Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkap, pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,7 persen pada 2024. Menyusul adanya tren penguatan di sektor-sektor penopang ekonomi nasional.
Sri Mulyani melihat adanya potensi penguatan tersebut. Misalnya dari capaian ekonomi di kuartal I-2023 yang tumbuh 5,03 persen. Lalu, ada laju inflasi yang dinilai pada kondisi baik dengan 4,33 persen.
Baca Juga
Sementara itu, leading indicator juga menunjukkan tren positif. Terbukti PMI Manufaktur pada April 2023 tercatat berada pada poin 52,7 dan berada pada zona ekspansif sejak awal tahun.
Advertisement
"Mempertimbangkan berbagai risiko dan potensi keberlanjutan ekspansi nasional tahun depan pemerintah mengusulkan kisaran indikator ekonomi makro pada asumsi dasar penyusunan RAPBN 2024 sebagai berikut, pertumbuhan ekonomi 5,3 sampai 5,7 inflasi dalam 1,5 sampai 3,5 persen, nilai tukar Rupiah antara Rp 14.700 sampai Rp 15.300 dolar AS," terangnya dalam Rapat Paripurna DPR RI, Jumat (19/5/2023).
Dia juga menargetkan, suku bunga SBN 10 tahun antara 6,49 persen hingga 6,91 persen. Harga minyak mentah Indonesia pada kisaran 75 dolar hingga 85 dolar per barel.
"lifting minyak ditingkat 597.000 sampai 652.000 barel per hari dan lifting gas 999.000 hingga 1.000.054 per hari dengan mencermati risiko dan dinamika Global serta dalam negeri," bebernya.
Dia menyebut, tahun depan merupakan masa terakhir kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sehingga berbagai target bakal diupayakan untuk bisa dicapai.
"Kami menyampaikan APBN 2024 yang akan disusun bersama DPR akan jadi salah satu fondasi penting dan 2024 jadi tahun terkahir bagi kepemimpinan presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin. Oleh karena itu, berbagai fokus untuk terus menjaga dan meningkatakan kemampuan untuk mencapai strategi dan berbagai target ekonomi dan pembangunan nasional akan diupayakan," terang Sri Mulyani.
Â
Ekonomi Global Anjlok Satu Dekade Terakhir
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap kondisi ekonolo global dalam periode satu dekade terakhir. Menurutnya, ada tren penurunan pada periode tersebut.
Dia mencoba membandingkan perolehan anjloknya catatan pertumbuhan ekonomi global dan negara besar satu dekade terakhir dengan dekade sebelumnya. Hasilnya, ada penurunan yang cukup signifikan.
"Dalam 1 dekade terakhir kita saksikan bersama, tantangan yang sangat besar, hal ini ditandai dengan menurunnya kinerja perekonomian global," ungkapnya dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-32 Masa Sidang V, Jumat (19/5/2023).
"Pertumbuhan ekonomi global rata-rata dalam satu dekade terakhir hanya 3,1 persen. Hal ini lebih rendah dari dekade sebelumnya yang mencapai 4,2 persen. RRT yang pada dekade sebelumnya mampu tumbuh dua digit 10,6 persen, melambat signifikan menjadi hanya 6,2 persen pada dekade terakhir," bebernya.
Â
Advertisement
Perang Dagang
Menurut Bendahara Negara, salah satu penyebabnya adalah adanya penguatan perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Kemudian, ada pula peran dari pengetatan kembali kebijakan moneter AS pasca krisis finansial global.
Disamping itu, pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina telah berimbas pada kenaikan harga komoditas dan melonjaknya inflasi global. Tak hanya itu, dampak perubahan iklim juga dinilai makin sering terjadi.
Namun, ternyata ekonomi Indonesia masih tetap terjaga ditengah berbagai tantangah global tersebut.
"Dengan berbagai gejolak dan tantangan tersebut, ditengah goncangan besar tersebut, ketahanan perekonomian Indonesia tetap terjaga. Kerja sama yang luar biasa baik dan dukungan seluruh pihak tetutama dewan perwakilan rakyat serta otoritas lain serta komponen bangsa didalam pelaksanaan berbagai program pembangunan telah memberikan hasil yang nyata bagi perekonomian Indonesia," jelasnya.
Â
Mampu Tumbuh di Atas Rata-Rata
Menkeu Sri Mulyani juga membeberkan capaian ekonomi Indonesia. Misalnya, satu dekade terakhir sebelum adanya pandemi Covid-19 yang mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik.
"Dalam satu dekade sebelum pandemi terjadi, Indoneisa menjadi satu dari negara G20 yang mampu tumbuh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi global. Yaitu bersama Tiongkok dan India," katanya.
Sebur saja, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,4 persen dalam satu dekade sebelum pandemi. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,7 persen.
"Jika dibandingkan dengan emerging economy anggota G20 lainnya, Indonesia juga tumbuh lebih tinggi yaitu 5,4 persen, dimana emerging market didalam G20 hanya tumbuh 3,7 persen," sambung Sri Mulyani.
Advertisement