CEO Aramco Amin Nasser Nilai Transisi Energi Dunia Gagal, Ini Usulannya

CEO raksasa minyak Aramco, Amin Nasser mengatakan, permintaan minyak dan gas tidak akan mencapai puncaknya dalam waktu dekat.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Mar 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2024, 21:00 WIB
Saudi Aramco
Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris memperkirakan puncak permintaan minyak, gas, dan batu bara akan terjadi pada 2030. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan mengejutkan datang dari CEO raksasa minyak Arab Saudi Aramco, Amin Nasser. Dia menilai, transisi energi telah gagal dan para pembuat kebijakan harus meninggalkan “fantasi” untuk menghentikan minyak dan gas secara bertahap, karena permintaan bahan bakar fosil diperkirakan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang.

"Di dunia nyata, strategi transisi saat ini tampak gagal di sebagian besar bidang karena bertabrakan dengan lima kenyataan sulit," kata Amin Nasser, dikutip dari CNBC International, Selasa (19/2/2024).

"Penyetelan ulang strategi transisi sangat diperlukan dan usulan saya adalah ini: Kita harus meninggalkan fantasi penghapusan minyak dan gas secara bertahap dan sebaliknya berinvestasi pada minyak dan gas yang mencerminkan asumsi permintaan yang realistis," ujar dia, dalam wawancara panel di konferensi energi CERAWeek yang digelar oleh S&P Global di Houston, Texas.

Pada 2023, Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris memperkirakan puncak permintaan minyak, gas, dan batu bara akan terjadi pada 2030.

Namun, Nasser mengatakan permintaan tidak akan mencapai puncaknya dalam waktu dekat, termasuk pada tahun itu.

Dia berpendapat, IEA masih berfokus pada permintaan di AS dan Eropa dan perlu fokus pada negara berkembang juga.

Ia menuturkan, sumber energi alternatif pun tidak mampu menggantikan hidrokarbon dalam skala besar, meskipun dunia telah berinvestasi lebih dari USD 9,5 triliun selama dua dekade terakhir.

Nasser menyoroti, tenaga angin dan surya saat ini memasok kurang dari 4 persen energi dunia, sementara total penetrasi kendaraan listrik kurang dari 3 persen.

 

 

Porsi Hidrokarbon

PT Pertamina EP (PEP) Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina berhasil membuktikan tambahan sumber daya hidrokarbon dari pengeboran dua sumur eksplorasi di Provinsi Jawa Barat. (Dok Pertamina)
PT Pertamina EP (PEP) Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina berhasil membuktikan tambahan sumber daya hidrokarbon dari pengeboran dua sumur eksplorasi di Provinsi Jawa Barat. (Dok Pertamina)

Sementara itu, porsi hidrokarbon dalam bauran energi global hampir tidak berkurang pada abad ke-21 dari 83 persen menjadi 80 persen.

"Ini bukanlah gambaran masa depan yang telah dilukiskan oleh beberapa pihak," ucap Nasser.

"Bahkan mereka mulai menyadari pentingnya keamanan minyak dan gas," pungkasnya.

Adapun permintaan minyak global yang juga meningkat sebesar 100 juta barel per hari selama periode yang sama, dan akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa tahun 2024 ini.

Gas telah tumbuh 70 persen sejak awal abad ini, kata Nasser. Peralihan dari batu bara ke gas bertanggung jawab atas dua pertiga pengurangan emisi karbon di AS.

Investasi ET Belum Cukup Besar di Negara Berkembang?

BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID berupaya mewujudkan Tujuan Mulia (Noble Purpose) Grup MIND ID melalui ekspansi perusahaan ke bisnis energi baru terbarukan (EBT).
BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID berupaya mewujudkan Tujuan Mulia (Noble Purpose) Grup MIND ID melalui ekspansi perusahaan ke bisnis energi baru terbarukan (EBT). Dalam hal ini, Grup MIND ID PT Bukit Asam Tbk melalukan diversifikasi bisnis untuk mewujudkan visi menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan. (Dok. MIND ID)

Sementara itu, negara-negara berkembang di wilayah selatan akan mendorong permintaan minyak dan gas seiring dengan meningkatnya kesejahteraan di negara-negara tersebut, yang mewakili lebih dari 85 persen populasi dunia.

Negara-negara ini menerima kurang dari 5 persen investasi yang menargetkan energi terbarukan, kata Nasser.

Nasser mengatakan dunia harus lebih fokus pada pengurangan emisi minyak dan gas selain energi terbarukan.

Dia mengatakan, peningkatan efisiensi saja selama 15 tahun terakhir telah mengurangi permintaan energi global hampir 90 juta barel per hari setara minyak.

Sementara itu, tenaga angin dan tenaga surya hanya mampu menggantikan 15 juta barel pada periode yang sama.

"Kita harus mulai menggunakan sumber energi dan teknologi baru secara bertahap jika sudah benar-benar siap, kompetitif secara ekonomi, dan memiliki infrastruktur yang tepat," jelas Nasser.

Tunda Kenaikan Produksi

Ilustrasi harga minyak dunia
Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)

Sebelumnya, raksasa minyak Arab Saudi, Aramco mengumumkan bahwa pihaknya menunda rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah dari 12 juta barel per hari menjadi 13 juta barel per hari.

Penundaan itu diputuskan di tengah pertanyaan pasar yang meluas mengenai masa depan permintaan minyak dunia.

Dalam sebuah pernyataan, eksportir minyak mentah terbesar di dunia itu mengatakan pihaknya telah diperintahkan oleh Kementerian Energi Arab Saudi untuk mempertahankan Kapasitas Berkelanjutan Maksimum (MSC) pada tingkat saat ini, seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (30/1/2024).

Namun Aramco, yang melakukan IPO pada tahun 2019, tidak mengungkapkan alasan di balik keputusan penundaan.

Tunggu Maret 2024Perusahaan mengatakan akan memperbarui panduan belanja modalnya ketika hasil setahun penuh tahun 2023 diumumkan pada bulan Maret mendatang.

Dilaporkan,harga minyak mentah Brent untuk pengiriman bukan Maret naik 0,24% dari harga penutupan sebelumnya di $82,60 per barel.

Permintaan minyak global diproyeksikan meningkat sebesar 2,3 juta barel per hari pada tahun 2023 menjadi 101,7 juta barel per hari, menurut laporan tahunan Badan Energi Internasional (IEA) yang diterbitkan pada bulan Desember 2023.

Namun, IEA mencatat bahwa hal ini menutupi dampak melemahnya iklim makroekonomi lebih lanjut.

“Pertumbuhan permintaan global pada kuartal keempat tahun 2023 telah direvisi turun hampir 400 kb/hari, dengan Eropa menyumbang lebih dari setengah penurunan tersebut,” kata IEA.

“Perlambatan ini akan terus berlanjut pada tahun 2024, dengan kenaikan global berkurang separuhnya menjadi 1,1 juta b/h, karena pertumbuhan PDB masih berada di bawah tren di negara-negara besar,” ungkapnya.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya