Kolaborasi Perbankan dan Fintech Bakal Perluas Jangkauan Masyarakat

VP of Transaction Banking BRI Rudy Automo menyatakan, layanan fintech dan perbankan memang banyak yang beririsan dari sisi karakter.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 24 Jan 2024, 20:06 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2024, 20:06 WIB
Media gathering asosiasi fintech Indonesia (AFTECH), Rabu (24/1/2024). (Foto: Liputan6.com/Elga N)
Media gathering asosiasi fintech Indonesia (AFTECH), Rabu (24/1/2024). (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Liputan6.com, Jakarta - Tidak sedikit masyarakat yang bergejolak melakukan pinjaman melalui peer to peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol) di tengah pesatnya kemajuan financial technology (fintech).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pertumbuhan P2P lending mencapai 18,05% year on year (YoY) menjadi Rp 59,38 triliun hingga Oktober 2023. Hasil ini memperlihatkan bahwa pinjol berpotensi menjadi pesaing perbankan dalam bisnis pembiayaan dengan model bisnis baru. 

OJK pun menyebut, pertumbuhan kredit perbankan tercatat sebesar tumbuh single digit sebesar 9,74% sebanyak Rp 6.966 triliun per November 2023. Bankir mengakui, kehadiran fintech P2P lending menimbulkan kompetisi pasar dalam penyaluran pembiayaan. 

Transaction Banking Digital & Customer Experience Head Bank Danamon Indonesia Indradi Padmawidjaja mengatakan, hubungan bank dan fintech sebenarnya bersifat ‘ever evolving’. Dalam hal ini, pada satu titik tertentu perbankan dan fintech P2P lending saling berkompetisi karena mempunyai pasar yang sama. Di sisi lain, baik perbankan dan fintech P2P lending juga bisa kolaborasi. 

"Kebutuhan masyarakat itu variatif. Akhirnya kami bisa melakukan satu solusi di mana dua-duanya itu bermanfaat buat masyarakat,” ujar di dalam acara Media Gathering AFTECH, Rabu (24/1/2024).

Indradi pun menyebut kolaborasi antara perbankan dan pelaku fintech menjadi cara agar dapat menjangkau masyarakat yang belum bankable. 

Sementara itu, VP of Transaction Banking BRI Rudy Automo menyatakan, layanan fintech dan perbankan memang banyak yang beririsan dari sisi karakter. Perbankan dapat menjadi tulang punggung sementara fintech akan memacu ekosistemnya. Lantaran, fintech memiliki unggul dalam hal kelincahan serta inovasinya yang berjalan cepat.

"Kami dari bank bisa kerja sama dengan fintech untuk menawarkan layanan baru kepada nasabah. Jadi kalau ditanya apakah saingan atau kolaborasi, menurut saya dua-duanya,” kata Rudy.

 

Kolaborasi dengan Fintech

Media gathering asosiasi fintech Indonesia (AFTECH), Rabu (24/1/2024). (Foto: Liputan6.com/Elga N)
Media gathering asosiasi fintech Indonesia (AFTECH), Rabu (24/1/2024). (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Baik BRI dan Bank Danamon pun sudah melakukan kolaborasi dengan fintech, yaitu OY! Indonesia yang merupakan fintech solusi pembayaran bisnis dengan platform pembayaran tunai dan non-tunai yang terintegrasi.

Sejak awal kehadiran fintech, nasabah tidak perlu repot menunggu proses yang lama untuk menyetor uang. Dengan adanya OY! Indonesia, uang tunai dapat disetor dengan mudah menjadi digital.

"Masyarakat tidak perlu nunggu lagi kapan duitnya masuk,” ujarnya.

Rudy melanjutkan, perbankan juga dapat menopang pertumbuhan fintech. Sebagai contoh, BRI memiliki jaringan luas yang menjangkau 82% dari seluruh desa di Indonesia. BRI pun mampu membuka jaringan untuk perusahaan fintech yang berkolaborasi dengan mereka.

 

Melihat Prospek Industri Fintech dan Perbankan di Tengah Kondisi Pemilu 2024

Ilustrasi Fintech
Ilustrasi Fintech. Dok: edgeverve.com

 Sebelumnya diberitakan, industri financial technology (fintech) dan perbankan diyakini masih mampu bertahan di tengah kondisi tahun pemilihan umum (pemilu) 2024. Lantas, bagaimana prospek kedua industri tersebut? 

Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) optimistis prospek kedua industri tersebut masih cerah dalam beberapa waktu mendatang. Ini mengingat, kondisi ekonomi di tahun pemilu cenderung mengalami peningkatan. 

Executive Director AFTECH Aries Setiadi menuturkan, jika dilihat dari ekonomi secara umum pada tahun pemilu transaksi di masyarakat terbilang tinggi gitu. Hal tersebut tercermin dari kegiatan masyarakat yang sudah lebih bebas melakukan apapun dibandingkan saat pandemi Covid-19.

"Terus kemudian di masyarakat juga kalau sekarang kayak debat cawapres-cawapres juga ada nobarnya. Jadi kita melihat justru ini menggerakkan ekonomi. Sekarang dengan Covid sudah resmi dicabut jadi masyarakat juga lebih bebas, travelling juga semakin tinggi,” ujar dia dalam acara Media Gathering AFTECH, Rabu (24/1/2024). 

 

Pemilu Bakal Dongkrak Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemerintah optimistis produk-produk hilirisasi lanjutan juga dapat menopang daya saing produk ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Alhasil, AFTECH pun melihat hal tersebut akan berkontribusi positif terhadap perkembangan ekonomi secara umum termasuk fintech. Bahkan, masyarakat pun sudah mulai menggandrungi pembayaran melalui sistem fintech saat melakukan transaksi dalam hal apapun. 

Sementara itu, VP of Transaction Banking BRI Rudy Automo menjelaskan, tahun pemilu ini diperkirakan bakal memberikan keuntungan bagi ekonomi. Ini mengingat, aktivitas di masyarakat juga semakin banyak. Sehingga, tahun ini terlihat memiliki peluang yang cerah untuk dapat terus bertumbuh. 

"Jadi dari ekonomisnya BRI juga memprediksikan tahun ini sebenarnya pemilu itu justru memberikan keuntungan ekonomi sepertinya,” kata dia. 

Dia bilang, transaksi melalui perbankan pun diprediksi terus meningkat. Optimisme tersebut berasal dari jumlah transaksi konsumsi di masyarakat yang mengalami peningkatan pada 2023. 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya