Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkapkan penyebab tidak menentunya kondisi ekonomi global saat ini. Pertama yang membuat tekanan di ekonomi dunia adalah situasi geopolitik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina.
Meskipun konflik Rusia-Ukraina lokasinya jauh dari Indonesia, tetapi dampaknya terasa di seluruh dunia termasuk ke Indonesia. Alasannya, Ekonomi Rusia dan Ukraina terhubung dengan sistem global.
Baca Juga
“Pertama, geopolitik. Belum rampung konflik Rusia yang berdampak besar di dunia, meskipun jauh dari Indonesia, tapi terkena dampak karena sini ini tersambung,”kata Zulkifli Hasan dalam sambutannya di The Biggest Real Estate Summit 2023 di Hotel Raffles Jakarta, Ciputra World, Jakarta (9/11/2023).
Advertisement
Dampak konflik Rusia-Ukraina ini sudah terasa saat ini dengan adanya kenaikan harga komoditas salah satunya adalah gandum dan energi. Seperti diketahui Ukraina adalah salah satu produsen gandum terbesar dunia dan Rusia adalah salah satu produsen minyak terbesar dunia.
“Akibat dari Rusia ini, harga naik karena gandum dan energi besar dari situ, tapi kita tidak bisa beli lagi,” jelasnya.
Mendag melanjutkan, konflik geopolitik Israel dan Palestina juga berpengaruh meskipun jauh dari Indonesia.
Selain geopolitik, ekonomi dunia juga terdampak dari perubahan iklim. Hingga saat ini, curah hujan masih terbatas berpotensi menunda panen pada musim panen mendatang.
“Yang kedua, perubahan iklim. Hari ini kita baru satu-dua hari hujan, jadi dampak ke panen musim pangan akan mundur,” ucap dia.
Selanjutnya, ia mengimbau meskipun saat ini dunia tengah menghatantangan ekonomi seperti ini, Indonesia memiliki prestasi yang patut disyukuri.
Tercatat bahwa, Indonesia berhasil mencatatkan surplus perdagangan terbesar 41 selama bulan. “Di tengah ekonomi seperti itu kita syukuri bahwa Indonesia sudah 41 bulan terus surplus tahun lalu, dan surplus paling besar di seluruh sejarah,” pungkasnya.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Bawah 5 Persen, Lebih Baik dari Malaysia hingga AS
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2023 di bawah 5 persen yakni 4,94 persen.
Namun, Airlangga mengklaim pertumbuhan tersebut masih lebih baik dibandingkan negara Malaysia, Singapura, hingga Amerika Serikat.
"Kita juga lihat Indonesia salah satu negara yang tumbuh kuat, pertumbuhan kita masih lebih tinggi dibandingkan berbagai negara lain termasuk Cina, Malaysia, Amerika, bahkan Singapura," kata Airlangga dalam konferensi pers PDB Kuartal III 2023, di kantor Kementerian Perekonomian, Senin (6/11/2023).
Airlangga mengaku sangat bersyukur, lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2023 masih tumbuh positif.
"Alhamdulillah tadi sudah disampaikan oleh BPS pertumbuhan ekonomi kita tumbuh 4,94 persen secara year on year atau 5,05 persen setahun," ujar Airlangga.
Berdasarkan data BPS, Airlangga menyampaikan, bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023 ditopang oleh solidnya permintaan domestik, yang tercermin oleh konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), serta kuatnya konsumsi domestik yang dilihat dari indeks keyakinan konsumen yang masih di level 121,7 per September 2023.
Advertisement
Faktor Konsumsi Rumah Tangga
Sementara itu, disisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi kontributor tertinggi terhadap perekonomian Indonesia kuartal III-2023 yakni sebesar 52,62 persen, yang didukung oleh laju inflasi yang bisa dikendalikan.
"Ditambah lagi tentu pertumbuhan PMTB yang berkontribusi mendekati 30 persen yaitu 29,68 termasuk komponen barang modal bangunan yang menggerakkan sektor konstruksi, dan harga komoditas memperngaruhi terhadap net ekspor yang mengalami penurunan walaupun ekspor jasa atau jasa pariwisata mengalami kenaikan," jelasnya.
Lanjut, untuk sisi permintaan domestik sektoral, BPS mencatat sektor industri pengolahan kontribusinya sebesar 18,75 persen dan tumbuh diatas pertumbuhan ekonomi yaitu 5,20 persen.
"Kuatnya industri pengolahan juga sejalan dengan PMI yang ekspansif selama 26 bulan berturut-turut, di bulan Oktober kemarin di 51,5," pungkasnya.