Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) akan menyiapkan uang tunai sebesar Rp 197,6 triliun guna menyambut hari raya keagamaan nasional yakni Ramadan dan Idul Fitri 2024.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni Primanto Joewono, menyebut uang yang akan diedarkan tersebut lebih tinggi 4,55 persen, dibandingkan periode ramadan tahun lalu yang sebesar Rp 189 triliun.
Baca Juga
"Tentu ini sudah memperhitungkan berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan akseptasi digital, artinya persentasenya sudah kita pertimbangkan dengan non tunai," kata Doni Primanto Joewono saat konferensi pers RDG Februari, di Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Doni mengungkapkan, alasan dinaikkannya porsi peredaran uang pada hari raya idul fitri nanti mengacu pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang masih positif tumbuh dikisaran 5 persen dan penggunaan keuangan digital yang semakin masif.
Advertisement
"Jadi, akhirnya kita pertimbangkan uuntuk menaikkan sekitar 4,65 persen," ujarnya.
4.675 Titik Penukaran
Lebih lanjut, rencananya pada lebaran tahun ini pengedaran uang akan dilakukan di 4.675 titik penukaran uang, kemudian ditambah dengan 449 titik yang berlokasi di tempat-tempat sektor transportasi, seperti di jalan tol, rest area, pelabuhan, bandara, hingga stasiun kereta api.
"Dan tambahan lagi kita mau tambah 449 titik yang hubungan dengan transportasi. Jadi di jalan tol segala macam kita perbanyak, jadi memungkinkan orang sambil mudik di rest area, pelabuhan, stasiun, bandara," pungkasnya.
Bos BI Pede Kredit Perbankan 2024 Bisa Tembus 12 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, Kredit perbankan pada awal 2024 tumbuh tinggi. Ia pun optimis pertumbuhan kredit 2024 bisa meningkat dalam kisaran 10-12 persen.
Untuk pertumbuhan kredit pada Januari 2024 sendiri tercatat 11,83 persen (yoy). Pertumbuhan itu didorong oleh masih kuatnya sisi penawaran dan permintaan.
"Dari sisi penawaran, kapasitas permodalan perbankan yang kuat dan likuiditas yang memadai turut menopang peningkatan kredit," kata Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Februari 2024, Rabu (21/2/2024).
Lebih lanjut, Perry menjelaskan, ketersediaan likuiditas perbankan tercermin pada tingginya rasio AL/DPK sebesar 27,79 persen dan didukung pula oleh kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM)Â Bank Indonesia, khususnya bagi bank-bank yang menyalurkan kredit pada sektor-sektor prioritas.
Adapun untuk menyikapi funding gap sejalan dengan pertumbuhan DPK sebesar 5,80 persen dan agar tetap menjaga kapasitas penyaluran kredit, bank-bank menempuh dua strategi utama yaitu realokasi alat likuid dari surat-surat berharga dan penguatan pendanaan non-DPK.
Â
Advertisement
Upaya Bank Indonesia
Menurutnya, Bank memiliki preferensi untuk mendorong penyaluran kredit pada sektor potensial yang menjadi ekspertise bank dan sesuai risk appetite, antara lain ke sektor perdagangan besar dan eceran, industri, pertanian, jasa dunia usaha, dan konsumsi.
"Secara umum, sektor-sektor tersebut menunjukan kinerja usaha korporasi yang baik, mendorong terjaganya kemampuan membayar," ujarnya.
Sementara itu, untuk rinciannya berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi dan kredit modal kerja, masing-masing sebesar 13,39 persen (yoy) dan 12,26 persen (yoy), diikuti kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 9,64 persen (yoy).