Cerita Manis Usaha Kopi, Sasar Pasar Global Berkat Program Masjid BSI Empowerment

Program Masjid BSI Empowerment, yang dirancang untuk mendorong kemandirian masjid dan meningkatkan kesejahteraan kelompok mustahik melalui pemberdayaan berbasis masjid, telah menunjukkan hasil positif yang signifikan.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Mei 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2024, 18:30 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan Masjid BSI (Bank Syariah Indonesia) Bakauheni yang dibangun di kawasan PT ASDP Indonesia Ferry, Bakauheni Harbour City (BHC), Lampung. (Dok BUMN)
Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan Masjid BSI (Bank Syariah Indonesia) Bakauheni yang dibangun di kawasan PT ASDP Indonesia Ferry, Bakauheni Harbour City (BHC), Lampung. (Dok BUMN)

Liputan6.com, Jakarta Program Masjid BSI Empowerment, yang dirancang untuk mendorong kemandirian masjid dan meningkatkan kesejahteraan kelompok mustahik melalui pemberdayaan berbasis masjid, telah menunjukkan hasil positif yang signifikan.

Program ini mencakup berbagai bidang seperti pendidikan, sosial, keagamaan, dan ekonomi, dengan tujuan utama meningkatkan kemandirian dan kapasitas Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) atau Takmir dalam memberikan kesejahteraan kepada masyarakat secara berkelanjutan.

Dana zakat yang dikumpulkan melalui Bank BSI dan diimplementasikan oleh BSI Maslahat telah membawa dampak positif bagi para penerima manfaat (mustahik). Salah satu kisah sukses dari program ini adalah pendampingan kepada unit usaha rumah sangrai kopi lokal di lingkungan Masjid Al Muhajirin, yaitu Alive Beans.

Alive Beans telah berhasil menjembatani petani kopi lokal menuju pasar global. Biji kopi mereka kini disuplai ke berbagai kafe di wilayah Bekasi dan Jakarta.

"Sejak dibantu dan didampingi oleh BSI Maslahat melalui program sertifikasi Halal, kami memiliki rumah sangrai mandiri beserta mesinnya. Kami juga mendapatkan pendampingan dari sisi produksi dan pemasaran sehingga omzet kami meningkat. Alive Beans menjadi lebih percaya diri dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan dari rumah sangrai. Selain itu, dalam upaya untuk terus berkembang, kami bisa memberikan kontribusi kepada masjid," ujar Alive dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (26/5/2024).

Pendampingan dari BSI Maslahat telah memberikan dampak nyata dalam peningkatan omzet dan kualitas produk Alive Beans. Dengan adanya rumah sangrai mandiri dan program sertifikasi Halal, Alive Beans kini lebih siap untuk bersaing di pasar yang lebih luas, memberikan manfaat tidak hanya bagi usaha mereka sendiri tetapi juga bagi masyarakat sekitar dan masjid.

Masjid, sebagai pusat pemberdayaan ekosistem muslim, memainkan peran krusial dalam aspek kesejahteraan dan edukasi Islam yang berkaitan dengan kemaslahatan. Program Masjid BSI Empowerment ini membuktikan bahwa dengan dukungan dan pendampingan yang tepat, usaha-usaha lokal dapat berkembang dan memberikan kontribusi signifikan bagi komunitasnya.

Kisah sukses Alive Beans menjadi contoh nyata bagaimana program ini dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan pendekatan yang holistik dan berbasis pada kekuatan komunitas masjid, program ini berpotensi terus mendorong kemandirian dan kesejahteraan masyarakat muslim secara lebih luas.

Alhamdulillah, BSI Bagi Dividen Rp 18,54 per Lembar Saham

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) hari ini memutuskan membagikan dividen tunai Rp 855,56 miliar atau Rp 18,54 per saham.

Jumlah dividen BSI tersebut naik sebesar 100% dibandingkan dividen tahun buku 2022 senilai Rp Rp 9,24 per lembar saham. Hal ini mengindikasikan kinerja yang cukup solid pada tahun buku 2023.

Besaran dividen itu setara 15% laba tahun buku 2023 yang sebesar Rp 5,7 triliun. Sebesar 20% laba 2023 atau senilai Rp 1,14 triliun disisihkan sebagai cadangan wajib. Sisanya sebesar 65% atau sejumlah Rp 3,7 triliun digunakan sebagai saldo laba ditahan.

Selain penetapan dividen, RUPST juga menetapkan susunan kepengurusan baru dengan penunjukan Hj. Felicitas Tallulembang sebagai Komisaris Independen, Fauzi dan Nasaruddin sebagai Komisaris. Bersamaan dengan itu, rapat memutuskan pemberhentian Budi Sarjito, Sutanto, dan Arief Rosyid Hasan dari kursi Komisaris.

Di jajaran Direksi, rapat menyetujui pengangkatan Ari Rizaldi sebagai Direktur Treasury & International Banking. Sementara Ngatari tidak lagi menjabat sebagai Direktur Retail Banking BSI.

“Kami meyakini keputusan pemegang saham ini akan menjadikan pengurus perseroan semakin solid, meraih kinerja yang berkelanjutan untuk menjadikan BSI bisa bersaing di kancah global," kata Direktur Utama BSI Hery Gunardi dikutip, Sabtu (18/5/2024).

Kinerja Fundamental Bank Syariah Indonesia Dinilai Solid, Begini Rekomendasi Analis Saham

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kinerja fundamental positif dan terjaga berkelanjutan yang ditorehkan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) sejak kehadirannya pada 2021 diapresiasi positif analis pasar modal. Saham bank bersandi BRIS tersebut direkomendasikan buy/beli dengan target harga/target price (TP) hingga Rp3.400.

Analis saham emiten dari UBS Sekuritas Indonesia Joshua Tanja dan Ivan Reynaldo Sutheja dalam hasil risetnya yang dipublikasikan belum lama ini menjelaskan, bahwa pertumbuhan kinerja berkelanjutan perseroan sejak berdiri pada 2021 mendorong rekomendasi beli bagi bank berkode saham BRIS tersebut.

Kedua analis UBS menyebut kehadiran BSI membawa pengaruh positif yang luar biasa terhadap sektor perbankan syariah di Indonesia yang berkembang pesat dan lebih menguntungkan. Tentunya hal tersebut tak terlepas dari populasi sekitar 240 juta muslim di Tanah Air, atau yang terbesar di dunia.

Sementara itu, sebagai bank syariah terbesar di Indonesia BSI pun mendominasi aset perbankan syariah yang mencapai 42% pada 2023.

Margin pembiayaan bersih BSI yang tinggi sebesar 5,9%, sebanding dengan empat bank besar (BMRI, BBRI, BBNI, dan BBCA) disebabkan oleh biaya dana yang ‘superior’.

“Ke depan, menurunnya inflasi tidak hanya memberikan ruang untuk penurunan suku bunga dan prospek pendapatan margin bersih (NIM) yang lebih baik untuk proyeksi 2025, namun juga menunjukkan prospek kualitas aset yang lebih baik. Kami memulai dengan target harga Rp3.400 berdasarkan estimasi PB 3,0 X pada 2025,” tulis kedua analis dalam risetnya.

Adapun rekomendasi harga saham tersebut merupakan target selama 12 bulan. Oleh karena itu, saat ini menjadi waktu yang tepat untuk membeli saham BRIS. Adapun pada Mei 2024 hingga perdagangan Senin (13/5/2024) BRIS diperdagangkan di kisaran level harga RpRp2.280-Rp2.790.

Konsisten Jaga Kinerja

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Terkait hal tersebut, Rizky Budinanda, Head of Investor Relation BSI menjelaskan, perseroan senantiasa menjaga konsistensi dalam memberikan manfaat bagi umat khususnya nasabah melalui kinerja berkelanjutan. Selain itu perseroan selalu berkomitmen memberikan potential gain kepada investor atas investasi di saham BRIS.

“Saham BRIS ke depan merefleksikan prospek positif pertumbuhan kinerja berkelanjutan. Baik kinerja keuangan, prospek pasar perbankan syariah di Tanah Air yang pertumbuhannya masih luas, juga secara umum industri perbankan Indonesia yang masih tumbuh sehat dan berkelanjutan,” ujarnya menjelaskan.

Rizki lanjut merinci, laba BSI hingga kuartal I/2024 terdorong pula fokus perseroan pada dana murah dan mampu menjaga intermediasi dengan baik. DPK BSI pun tumbuh pesat, yaitu 10,43% secara tahunan mencapai Rp297 triliun yang didominasi oleh dana murah berupa tabungan wadiah dengan persentase mencapai 38%.

Tabungan Wadiah BSI atau tabungan tanpa margin tersebut tumbuh 10,38% YoY dengan jumlah nasabah mencapai 13,9 juta. Jumlah tersebut lebih dari 60% nasabah. Selain itu, dana murah di BSI mayoritas merupakan tabungan yang tumbuh 8,75% yoy, lebih tinggi dari industri sehingga cost of fund dapat terjaga.

Pencapaian tersebut berhasil membawa posisi BSI berada di peringkat 5 terbesar secara nasional dari sisi tabungan. Selain itu, dari segi pembiayaan mampu menyalurkan Rp247 triliun atau tumbuh 15,89% year on year (yoy), di mana sebanyak 54,62% disalurkan pada segmen konsumer.

Hingga kuartal I/2024, aset BSI mencapai Rp358 triliun tumbuh 14,25% atau tertinggi ke-3 di industri perbankan Tanah Air. Adapun Return On Asset (ROA) 2,51%, return on equity (ROE) 18,30%, dan financing to deposit ratio (FDR) sebesar 83,05%.

Sedangkan non-performing financing (NPF) gross 2,01% yang mencerminkan kualitas pembiayaan perseroan sangat terjaga dengan dengan level cost of credit dibawah 1% yaitu 0,88%. Sementara itu cash coverage mencapai 196,61% hingga Maret 2024 yang merupakan inisiatif perusahaan untuk mencapai minimum treshold yang sebesar 200%.

“Kinerja tersebut menjadi salah satu indikator yang membuat kami optimistis akan diiringi pula dengan prospek saham BSI yang secara perlahan terus naik meski fluktuatif. Faktor fundamental yang kuat, rasio keuangan yang sehat, segmen konsumer ritel syariah yang terus diminati masyarakat, kami rasa akan diapresiasi dengan baik oleh investor di pasar modal,” lanjut Rizki.

Sebagai gambaran, kinerja fundamental apik yang ditorehkan BSI sejak kelahirannya pada 2021, membuat perseroan masuk 6 bank posisi teratas dengan raihan terbaik di industri perbankan nasional setidaknya hingga 2023. Untuk aset, BSI berada di peringkat 6 yang sebesar Rp354 triliun atau bertumbuh 15,67% secara tahunan. Dana murah berupa tabungan berada di peringkat 5 terbesar yang senilai Rp125 triliun bertumbuh 7,08% yoy. Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau pre-provisioning operating profit (PPOP) mencapai Rp10,21 triliun tumbuh 8,7% yoy.

Consumer financing sebesar Rp131 triliun bertumbuh 15,66% yoy. Net interest margin (NIM) 5,82% dan menjadi kedua teratas di industri perbankan. Sedangkan laba bersih mencapai Rp6 triliun atau berada di posisi ke-6 terbesar yang tumbuh 33,88% yoy. Selain itu, cost of fund (CoF) ada pada peringkat kedua terkecil di industri perbankan nasional yaitu sebesar 2,64%.

"Hasil kinerja tersebut menegaskan BSI meski umurnya cukup muda mampu menjaga kinerja dan tumbuh berkelanjutan. Salah satunya terlihat dari cost of fund yang membuktikan BSI sangat efisien sehingga laba lebih optimal," tuturnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya