Harga Minyak Dunia Jatuh karena Ekonomi AS dan China Mengkhawatirkan

Pelemahan harga minyak dunia karena adanya kekhawatiran pelaku pasar akan gangguan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan China akan mempengaruhi permintaan akan minyak mentah.

oleh Arief Rahman H diperbarui 13 Mei 2023, 08:41 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2023, 08:41 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Mengutip CNBC, Sabtu (13/5/2023), harga minyak mentah Brent berjangka turun 81 sen atau 1,1 persen menjadi USD 74,17 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 83 sen atau 1,2 persen menjadi USD 70,04 per barel. Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta- Harga minyak dunia turun kurang lebih 1 persen pada perdagangan Jumat. Dengan penurunan ini harga minyak dunia telah jatuh selama tiga pekan berturut turut.

Pelemahan harga minyak dunia ini karena adanya kekhawatiran pelaku pasar akan gangguan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan China akan mempengaruhi permintaan akan minyak mentah.

Mengutip CNBC, Sabtu (13/5/2023), harga minyak mentah Brent berjangka turun 81 sen atau 1,1 persen menjadi USD 74,17 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 83 sen atau 1,2 persen menjadi USD 70,04 per barel.

Kedua tolok ukur harga minyak dunia tersebut telah turun sekitar 1,5 persen di pekan ini jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Nilai tukar Dolar AS naik dengan kekuatan moderat terhadap euro pada hari Jumat dan menuju kenaikan mingguan terbesar sejak Februari. kenaikan dolar AS ini terjadi karena ketidakpastian seputar plafon utang AS dan kebijakan moneter mendorong peralihan ke instrumen safe haven dibanding yang berisiko tinggi.

Dolar AS yang lebih kuat membuat harga minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

"Kurangnya kepercayaan pada ekonomi diterjemahkan menjadi mengumpulkan dolar AS yang lebih aman, dan juga menyebabkan pesimisme tentang permintaan minyak dunia," kata partner di Again Capital LLC di New York, John Kilduff.

Kekhawatiran memuncak bahwa AS yang merupakan konsumen minyak dunia akan memasuki resesi, dengan pembicaraan tentang plafon utang pemerintah AS ditunda dan kekhawatiran tumbuh atas bank regional lain yang dilanda krisis.

Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan pada hari Jumat bahwa Federal Reserve atau Bank Sentral AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi tetap tinggi.

Hal ini menambahkan beban pada bulan ini karena kenaikan suku bunga sudah berarti akan menahan laju pertumbuhan ekonomi sehingga permintaan akan minyak mentah pun juga melambat.

Sementara itu, data harga konsumen China bulan April naik pada kecepatan yang lebih lambat dari pada bulan Maret, meleset dari ekspektasi. Hal ini menambah lagi keraguan tentang pemulihannya dari pembatasan COVID yang mendorong pertumbuhan permintaan minyak mentah.

 

Jumlah Sumur Pengeboran di AS

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya bahwa jumlah rig minyak dan gas alam AS turun minggu ini ke level terendah dalam hampir setahun. Jumlah rig gas merosot paling banyak dalam seminggu sejak Februari 2016.

Rig minyak AS turun dua menjadi 586 minggu ini, terendah sejak Juni 2022. Sementara rig gas anjlok 16 menjadi 141, terendah April tahun lalu.

Pasar menarik beberapa dukungan dari perkiraan munculnya defisit pasokan untuk paruh kedua tahun ini, bahkan ketika menteri perminyakan Irak Hayan Abdel-Ghani mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat bahwa dia tidak mengharapkan OPEC+ untuk memutuskan pengurangan produksi lebih lanjut ketika pertemuan berikutnya di Wina pada 4 Juni.

 

Laporan OPEC+

OPEC Nilai Mobil Bertenaga Alternatif Tidak Akan Berkembang
OPEC memprediksi bahwa 94 persen mobil masih akan didukung oleh bahan bakar berbasis minyak hingga 2040.

Laporan OPEC pada hari Kamis mengatakan kelompok produsen mengharapkan permintaan Juli-Desember untuk minyak mentahnya sendiri menjadi 90.000 barel per hari (bpd) lebih tinggi dari yang diproyeksikan sebelumnya.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan perkiraan permintaan minyak globalnya untuk tahun 2023 tidak berubah pada hari Kamis, memperkirakan risiko ekonomi akan diimbangi oleh pertumbuhan permintaan China yang lebih tinggi.

Pasar juga menarik dukungan setelah menteri energi AS Jennifer Granholm memberi isyarat bahwa negara itu dapat membeli kembali minyak untuk Cadangan Minyak Strategis (SPR) setelah menyelesaikan penjualan mandat kongres bulan depan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya