HSBC Alokasikan Rp 15,8 Triliun Genjot Ekonomi Digital ASEAN

HSBC resmi mengumumkan ASEAN Growth Fund senilai USD 1 miliar atau setara dengan Rp 15,8 triliun untuk mengakselerasi ekspansi perusahaan digital di kawasan ASEAN

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Mar 2024, 13:40 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2024, 13:40 WIB
hsbc-laba130304c.jpg
HSBC resmi mengumumkan ASEAN Growth Fund senilai USD 1 miliar atau setara dengan Rp 15,8 triliun untuk mengakselerasi ekspansi perusahaan digital di kawasan ASEAN

 

Liputan6.com, Jakarta HSBC resmi mengumumkan ASEAN Growth Fund senilai USD 1 miliar atau setara dengan Rp 15,8 triliun untuk mengakselerasi ekspansi perusahaan digital di kawasan ASEAN yang tumbuh pesat.

Ekonomi digital di Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan dengan pertumbuhan yang paling cepat di dunia dengan nilai pasar mencapai USD 218 miliar pada tahun 2023 dan diperkirakan akan tumbuh menembus USD 600 miliar pada akhir dekade ini – dengan tingkat pertumbuhan rata-rata (CAGR) sebesar 16%.

Bertujuan memberdayakan perusahaan digital di kawasan ASEAN untuk mencapai skala ekonomi yang optimal, mengembangkan portofolio aset, serta mengakselerasi siklus bisnis, HSBC meluncurkan platform pendanaan unik dan inovatif dengan nilai total USD 1 miliar.

“Kami sangat antusias dengan berkembangnya ekonomi digital di ASEAN, termasuk Indonesia,” kata Francois de Maricourt, Presiden Direktur HSBC Indonesia, ditulis Kamis (28/3/2024).

Dijelaskannya, seiring dengan nilai ekonomi digital yang diperkirakan mencapai USD 360 miliar pada tahun 20302, Indonesia merupakan pusat pertumbuhan ekonomi digital di kawasan ASEAN.

"Oleh karena itu, kami dengan bangga meluncurkan HSBC ASEAN Growth Fund dan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan digital untuk mendukung memperluas ekspansi bisnis mereka di kawasan ASEAN dan sekitarnya," tambah Francois.

Fokus Perusahaan

HSBC ASEAN Growth Fund fokus pada perusahaan-perusahaan yang mengincar ekspansi ke pasar Asia Tenggara. Pendanaan ini mendukung perusahaan di sektor ekonomi baru (new economy), korporasi dan lembaga keuangan non-bank dengan pertimbangan metrik operasional bisnis terkait portofolio aset generatif arus kas perusahaan, dibandingkan hanya berpatokan pada metrik keuangan tradisional.

Francois menambahkan, HSBC memiliki sejarah panjang selama 140 tahun di Indonesia dalam mendukung pebisnis dan dunia usaha untuk berkembang pesat.

"Peluncuran pendanaan terbaru ini memungkinkan kami untuk lebih mendukung perusahaan-perusahaan ekonomi baru (new economy) di Indonesia dan ASEAN, termasuk start-up maupun perusahaan yang sedang berkembang, seiring dengan ekspansi mereka ke ASEAN dan akselerasi siklus bisnis," tegasnya.

 

Digitalisasi Operasional

Ilustrasi ekonomi digital. Freepik
Ilustrasi ekonomi digital. Freepik

Survei terbaru HSBC terhadap 600 perusahaan yang beroperasi di Asia Tenggara menunjukkan bahwa “digitalisasi operasional” adalah prioritas utama pebisnis, yang dipilih oleh 42% responden. Diikuti oleh “pertumbuhan di Asia Tenggara” (40%) dan “riset dan pengembangan” (37%).

Senada, investasi digital juga merupakan strategi bisnis utama bagi perusahaan di Indonesia, sebelum melakukan ekspansi ke pasar-pasar baru di ASEAN. Hampir sembilan dari 10 (89%) memperkirakan perdagangan intra-ASEAN akan meningkat pada tahun 2024, dengan 32% memperkirakan peningkatan lebih dari 30%.

Survei tersebut juga menemukan bahwa delapan dari 10 (81%) perusahaan di Indonesia berencana untuk berinvestasi lebih banyak di ASEAN. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan 52% yang berniat meningkatkan investasinya di luar ASEAN.

Meskipun demikian, ketidakpastian makroekonomi, perubahan peraturan dan kebijakan yang cepat merupakan hambatan utama bagi perusahaan Indonesia yang ingin berekspansi ke pasar baru di ASEAN, dengan 2 dari 3 mengatakan bahwa strategi utama untuk mengatasi hambatan ekspansi adalah kemudahan melakukan dan menerima pembayaran – yang menggarisbawahi pentingnya dukungan dan petunjuk dari mitra perbankan.

 

Peran Perbankan

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt, dalam HSBC Summit 2023, di St Regis, Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt, dalam HSBC Summit 2023, di St Regis, Jakarta, Rabu (11/10/2023).

Riko Tasmaya, Managing Director, Wholesale Banking HSBC Indonesia menjelaskan, adopsi digital yang cepat di ASEAN berarti dunia usaha semakin membutuhkan mitra perbankan digital yang mampu untuk mendukung pertumbuhan mereka.

"Perusahaan menginginkan solusi perdagangan dan pembayaran yang nyaman dan mudah digunakan, sehingga dapat memberikan lebih banyak waktu bagi pebisnis untuk fokus pada strategi dan ekspansi,” terangnya

“Tidak hanya itu, mitra perbankan harus sepenuhnya memahami peraturan dan budaya yang berbeda, serta menggunakan keahlian yang mumpuni untuk merumuskan solusi yang optimal, selain juga mampu memenuhi kebutuhan mendasar strategi pertumbuhan lintas negara untuk memastikan keberhasilan ekspansi bisnis, baik itu di ASEAN atau di sekitarnya.”, lanjut Riko.

Berbekal pengalaman 140 tahun di Indonesia, HSBC berada di garis depan dalam mendorong transformasi digital, menawarkan serangkaian solusi pembiayaan dan perbankan digital seperti TradePay3 dan Omni Collect4, memberikan klien lebih banyak waktu untuk fokus pada prioritas bisnis dan memperkuat ekspansi di ASEAN dan sekitarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya