BI Tahan Suku Bunga Acuan 5,75% Usai Perry Warjiyo Kembali Jadi Gubernur Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI) resmi kembali mempertahankan suku bunga acuan, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 25 Mei 2023, 14:45 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2023, 14:45 WIB
BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/6/2019). RDG Bank Indonesia 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) resmi kembali mempertahankan suku bunga acuan, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen. Kebijakan itu diumumkan dalam sesi konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Mei 2023, Kamis (25/5/2023).

Ketetapan itu diumumkan langsung oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo sehari pasca dirinya kembali dilantik menjadi bos tertinggi bank sentral pada Rabu, 24 Mei 2023 kemarin.

"Berdasarkan hasil asesmen dan proyeksi menyeluruh, rapat dewan gubernur Bank Indonesia pada tanggal 24-25 Mei 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75 persen," ujar Perry.

Selain suku bunga acuan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Mei 2023 juga menahan suku bunga deposit facility di kisaran 5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 6,5 persen.

Perry menjabarkan, putusan mempertahankan suku bunga acuan ini dibuat untuk menjaga tingkat inflasi nasional agar terkendali, seiring pergolakan ekonomi di tingkat global.

"Keputusan mempertahankan BI7DRRR ini konsisten dengan standar kebijakan moneter untuk menentukan inflasi inti tetap terkendali di 3 plus minus 1 persen di akhir 2023, dan inflasi indeks harga konsumen (IHK) kembali dalam sasaran 3 plus minus 1 persen pada akhir 2023," bebernya.

"Bank Indonesia ke depan akan fokus pada penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk kendalikan barang impor, dan mitigasi atas rambatan ketidakpastian pasar keuangan global," pungkas Perry.

 

Jerome Powell Beri Sinyal The Fed Bakal Setop Laju Suku Bunga Tinggi

The Fed
The Fed (www.n-tv.de)

Sementara itu, Ketua Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat, Jerome Powell mengungkapkan bahwa tekanan di sektor perbankan memungkinkan kenaikan suku bunga yang tidak terlalu tinggi untuk mengendalikan inflasi.

Melansir CNBC International, Senin (22/5/2023) Powell mengatakan, inisiatif The Fed untuk menangani masalah di bank-bank menengah sebagian besar telah menghentikan terjadinya skenario terburuk.

Namun dia mengingatkan bahwa krisis di Silicon Valley Bank dan bank di AS lainnya masih dapat mengguncang perekonomian AS.

"Kebijakan stabilitas keuangan membantu menenangkan kondisi di sektor perbankan. Di sisi lain, perkembangan di sana berkontribusi pada kondisi kredit yang lebih ketat dan cenderung membebani pertumbuhan ekonomi, perekrutan dan inflasi," kata Powell dalam sebuah konferensi moneter di Washington D.C.

"Jadi sebagai hasilnya, tingkat kebijakan kami mungkin tidak perlu naik setinggi yang seharusnya untuk mencapai tujuan kami," sambungnya, seraya menambahkan masih ada ketidakpastian tentang sejauh mana langkah selanjutnya dapat berpengaruh.

Seperti diketahui, sebagian besar pasar mengharapkan The Fed akan mengambil jeda dari serangkaian kenaikan suku bunga yang dimulai pada Maret 2022.

Namun, harga telah berubah-ubah karena pejabat The Fed mempertimbangkan dampak kebijakan yang telah dan akan terjadi terhadap inflasi AS.

Powell melihat, inflasi AS masih terlalu tinggi.

"“Kami berpikir bahwa kegagalan untuk menurunkan inflasi tidak hanya akan memperpanjang penderitaan tetapi juga pada akhirnya meningkatkan biaya sosial untuk kembali ke stabilitas harga, menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi keluarga dan bisnis, dan kami bertujuan untuk menghindarinya dengan tetap teguh dalam mengejar target kami," tambahnya. 

Tergantung pada Data Inflasi

Ilustrasi The Fed
Ilustrasi The Fed

Powell menggambarkan kebijakan The Fed saat ini sebagai "membatasi" dan mengatakan keputusan di masa depan akan bergantung pada data dan bukan menjadi kursus yang telah ditentukan sebelumnya.

Seperti diketahui, Komite Pasar Terbuka Federal telah menaikkan suku bunga pinjaman acuannya ke target 5 persen -5,25 persen dari mendekati nol sejak awal pandemi Covid.

"Kami belum membuat keputusan tentang sejauh mana dana kebijakan tambahan akan sesuai. Tetapi mengingat seberapa jauh kita telah sampai, seperti yang saya catat, kita dapat melihat data dan prospek yang berkembang," jelas Powell.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya