Liputan6.com, Jakarta Memiliki keterbatasan fisik tidak menjadi hambatan bagi Rudi Hartono untuk tetap mencari nafkah demi menghidupi keluarganya. Dari tempat tidurnya, dia membuat sebuah lampu hias paralon yang kemudian dijual dan menghasilkan cuan.
Rudi bercerita, dulu sebetulnya dia bukanlah seorang perajin lampu hias, tetapi kondektur. Namun sayangnya, dia sempat mengalami kecelakaan kerja yang kemudian menyebabkan kakinya tidak bisa berjalan.
Baca Juga
“Dulu saya bekerja sebagai kondektur selama beberapa tahun dengan kondisi sekarang saya kena musibah kecelakaan kerja tahun 2007 sampai kaki tidak bisa berjalan dan tangan kiri saya patah. Tidak bisa beraktivitas meski dengan satu tangan. Tapi dengan keadaan ini saya selalu semangat untuk hidup. Apa yang bisa saya kerjakan, saya kerjakan,” ceritanya kepada tim Berani Berubah.
Advertisement
Memilih untuk membuat kerajinan lampu hias ini pun, kata Rudi, awalnya terinspirasi ketika melihat tayangan yang muncul di layar kaca. “Akhirnya saya kebangun ingin berusaha membuat. Semenjak Corona saya kepikiran ingin langsung membuat, akhirnya sampai sekarang,” tutur dia.
Dalam prosesnya, Rudi pertama-tama menyiapkan terlebih dahulu potongan paralon yang diperlukan. Selanjutnya potongan paralon tersebut dibor dan dihaluskan dengan menggunakan amplas. Setelah itu, dipilox dan dipasang fiber serta lampunya. Jadi, pembuatannya kurang lebih selama dua hari.
Untuk kesulitannya, kata Rudi, “Dibilang sulit kalau untuk mengukir-ukir yang kecil-kecil paling kesulitannya itu. Ya walaupun dalam kondisi keadaan seperti ini ya selalu semangat untuk menjalani apa yan bisa kerjakan.”
Penjualan Lampu Hias Paralon
Adapun untuk pemasarannya, lampu hias paralon yang dijual dengan kisaran harga Rp 75 ribu ini biasanya ditawarkan ke pembeli yang terdekat. Selain itu, ada pula rekan dari di media sosial yang ikut memasarkan, terang rudi.
Salah satu pembeli mengungkapkan, lampu hias paralon hasil tangan Rudi ini bagus. Padahal di sisi lain Rudi memiliki keterbatasan.
“Dengan segala keterbatasannya beliau masih bisa berkarya untuk mempertanggungjawabkan keberlangsungan hidup keluarganya. Yang dipesan sama kami ini 10 buah. Hasilnya bagus apalagi dengan segala keterbatasannya yang mungkin tidak semua orang mampu untuk membuat karya seperti ini,” ungkap pembeli AKP Prayitno.
Rudi berharap, usahanya ini dapat terus berjalan dengan baik dan selalu dilancarkan segala urusannya. “Apa pun kondisinya dalam keadaan seperti ini tetap semangat, dan Berani Berubah!” pungkasnya.
Kisah ini pasti menjadi inspirasi agar tetap semangat berjuang apa pun keadannya.
Karena itu, mari ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.
Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com.
Advertisement