Mimpi Jokowi saat Indonesia Berusia 100 Tahun

Jokowi menyebut Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income/GNI) Indonesia sudah mencapai USD5.030 per kapita di tahun 2023. Diperkirakan saat usia Indonesia 100 tahun pada tahun 2045, PDB Indonesia telah mencapai USD 30.300 perkapita.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jun 2023, 15:50 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2023, 15:50 WIB
Jokowi Pimpin Rapat Terbatas Percepatan Peta Jalan Penerapan Industri 4.0
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bermimpi Indonesia bisa menjadi negara dengan perekonomian terbesar nomor 5 di dunia.Diharapkan mimpi itu bisa terwujud saat Indonesia menginjak usia 100 tahun atau pada 2045. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bermimpi Indonesia bisa menjadi negara dengan perekonomian terbesar nomor 5 di dunia.Diharapkan mimpi itu bisa terwujud saat Indonesia menginjak usia 100 tahun atau pada 2045.

Mimpi besar ini sangat mungkin dicapai karena pemerintah hingga lembaga internasional telah memperhitungkan peluang tersebut. Hanya saja, besarnya peluang yang ada sejalan dengan tantangan.

“Menjadi 5 besar ekonomi di dunia, peluangnya ada, hitung-hitunganya ada semuanya. Dari Bappenas saya dengan kalkulasinya ada, dari IMF saya dengar hitungannya, dari Bank Dunia, World Bank juga saja dengar hitungannya. Hampir mirip-mirip tetapi tantangannya itu juga tidak mudah,” kata Jokowi dalam acara Indonesia Emas 2045 di The Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2023).

Presiden menyebut Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Income/GNI) Indonesia sudah mencapai USD5.030 per kapita di tahun 2023. Diperkirakan saat usia Indonesia 100 tahun pada tahun 2045, PDB Indonesia telah mencapai USD 30.300 perkapita.

“Perkiraan kita di tahun Indonesia Emas 2045 (GNI) berada di angka USD 23.000 sampai USD30.300 per kapita,” kata dia.

Selain itu, tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2045 mendekati 0 persen dari posisi saat ini masih di angka 9,57 persen. Untuk mencapai target ini pun, dia menyebut bukan sesuatu yang mudah dan gampang.

“Meskipun sekarang sudah single digit di angka 9 persen tapi itu masih tinggi. Di tahun 2045 diperkirakan 0,5 persen - 0,8 pesen. Tapi ini bukan hal mudah dan bukan hal gampang,” katanya.

Salah satu upaya yang bisa ditempuh demi mencapai target tersebut, Indonesia harus menjadi negara yang stabil. Dia menegaskan tidak ada negara yang berhasil makmur tanpa adanya stabilitas.

“Stabilitas bangsa ini harus terjaga. Tidak ada satu negara yang berhasil makmur kalau kondisinya stabil,” kata dia.

Jokowi menegaskan tidak ada negara yang makmur jika terpecah belah atau sedang berkonflik. “Negara berkonflik, kalau kisruh terus tidak akan ada sebuah kemakmuran,” kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Tak Ingin Disundul Vietnam, Ini Trik Indonesia Jadi Negara Maju 2045

BPS Catat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,31 Persen
Ratusan kendaraan terjebak kemacetan di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (10/2/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2022 mencapai 5,31 persen secara tahunan (yoy), angka tersebut sesuai dengan target APBN 2022 yang dipatok pemerintah sebesar 5,1-5,3 persen (yoy). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Soeharso Monoarfa, berharap Indonesia harus bisa meningkatkan pendapatan nasional bruto atau Gross National Income (GNI) hingga 4-5 kali. Sehingga memuluskan jalan Indonesia menjadi Negara Maju 2045.

Itu diutarakannya saat jadi pembicara pembuka dalam acara Rektor Berbicara Untuk Indonesia Emas 2045, dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, Selasa (6/6/2023).

Soeharso mengatakan, tolak ukur GNI ini penting untuk membandingkan apakah Indonesia sudah masuk dalam kategori negara maju atau tidak. Itu jadi suatu parameter yang dipakai secara internasional.

"Sehingga kita bisa membandingkan, misalnya Indonesia sekarang sudah sebentar lagi dari sisi GNI per kapita itu akan disundul sama Vietnam," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas, Soeharso Monoarfa.

Tak hanya Vietnam, GNI juga bisa acuan Indonesia sudah terbalap jauh oleh China. Padahal, NKRI berhasil lepas dari negara berpenghasilan rendah (lower income country) menuju middle income country lebih dulu dari China pada 1981/1982.

"Tapi tahun 1997 kita turun, China melejit sebentar lagi jadi high economy, meskipun kita sudah di upper middle income," imbuh Soeharso.

Pengalaman Bangladesh

FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lebih lanjut, Soeharso juga menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Bangladesh, saat mewakili negara hadir di ulang tahun negara selatan India tersebut. Ia mengaku kagum bagaimana Bangladesh bisa mendongkrak GDP per kapita negaranya lebih pesat dari Indonesia.

"Jadi dari angka itu saya (berpikir), hebat juga Bangladesh sudah mulai dari USD 600an (per kapita), tahun 80an dia sudah sampai di USD 2.000 lebih. Sementara kita dari USD 1.800, USD 2.000an, dan sekarang hanya USD 4.000 lebih," paparnya.

Pasca melalui berbagai pemikiran dan diskusi, Soeharso berkesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak serta merta turut mengubah struktur sosial. Atau, setidak-tidaknya struktur sosial negara tidak ikut berubah.

"Kita ingin yang kita naikkan adalah mereka yang di tingkat menengah ke bawah, bahkan di tingkat miskin, hampir miskin, atau miskin sekali. Mereka kemudian dapat opportunity itu, lalu masuk kelas menengah. Kita berharap Indonesia tahun 2045, 80 persen middle income," tuturnya.  

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya