Liputan6.com, Jakarta Silicon Valley Bank (SVB) tengah menjadi sorotan karena mengalami kebangkrutan bank terbesar di Amerika Serikat sejak tahun 2008.
Melansir CNN Business, Senin (13/3/2023) kolapsnya Silicon Valley Bank menyusul serangkaikan kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif ntuk menjinakkan inflasi.
Langkah itu mendorong biaya pinjaman yang tinggi, melemahkan momentum saham teknologi yang menguntungkan SVB.
Advertisement
Pada saat yang sama, modal ventura mulai mengering, memaksa para pengusaha start up untuk menarik dana yang disimpan di SVB.
Awal runtuhnya SVB mulai terlihat pada 8 maret 2023, ketika SVB mengumumkan telah menjual sejumlah sekuritas yang mengalami kerugian.
Disebutkan, ada USD 2,5 miliar atau Rp. 38,4 triliun saham baru yang akan dijual untuk menopang neraca keuangan. Kabar tersebut pun memicu kepanikan di antara pemodal perusahaan ventura utama, mendorong perusahaan pemodal menarik dana dari SVB.
Kemudian pada 9 maret 2023, nilai saham SVB anjlok, dan menyeret sejumlah bank lainnya ikut jatuh. Di hari berikutnya, saham SVB dihentikan dan memberhentikan upaya meningkatkan modal atau mencari pembeli.
Regulator di California akhirnya menutup SVB, setelah mengalami krisis modal selama 48 jam. Federal Deposit Insurance Corporation kemudian ditunjuk sebagai pengendali, dan mengambil alih simpanan sekitar USD 175 miliar atau sekitar Rp. 2,6 kuadriliun di bank tersebut.
Nasabah ketar ketir
Situasi di SVB juga telah membuat sejumlah perusahaan Amerika Serikat khawatir akan dana yang mereka simpan di SVB.
"Saya sedang dalam perjalanan ke cabang untuk mencari uang saya sekarang. Mencoba mentransfernya kemarin tidak berhasil. Anda tahu saat-saat di mana Anda mungkin benar-benar kacau tetapi Anda tidak yakin? Ini salah satunya momennya," ungkap seorang pendiri start-up, dikutip dari BBC.
Departemen Keuangan AS Pantau Situasi Runtuhnya SVB
Saat berbicara di Washington pada Jumat, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa pihaknya sedang memantau "perkembangan terakhir" di Silicon Valley Bank dan lainnya "dengan sangat hati-hati".
Dia kemudian bertemu dengan regulator perbankan terkemuka, di mana Departemen Keuangan mengatakan dia menyatakan "keyakinan penuh pada regulator perbankan untuk mengambil tindakan yang tepat sebagai tanggapan dan mencatat bahwa sistem perbankan tetap tangguh".
Advertisement
Pemerintah AS Putuskan Tak Akan Bailout Sillicon Valley Bank
Tak lama setelah pernyataannya, Menteri Keuangan Janet Yellen mengumumkan bahwa pemerintah federal tidak akan memberikan bailout bagi investor Silicon Valley Bank setelah bank itu tiba-tiba tutup.
Namun, regulator keuangan "Khawatir" tentang dampaknya terhadap deposan dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka.
"Selama krisis keuangan, ada investor dan pemilik bank besar sistemik yang ditebus,” ujar Janet Yellen dalam wawancara dengan Face the Nation, dikutip dari CBS News, Minggu (12/3/2023).
"Dan reformasi yang telah diberlakukan berarti kami tidak akan melakukannya lagi. Tapi kami prihatin dengan deposan dan fokus untuk mencoba memenuhi kebutuhan mereka," ia menambahkan.
Sekilas Tentang SVB
Sillicon Valley Bank merupakan pemberi pinjaman penting untuk bisnis start up di Amerika Serikat.
SVB dikenal sebagai salah satu mitra perbankan untuk hampir setengah dari perusahaan teknologi dan perawatan kesehatan yang AS yang terdaftar di pasar saham tahun lalu.
Perusahaan, yang dimulai sebagai bank California pada tahun 1983, berkembang pesat selama dekade terakhir. SVB saat ini mempekerjakan lebih dari 8.500 orang secara global, meskipun sebagian besar operasinya berada di AS.
Tetapi bank tersebut tengah berada di bawah tekanan, karena suku bunga yang tinggi mempersulit start-up untuk mengumpulkan uang melalui penggalangan dana pribadi atau penjualan saham, dan lebih banyak klien menarik simpanan, langkah yang menggelembung minggu ini.
Advertisement