Komunikasi Internal Bocor, Rencana Deloitte PHK 1.200 Karyawan Tersebar

Deloitte dikabarkan akan memangkas sekitar 1.200 karyawan atau 1,5 persen dari tenaga kerjanya di AS.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Apr 2023, 19:30 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2023, 19:30 WIB
deloitte-131007c.jpg
Ilustrasi Kantor Deloitte

Liputan6.com, Jakarta - Badai Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK di perusahaan perusahaan Amerika Serikat memasuki babak baru.

Melansir Channel News Asia, Sabtu  (22/4/2023) Deloitte dikabarkan akan memangkas sekitar 1.200 karyawan atau 1,5 persen dari tenaga kerjanya di AS. 

Laporan Financial Times menyebut, kabar PHK di Deloitte datang setelah bocornya sebuah komunikasi internal karyawan.

"Bisnis kami di AS terus mengalami permintaan klien yang kuat. Karena pertumbuhan dalam praktik tertentu moderat, kami mengambil tindakan personel yang sederhana jika diperlukan," kata Deloitte dalam sebuah pernyataan email.

PHK di perusahaan audit akan lebih tinggi di bidang-bidang seperti bisnis penasehat keuangan, yang telah dipengaruhi oleh penurunan aktivitas merger dan akuisisi, menurut surat kabar itu.

Awal pekan ini, pesaing Deloitte, yaitu Ernst & Young, juga mengungkapkan akan memangkas 5 persen tenaga kerjanya di AS, kurang dari seminggu setelah mereka menghentikan rencana membubarkan unit audit dan konsultasinya.

Diketahui, sejumlah perusahaan keuangan di AS telah memangkas pekerjanya dalam beberapa bulan terakhir termasuk bank-bank besar Wall Street, manajer aset dan fintech di tengah kondisi ekonomi makro yang bergejolak, menekan konsumen dan menurunkan permintaan di beberapa unit bisnis andalan.

Meta Umumkan Bakal PHK 10.000 Karyawan Lagi

Meta Sign
Facebook meluncurkan tanda Meta baru mereka di kantor pusat perusahaan di Menlo Park, California, Kamis, 28 Oktober 2021. Facebook Inc. yang diperangi mengubah namanya menjadi Meta Platforms Inc., atau Meta, untuk mencerminkan apa yang CEO Mark Zuckerberg mengatakan komitmennya untuk mengembangkan t

Induk perusahaan Facebook, Meta pada hari Rabu bersiap kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Melansir Cnn.com di Jakarta, Kamis (20/4), PHK kali ini menyasar pada pekerja teknis termasuk Engineer.

Juru bicara Meta, Nkechi Nneji menyampaikan, CEO Mark Zuckerberg menyetujui bahwa perusahaan akan memangkas 10.000 karyawan lagi dalam beberapa bulan mendatang.Pemberitahuan Zuckerberg mengatakan bahwa restrukturisasi dan PHK di grup teknologi Meta akan berlangsung pada bulan April 2023.

Meta dilaporkan memberi tahu karyawan Amerika Utara untuk bekerja dari rumah pada hari Rabu untuk mengantisipasi PHK. Anggota tim perekrutan Meta juga telah diberitahu tentang PHK tambahan bulan lalu, dan pemotongan ke grup bisnis perusahaan diharapkan terjadi pada akhir Mei.

Pengurangan 10.000 pekerja ini menandai putaran kedua pemutusan hubungan kerja yang signifikan di Meta. Sebelumnya, pada bulan November lalu Meta telah menghilangkan sekitar 13 persen dari tenaga kerjanya, atau 11.000 pekerjaan, dalam satu putaran pemotongan terbesar dalam sejarahnya.

Meta mengatakan PHK ini adalah bagian dari "tahun efisiensi", karena perusahaan berusaha untuk memperbaiki keuangan akibat penurunan pendapatan iklan yang berulang. Selain itu, persaingan yang meningkat di industri digital juga ikut mempengaruhi pertumbuhan pengguna yang menimbulkan kerugian besar.

Zuckerberg juga telah mengambil tanggung jawab atas perekrutan berlebihan di awal pandemi, ketika ada permintaan yang kuat untuk produk perusahaan dan iklan online, yang agak menurun begitu dunia dibuka kembali.

Mark Zuckerberg mengatakan bulan lalu bahwa, dalam beberapa kasus, mungkin diperlukan waktu hingga akhir tahun ini untuk menyelesaikan proses restrukturisasi stafnya.

"Seperti yang saya bicarakan tentang efisiensi tahun ini, saya telah mengatakan bahwa bagian dari pekerjaan kami akan melibatkan pemindahan pekerjaan  dan itu akan berguna untuk membangun perusahaan yang lebih ramping dan lebih teknis serta meningkatkan kinerja bisnis kami untuk memungkinkan jangka panjang kami visi," kata Zuckerberg dalam pernyataan di Maret 2023 lalu.

Badai PHK Kembali Menimpa Amazon, Kali Ini di Unit Periklanan

The Spheres, Kantor Baru Amazon
Pejalan kaki melewati The Spheres, kantor bernuansa hutan hujan yang baru dibuka Amazon, di Seattle, AS, Senin (29/1). The Spheres terdiri dari tiga rumah kaca berukuran bulat yang menaungi 40.000 jenis tanaman dari 400 spesies. (AP/Ted S. Warren)

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali melanda raksasa ecommerce di Amerika Serikat, Amazon. 

Melansir CNBC International, Rabu (19/4/2023) Amazon pada Selasa 18 April 2023 memberhentikan sejumlah karyawan di unit periklanannya sebagai bagian dari upaya CEO Andy Jassy untuk memperkecil biaya.

Kabar PHK di Amazon bocor dengan beredarnya salinan memo yang dibagikan oleh wakil presiden senior periklanan Amazon, IMDb dan Grand Challenge, Paul Kotas kepada karyawan.

"Seperti yang dibagikan Andy beberapa pekan lalu, selama proses perencanaan 2023, kami telah memprioritaskan sumber daya dengan cermat untuk memaksimalkan manfaat bagi pelanggan dan kesehatan jangka panjang bisnis kami" tulis Kotas dalam memo tersebut.

"Untuk Ads, proses ini melibatkan realokasi sumber daya dengan memindahkan anggota tim, memperlambat atau menghentikan program tertentu, atau menyimpulkan bahwa kami tidak memiliki keterampilan yang tepat untuk menangani prioritas kami," ungkapnya.

"Akibatnya, kami telah membuat keputusan yang sangat dipertimbangkan tentang cara terbaik untuk bergerak maju, yang mengakibatkan penghapusan posisi untuk sebagian kecil dari organisasi kami," katanya.

Namun, tidak diketahui secara jelas berapa banyak karyawan di unit periklanan Amazon yang terdampak PHK.

Seperti diketahui, ini bukan PHK pertama yang melanda ecommerce yang didirikan miliarder Jeff Bezos.

Bulan lalu, CEO Amazon Andy Jassy mengumumkan perusahaan akan memberhentikan 9.000 karyawan, di atas 18.000 pemangkasan yang telah diumumkan November lalu dan Januar 2023i. 

PHK sebelumnya di Amazon terjadi di unit ritel, perangkat, perekrutan dan sumber daya manusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya