"Mereka membangun dengan cepat, langkah itu akan membantu India melakukan digitalisasi, dan jika Anda membandingkannya dengan apa yang terjadi di Eropa, kita sudah tertinggal," pungkasnya.

Diketahui, India memiliki ambisi untuk menjadi pusat pembuatan chip global, karena meningkatnya kekhawatiran tentang ketergantungan Barat pada Taiwan. 

Menteri perdagangan India juga mengungkapkan,  Apple ingin memindahkan 25 persen produksi iPhone-nya ke negara tersebut (meskipun kabar ini belum dikonfirmasi oleh pihak  Apple).

Centre for Economics and Business Research sebelumnya memprediksi, India berpotensi menggeser Jerman dan Jepang menjadi negara ekonomi terbesar ketiga di dunia selama dekade berikutnya, dengan nilai ekonomi mencapai USD 10 triliun pada tahun 2035.

 

Perusahaan Teknologi India Optimis Ekonomi Negaranya Bakal Maju

Taj Mahal
Turis mengunjungi Taj Mahal di Agra, India pada Senin (21/9/2020). Taj Mahal kembali dibuka untuk umum hari ini, Senin (21/9), dalam gerakan simbolis seperti biasa, bahkan ketika India tampaknya akan mengambil alih AS sebagai pemimpin global dalam infeksi Virus Corona COVID-19. (Sajjad HUSSAIN/AFP)

"Kami sangat optimis dan sangat positif terhadap (ekonomi) India," kata kepala eksekutif perusahaan IT Tata Consultancy Services, Rajesh Gopinathan.

Dia mengatakan bahwa lingkungan politik yang stabil dan investasi pemerintah yang signifikan dalam infrastruktur menyediakan lingkungan yang positif untuk pertumbuhan ekonomi, dan bahwa negara itu siap untuk transisi energi. 

"Ekonomi global dan ukuran India telah memastikan tersedianya modal yang cukup," ungkap Gopinathan.

"Jadi Anda menggabungkan sisi demografi, permintaan, dan ketersediaan modal, menurut saya kenaikannya signifikan. Tentu saja perlu dilaksanakan dengan hati-hati, tapi ada untuk realisasinya," sambungnya.

Terlepas dari komitmen energi terbarukan dan target emisi nol bersih 2070, India juga masih mendapat manfaat dari membeli minyak Rusia dengan harga diskon besar-besaran, sementara Eropa menghadapi harga yang sangat tinggi, volatilitas pasar, dan kekhawatiran akan kekurangan.

Inflasi juga tidak terlalu parah di India dibandingkan di banyak negara lain, dengan CPI mencapai 5,7 persen pada bulan Desember 2022.

Seberapa Kuat India dengan Ancaman Resesi Global ?

Taj Mahal India dibuka kembali untuk turis
Turis mengunjungi Taj Mahal setelah dibuka kembali untuk pengunjung menyusul pelonggaran pembatasan virus corona Covid-19 di Agra, Inida, Rabu (16/6/2021). Taj Mahal ditutup untuk umum pada awal April 2021 ketika India memberlakukan tindakan penguncian ketat. (Money SHARMA/AFP)

Tetapi Anish Shah, CEO Mahindra Group juga mengakui bahwa ekonomi India tidak akan terhindar dari dampak resesi global.

"Ketika dunia mengalami resesi, bukan berarti India tidak akan terdampak," kata Anish Shah.

"Apa yang kami rasakan adalah dampaknya terhadap India akan jauh lebih sedikit karena fundamental yang melekat di negara tersebut saat ini, dan fakta bahwa inflasi di India benar-benar belum hilang. Itu terkendali dengan baik," bebernya.

India Geser Predikat China Jadi Negara Terpadat di Dunia

Pelonggaran aturan COVID di China meningkatkan kesibukan tahun Imlek
Pelancong berjalan di sepanjang concourse di Stasiun Kereta Api Beijing West di Beijing, Rabu, 18 Januari 2023. China pada Desember mencabut kebijakan "nol-COVID" yang ketat, melepaskan gelombang keinginan perjalanan yang terpendam, terutama di sekitar waktu terpenting China untuk pertemuan keluarga, yang disebut di China sebagai Festival Musim Semi, yang mungkin satu-satunya waktu di satu tahun ketika pekerja perkotaan kembali ke kampung halaman mereka. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

 India disebut akan menyusul China tahun ini untuk menjadi negara terpadat di dunia. Populasi India diperkirakan akan melewati tonggak itu dalam beberapa bulan mendatang, ketika China melaporkan bahwa populasinya menyusut pada 2022 untuk pertama kalinya dalam lebih dari 60 tahun.

Melansir CNN Business, Rabu (18/1/2023), pergeseran ini juga diyakini akan memiliki implikasi ekonomi yang signifikan bagi kedua negara Asia tersebut, yang masing-masing memiliki lebih dari 1,4 miliar penduduk.

Seiring dengan data populasi, China juga melaporkan salah satu angka pertumbuhan ekonomi terburuknya dalam hampir setengah abad, menggarisbawahi tantangan berat yang dihadapi negara itu ketika jumlah kerjanya menyusut dan jumlah pensiunan membengkak.

Meski populasinya akan semakin naik, ada kekhawatiran tentang sedikitnya lapangan kerja bagi jutaan anak muda di India yang sudah memasuki dunia kerja setiap tahun.

Data pada tahun 2021 dari Bank Dunia menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja di India, perkiraan angkatan kerja aktif dan orang yang mencari pekerjaan, mencapai 46 persen. Ini termasuk yang terendah di Asia.

Sebagai perbandingan, tingkat partisipasi kerja di China dan Amerika Serikat masing-masing mencapai 68 persen dan 61 persen pada tahun yang sama.

Selain itu, tingkat partisipasi kerja perempuan di India juga hanya mencapai 19 persen pada tahun 2021, turun dari sekitar 26 persen pada tahun 2005.

"India sedang duduk di atas bom waktu," kata Chandrasekhar Sripada, profesor perilaku organisasi di Indian School of Business.

"Akan ada keresahan sosial jika tidak dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup dalam waktu yang relatif singkat," sebutnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya