KTT ASEAN 2023 di Jakarta, Indonesia Bisa Untung?

Sebagai ketua ASEAN, Indonesia memiliki peran dalam memastikan seluruh kawasan mendapat manfaat dari potensi nilai tambah ekonomi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Sep 2023, 15:50 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2023, 15:50 WIB
Founder and Chairman of Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal dalam ASEAN Business & Invesment Summit ke 2 di Sultan Hotel, Jakarta Senin (4/9/2023). (Tasha/Liputan6.com)
Founder and Chairman of Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal dalam ASEAN Business & Invesment Summit ke 2 di Sultan Hotel, Jakarta Senin (4/9/2023). (Tasha/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Founder and Chairman of Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal mengungkapkan, salah satu arti penting dalam keketuan Indonesia di ASEAN Tahun ini adalah memperkuat sentralitas kawasan.

"Saya pikir keketuaan Indonesia adalah bagaimana memperkuat sentralitas ASEAN, yang berarti posisi sentral ASEAN dalam urusan regional dimana kita adalah penggerak dari urusan yang terjadi di Asia Tenggara," kata Dino Patti Djalal kepada wartawan usai menghadiri ASEAN Business & Invesment Summit ke 2 di Sultan Hotel, Jakarta Senin (4/9/2023).

"Jadi yang ingin kita tunjukkan kepada dunia adalah; bukan hanya Indonesia tetapi Asia Tenggara adalah peluang bagi perdagangan dan investasi dalam bidang teknologi, pendidikan, dan sektor lainnya," jelas Dino.

Menurutnya, sebagai ketua ASEAN, Indonesia memiliki peran dalam memastikan seluruh kawasan mendapat manfaat dari potensi nilai tambah ekonomi.

Dino juga menyoroti perekomonian negara negara ASEAN yang berkinerja cukup baik di tengah ketidakpastian ekonomi global dalam beberapa waktu terakhir.

"Juga di bidang infrastruktur mengenai transisi net zero di perekonomian ASEAN yang akan memberikan jalan bagi kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan di dalam dan antara negara ASEAN dengan belahan dunia lainnya," jelasnya.

"Seberapa suramnya keadaan, saya yakin (ASEAN) punya ketahanan untuk mengatasinya. Ingat, di masa pandemi, keadaannya sangat suram kan? Tapi ASEAN, termasuk Indonesia, sudah pulih dengan cukup baik. kita juga pernah melewati hal yang sama pada saat krisis ekonomi global tahun 2008. Dan sebelum itu, pada krisis keuangan tahun 1997, ASEAN telah dilanda begitu banyak bencana dan kenaikan harga, namun kita tetap mampu bangkit kembali dengan lebih kuat," papar Dino.

Ketua FPCI kembali menekannya pentingnya ASEAN sebagai organisasi regional untuk mempertahankan posisinya sebagai pusat pertumbuhan global, juga tetap menjaga sentralitasnya.

KTT ASEAN 2023: Digitalisasi, Ekonomi Hijau dan Kebijakan Karbon Jadi Isu Penting

Jerry Sambuaga.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga dalam Pertemuan (ASEAN Economic Ministers Meeting) AEM-37th ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) Council, Sabtu (19/8/2023). (Foto: Istimewa)

Sebelumnya, Indonesia dalam Keketuaan ASEAN 2023 membawa tiga pilar utama, yakni recover-rebuilding, digital economy, dan sustainibility. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menilai digitalisasi jadi salah satu isu paling strategis.

Namun, Wamendag Jerry menekankan bahwa ASEAN, khususnya Indonesia masih menghadapi disparitas tinggi untuk kesiapan menjemput ekonomi digital, terutama bagi kelompok UMKM.

"Saat ini masih ada disparitas yang cukup besar terkait kesiapan digitalisasi dalam berbagai hal di Indonesia. Ini sangat krusial, karena digitalisasi sangat signifikan untuk mendorong and memperluas akses bagi partisipasi UMKM di bidang ekonomi," ujarnya dalam Webinar Road to The 43rd ASEAN Summit 2023, Senin (4/9/2023).

Menurut dia, Indonesia dan negara anggota ASEAN bisa memanfaatkan sejumlah perjanjian kerjasama di sektor ekonomi digital yang telah diimplementasikan sejak awal periode 2000an.

"Anggota ASEAN perlu menekankan bahwa semua negara harus dapat berpartisipasi dan memanfaatkan sepenuhnya perdagangan digital," imbuh Jerry.

Selain ekonomi digital, Jerry juga menyoroti isu kebijakan karbon dan ekonomi hijau yang kini tengah kencang digalakan di seluruh dunia.

Jerry mengatakan, banyak negara dunia dalam waktu dekat akan segera menerapkan dua kebijakan itu. Sehingga negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia pun harus bersiap diri.

"Kebijakan karbon dan ekonomi hijau akan segera diimplementasikan di banyak negara. Prioritas untuk kawasan (ASEAN) adalah transisi menuju ekonomi hijau, yang mencakup kebijakan karbon untuk membangun kembali dengan lebih baik dan lebih ramah lingkungan," tuturnya.

 

Kolaborasi adalah Kunci

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyakini, Keketuaan ASEAN-BAC 2023 telah memberikan semangat inklusif untuk menyatukan komunitas bisnis di Kawasan di bawah tema “ASEAN Centrality: Innovating Towards Greater Inclusivity”.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyakini, Keketuaan ASEAN-BAC 2023 telah memberikan semangat inklusif untuk menyatukan komunitas bisnis di Kawasan di bawah tema “ASEAN Centrality: Innovating Towards Greater Inclusivity”.

Hal ini juga sejalan dengan semangat Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 yang bertema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth."

"Kolaborasi adalah kunci untuk memperkuat kerja sama dan sektor swasta agar ASEAN bisa menjadi pusat ekonomi, politik, dan sosial budaya. Kita harus menjaga performa ini dengan tindakan nyata, termasuk meningkatkan perdagangan di ASEAN," kata Mendag dikutip Senin (4/9/2023).

Hal tersebut ia sampaikan, pada ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) 2023 di Hotel Sultan, Jakarta Minggu (3/9/2023). Penyelenggaraan ABIS berada di bawah Keketuaan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) 2023.

Kemudian ia juga mencatat, tren peningkatan perdagangan barang dan arus investasi antar-negara anggota ASEAN setiap tahunnya. Untuk mempertahankan kinerja tersebut, Mendag Zulkifli Hasan menyatakan, ada tiga hal konkret yang dapat dilakukan. Pertama, memperkuat Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ASEAN Trade in Goods Agreement/ATIGA). 

Hal ini bertujuan, untuk memastikan perjanjian tersebut tetap relevan, modern, dan lebih responsif terhadap perkembangan regional dan global.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya