Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan kembali menggelar International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIOG) pada 20 - 22 September di Nusa Dua, Bali.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan, tantangan saat ini yang dihadapi adalah industri migas masih menjadi penopang bagi ekonomi nasional dan menghadapi transmisi energi.
Baca Juga
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan energi juga akan sama meningkatnya. Nanang mengatakan idealnya adalah melakukan long term planning untuk capai produksi dari tahun sebelumnya, tinggal menyesuaikan kondisi secara kondusif.
Advertisement
“Kalau kita lihat di 2050 ini sebaran kita untuk migas saja di angka 40%. Jadi masih signifikan, jadi kita tak berhenti eksplorasi, pengembangan, produksi, komersialisasi, dan sebagainya,” Kata Nanang pada seperti ditulis Jumat, (25/08/2023).
Nanang juga menambahkan, walaupun Indonesia berada di energy transmission, faktanya kebutuhan energi migas masih tinggi. Secara persentase memang menurun dari tahun ke tahun, tetapi secara volume masih signifikan.
“Sejak 2020 ini, harus bisa meningkatkan baik minyak dan gas. Kenapa? Kebutuhannya meningkat. Kalau produksi nasional terbatas, konsekuensinya impor,” tambah Nanang.
ICIOG akan Terus Produksi Hulu Migas Nasional
ICIOG disebut akan menggenjot produksi hulu migas nasional pada tahun ini. Nanang menyatakan, pada enam bulan pertama tahun 2023, ICIOG telah berhasil membuat 9 sumur. Hingga saat ini, mereka mengatakan telah berhasil membuat 19 sumur. Perkembangan ditemukannya sumur-sumur sebagai hulu migas tersebut akan terus dieksplorasi.
Di IOG nanti temanya bagaimana kegiatan hulu migas tetap ditingkatkan disaat regulasi peran energi transisi diperkuat. Pada proyek hulu migas ini, SKK Migas akan menggunakan target yang realistis dengan harapan akan mencapai hasil yang melebihi target. Maka dari itu, meningkatkan produksi dan eksplorasi harus dilakukan tahun ini, menurut Nanang.
Tantangan selanjutnya bagi Indonesia datang dari sisi investor attractiveness. Nanang mengatakan, “dunia migas ini borderless. Hampir semua negara tak kerjakan industri migas negara sendiri, pasti aa partner luar,”
Advertisement
Kolaborasi Industri Migas
Menurutnya, Indonesia bagian Timur memiliki risiko yang tinggi sehingga hanya bisa dikerjakan oleh perusahaan kelas major. Untuk itu, situasi yang kondusif harus bisa diberikan kepada investor karena jika tidak ada investasi yang masuk, cadangan migas yang baru tidak bisa dikerjakan.
“Mengandalkan perusahaan nasional saja tidak cukup, tidak cukup dengan rintangan yang besar. Jadi, kolaborasi industri migas itu jadi keharusan.” Kata Nanang.
Harapannya dengan adanya ICIOG, hulu migas akan diboosting walau tantangannya ada energy trilemma dan energy transition.
“ICIOG akan survive. Yang penting, SKK Migas bisa menyediakan energy yang sesuai kebutuhan yang ada didemand,” Ujar Nanang.