Perry Warjiyo: Arah Kebijakan Moneter Bank Indonesia 2023 Masih Pro Stabilitas

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menyampaikan arah kebijakan bank sentral tahun 2023 tidak berbeda jauh dengan tahun 2022.

oleh Tira Santia diperbarui 30 Jan 2023, 12:30 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2023, 12:30 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa arah kebijakan bank sentral di 2023 tidak berbeda jauh dengan yang telah dijalankan pada 2022. Perry memastikan bahwa Bank Indonesia masih akan tetap pro-stabilitas (pro-stability) dan pro-pertumbuhan (pro-growth).

"Tahun lalu, maupun masa sekarang tahun ini instrumen moneter kami adalah pro-stability. Konsisten pro-stability," kata Perry dalan peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).

Untuk makroprudensial, sistem pembayaran, pasar uang, dan inklusi ekonomi arah kebijakannya pro-growth. Sedangkan untuk kebijakan moneter, Bank Indonesia akan mengarahkan untuk menurunkan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Kalau kaidah teori yang memang moneter hanya begitu. Tapi sekarang kami punya bauran kebijakan. Moneternya pro-stability, makroprudensialnya pro-growth," ujarnya.

Sejauh ini Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga 225 basis poin (bps). Artinya, bank Indonesia selalu transparan dalam menyampaikan informasi.

"Sudah jelas bahwa 225 (bps) memadai. Itu jelas sekali. Tidak ada kata-kata lebih transparan, forward guidance-nya," imbuh Perry.

Di samping itu, Bank Indonesia meyakini jika nilai tukar rupiah akan menguat tahun ini. Hal itu didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan kinerja positif.

"Kami meyakini nilai tukar Rupiah akan menguat karena faktor fundamental semuanya memberikan justifikasi dasar bahwa nilai tukar Rupiah akan menguat," kata Perry.

Meskipun kondisi global masih bergejolak, Perry menegaskan, Bank Indonesia tidak akan ragu melakukan intervensi stabilisasi nilai tukar rupiah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BI Terus Pantau Penerapan Kenaikan Suku Bunga The Fed

Rapat Dewan Gubernur BI Memutuskan Kenaikan Suku Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat jumpa pers di Gedung BI, Jakarta, Jumat (29/06). Pada Rapat Dewan Gubernur BI suku bunga Deposit Facility (DF) juga naik 50 bps menjadi 4,50%, (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) terus mewaspadai sinyal kuat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed). Rencananya, otoritas moneter di AS ini akan menaikkan bunga acuan di Maret 2022.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, dirinya tak pernah berhenti memantau The Fed yang sudah banyak memberi sinyal untuk menerapkan kebijakan moneter tersebut.

"Di pasar finansial, jelas setiap pekan, setiap bulan, kita memantau bagaimana the Fed akan merealisasikan kebijakan moneter tersebut. Kita juga buka kemungkinan besar jika memang suku bunga acuan The Fed akan terus naik," ungkapnya dalam Annual Investment Forum 2022 yang digelar Bank Indonesia secara virtual, Kamis (27/1/2022).

"Untuk negara berkembang seperti Indonesia itu jelas jadi tantangan, bagaimana kita harus memperkuat stabilitas eksternal," sambung Perry.

Lebih lanjut, Perry turut menyoroti proses pemulihan ekonomi nasional di Indonesia. Dia tidak ingin abai akan adanya berbagai tantangan ke depan, namun ia pun mengajak untuk harus tetap optimistis.

 


Ekonomi Global

"Selalu ada peluang, dan peluang terbaik sedang kita cari untuk menumbuhkan ekonomi, dan pastinya untuk manajemen risiko suku bunga dan valuta asing, baik secara global maupun domestik," tuturnya.

Di sisi lain, Perry juga melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan lebih seimbang. Bukan hanya dikuasai oleh sejumlah negara besar saja, tapi diikuti oleh pemulihan ekonomi di beberapa negara kawasan.

"Bukan hanya didorong oleh Amerika dan china, tapi juga dengan adanya pemulihan ekonomi di Eropa, Jepang dan India. Itu jelas akan meningkatkan volume perdagangan global dan harga komoditas," pungkas dia.

 

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya