Harga Minyak Dunia Makin Mahal Dipicu Perang Israel Vs Hamas Palestina, Kian Dekati USD 100

Harga minyak Brent berjangka naik USD1,60 atau 1,8% menjadi USD 91,50 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,66 atau 1,9% menjadi USD 88,32.

oleh Septian Deny diperbarui 19 Okt 2023, 07:30 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2023, 07:30 WIB
ilustrasi tambang migas
Harga minyak Brent berjangka naik USD1,60 atau 1,8% menjadi USD 91,50 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,66 atau 1,9% menjadi USD 88,32. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik sekitar 2% ke level tertinggi dua minggu pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta). Lonjakan harga minyak dunia hari ini dipicu penarikan penyimpanan minyak Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan dan kekhawatiran mengenai pasokan global setelah Iran menyerukan embargo minyak terhadap Israel sehubungan dengan konflik di Gaza.

Dikutip dari CNBC, Kamis (19/10/2023), harga minyak Brent berjangka naik USD1,60 atau 1,8% menjadi USD 91,50 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,66 atau 1,9% menjadi USD 88,32. 

Pada sesi tertingginya, kedua acuan harga minyak dunia tersebut naik lebih dari USD 3 per barel.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan perusahaan-perusahaan energi menarik 4,5 juta barel minyak mentah dari stoknya selama pekan yang berakhir 13 Oktober.

Angka tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan para analis yang memperkirakan penurunan sebesar 0,3 juta barel dalam jajak pendapat Reuters. Pada hari Selasa, kelompok industri American Petroleum Institute (API) melaporkan penurunan sebesar 4,4 juta barel.

Penyimpanan Minyak Mentah

Ini merupakan penurunan penyimpanan minyak mentah keempat dalam lima minggu. Jumlah tersebut jauh melebihi penurunan mingguan sebesar 1,7 juta barel pada tahun sebelumnya dan dibandingkan dengan rata-rata peningkatan lima tahun (2018-2022) sebesar 2,5 juta barel.

Persediaan turun 0,8 juta barel di fasilitas penyimpanan Cushing di Oklahoma ke level terendah sejak Oktober 2014, memicu kekhawatiran mengenai kualitas minyak yang tersisa di titik pengiriman minyak berjangka AS.

“Kekhawatiran terbesar dalam laporan ini adalah Cushing, Oklahoma… kami menurunkannya ke tingkat yang sangat rendah yang seharusnya mendukung keseluruhan kompleks (untuk harga minyak),” kata Analis Price Futures Group, Phil Flynn.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ketegangan di Timur Tengah

Hadapi Cuaca Ekstrim, Ditjen Migas Minta Badan Usaha Susun Upaya Mitigasi
Minyak dan Gas Bumi

Flynn mencatat bahwa harga melonjak ke level tertinggi setelah Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mendesak embargo minyak terhadap Israel setelah ratusan warga Palestina tewas dalam ledakan di sebuah rumah sakit di Kota Gaza. Pejabat Israel dan Palestina saling menyalahkan.

Organisasi negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak berencana mengambil tindakan segera atas seruan anggota OPEC Iran, empat sumber dari kelompok produsen mengatakan kepada Reuters.

Yordania membatalkan pertemuan puncak yang akan diselenggarakannya dengan Presiden AS Joe Biden serta para pemimpin Mesir dan Palestina. Biden tiba di Israel pada hari Rabu menjanjikan solidaritas dengan Israel dalam perang melawan Hamas, dan mendukung pernyataan Israel bahwa militanlah yang menyebabkan ledakan di rumah sakit.

“Perubahan nasib diplomatik ini kembali menimbulkan ketakutan akan penyebaran konflik dan lonjakan harga minyak,” kata John Evans, Pialang Minyak PVM.

 


Dukungan Terhadap Harga Minyak

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak juga mendapat dukungan dari data resmi yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, importir minyak terbesar dunia, yang lebih cepat dari perkiraan pada kuartal ketiga.

Di AS, konsumen minyak terbesar di dunia, penjualan ritel bulan September yang lebih tinggi dari perkiraan mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga lagi pada akhir tahun. Kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

“Data terbaru AS dan Tiongkok menunjukkan bahwa dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia mendukung permintaan minyak mentah yang stabil atau meningkat,” Edward Moya, Analis Pasar Senior OANDA.

Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya