Ini Ramalan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia di 2024

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) mulai memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate pada paruh kedua 2024.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Jan 2024, 13:15 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2024, 13:15 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Bank Indonesia. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) mulai memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate pada paruh kedua 2024.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) mulai memangkas suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate pada paruh kedua 2024.

"Bank Indonesia diperkirakan memiliki ruang untuk menurunkan BI-Rate pada paruh kedua tahun 2024," kata Josua diikutip dari Antara, Rabu (17/11/2024).

Selain itu, ia memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga BI-Rate di level 6 persen pada Rawat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Januari 2024. Perkiraan tersebut dibuat dengan mempertimbangkan perkembangan terakhir dari sisi global dan domestik.

Sikap hati-hati bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed terkait penurunan suku bunga pada 2024, ditambah dengan risiko inflasi domestik yang sedang berlangsung di paruh pertama tahun ini akibat El-Nino.

"Kami terus mempertahankan perkiraan kami bahwa BI-Rate akan berada di level 5,50 persen pada akhir tahun 2024," ujarnya.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 20-21 Desember 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya atau BI rate sebesar 6 persen. Suku bunga deposit facility dipertahankan sebesar 5,25 persen, dan suku bunga lending facility juga tetap sebesar 6,75 persen.

"Keputusan Bank Indonesia mempertahankan BI rate pada level 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Desember 2023 di Jakarta, Kamis (21/12).

Keputusan tersebut dilakukan untuk mendukung langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024.

Rupiah Dibuka Melemah Terhadap Dolar AS, Menanti Hasil RDG Bank Indonesia

Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu pagi turun 33 poin atau 0,21 persen menjadi 15.626 per dolar AS dari sebelumnya 15.593 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini menjelang rilis hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).

"Hari ini Bl akan mengumumkan hasil rapat BI," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari ANTARA, Rabu (17/1/2024).Josua memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga kebijakan atau BI-Rate di level 6 persen.

Prediksi Rupiah

Rupiah pada perdagangan Rabu diproyeksikan akan berada di rentang 15.550 per dolar AS sampai dengan 15.675 per dolar AS. Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) diperdagangkan beragam meskipun rupiah melemah pada Selasa (16/1).

Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp 29,07 triliun pada Selasa, lebih tinggi dibandingkan volume perdagangan pada Senin sebesar Rp6,58 triliun.

Kepemilikan asing pada obligasi Pemerintah Indonesia naik Rp 1,09 triliun menjadi Rp 846 triliun (14,92 persen dari total beredar) pada 15 Januari 2024. Pemerintah mengadakan lelang dan menyerap Rp24 triliun dari Rp67,56 triliun penawaran yang masuk, lebih tinggi dari penawaran yang masuk pada lelang sebelumnya sebesar Rp39,80 triliun.

 

Sentimen Global

Rupiah Menguat
Sedangkan mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi global, keraguan investor meningkat terhadap kemungkinan penurunan suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed pada Maret 2024, terutama karena kurangnya sinyal dari anggota The Fed dan solidnya data ekonomi AS terkini.

Kondisi tersebut menyebabkan investor beralih ke aset dolar AS sehingga mendorong penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS atau US Treasury (UST).

Investor menunggu pidato dari pejabat Fed lainnya untuk mengetahui sinyal penurunan suku bunga kebijakan. Saat ini, pasar memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakannya sebesar 150 basis poin pada 2024.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya