Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) naik pada perdagangan Rabu, 26 Juni 2024 meski ada peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak dan bensin. Sentimen itu mengancam akan gagalkan reli harga minyak baru-baru ini.
Mengutip CNBC, Kamis (27/6/2024), berikut penutupan harga energi pada Rabu pekan ini:
Baca Juga
- Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Agustus berada di posisi USD 80,90 per barel, naik 7 sen atau 0,09 persen. Sejak awal tahun, harga minyak Amerika Serikat (AS) bertambah 12,9 persen.
- Harga minyak Brent untuk kontrak Agustus berada di posisi USD 85,25 per barel, menguat 24 sen atau 0,28 persen. Sejak awal tahun, harga minyak acuan global mendaki 10,66 persen.
- Harga bensin RBOB untuk kontrak Juli sebesar USD 2,54 per gallon atau melesat 1,19 persen. Sejak awal tahun, harga bensin melesat 21 persen.
- Harga gas alam untuk kontrak Juli di posisi USD 2,62 per ribu kaki kubik turun 4,64 persen. Sejak awal tahun, harga gas alam menguat 4,5 persen.
"Musim mengemudi di musim panas adalah waktunya bensin bersinar,” ujar Direktur Eksekutif Energi Berjangka Mizuho Securities, Bob Yawger.
Advertisement
Stok minyak mentah naik 3,6 juta barel pada pekan lalu, menurut data yang dirilis oleh the Energy Information Administration (EIA) atau Badan Informasi Energi. Analis prediksi, persediaan turun 2,9 juta barel, menurut jajak pendapat Reuters.
Namun, persediaan masih sekitar 2 persen di bawah rata-rata lima tahun pada 2024. Stok bensin naik 2,7 juta barel, sementara analis prediksi penurunan sebanyak 1 juta barel. Meningkatnya persediaan minyak mentah dan bahan bakar menandakan permintaan mungkin masih lemah.
Memantau Situasi Perbatasan Israel-Lebanon
Harga minyak mentah berjangka WTI ditutup menguat 7 sen ke posisi USD 80,90 per barel. Kenaikan ini berarti harga minyak acuan naik 5 persen dalam sebulan, sedangkan harga minyak Brent mencatat kenaikan 4,4 persen pada Juni 2024.
Analis telah menanti permintaan bahan bakar musim panas meningkat setelah awal musim yang lemah. Namun, harga mendapatkan dukungan dari meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Pelaku pasar memantau situasi di perbatasan Israel-Lebanon. Israel dan kelompok misili Hizbullah yang didukung Iran baru-baru ini mengancam akan berperang, setelah saling tembak melintasi perbatasan selama berbulan-bulan.
Ada kekhawatiran serangan Israel di Lebanon dapat memicu konfrontasi langsung dengan Iran, anggota OPEC yang berpotensi membahayakan pasokan minyak mentah.
Advertisement
Harga Minyak Dunia Turun, Ternyata Ini Penyebabnya
Sebelumnya, harga minyak mentah berjangka turun sekitar 1% pada perdagangan Selasa. Harga minyak menghentikan reli yang dibukukan pada perdagangan sebelumnya karena tengah mengamati ketegangan di perbatasan Israel dengan Lebanon.
Selain itu, penurunan harga minyak dunia juga terjadi karena pelaku pasar masih mengamati permintaan bahan bakar di musim panas ini apakah sesuai dengan perkiraan atau di bawah.
Harga minyak mentah AS dan harga minyak Brent yang jadi patokan global naik masing-masing sebesar 4,9% dan 4,1%, sepanjang bulan ini karena prospek permintaan bahan bakar musim panas yang lebih optimis.
Namun analis komoditas senior TD Securities Ryan McKay mengatakan, harga minyak tergelincir pada hari Selasa karena gagal mempertahankan momentum kenaikan, dengan dana yang dilikuidasi baru-baru ini memperoleh posisi buy.
Harga turun karena kepercayaan konsumen sedikit melemah di bulan Juni, dan indeks manufaktur Federal Reserve Richmond turun ke-10 bulan ini, turun dari nol di bulan Mei.
Mengutip CNBC, Rabu (26/6/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak agustus dipatok USD 80,83 per barel, turun 80 sen, atau 0,98%. Dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak AS telah naik 12,8%.
Harga minyak Brent untuk kontrak Agustus dipatok USD 85,01 per barel, turun $1, atau 1,16%. DAri awal tahun sampai saat ini, harga acuan minyak global tersebut unggul sebesar 10,3%.
Sedangkan harga gas alam untuk kontrak Juli dipatok USD 2,75 per seribu kaki kubik, turun 1,96%. Dari awal tahun sampai saat ini harga gas naik 9,6%.
Ketegangan Geopolitik
McKay mengatakan, meskipun reli tersebut telah berhenti, ketegangan geopolitik akan mencegah penurunan harga minyak. Ketegangan antara Israel dan Lebanon meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak mentah.
Israel dan milisi Hizbullah yang didukung Iran saling mengancam untuk perang dalam beberapa hari terakhir setelah saling tembak melintasi perbatasan Lebanon selama berbulan-bulan.
Jenderal Angkatan Udara Charles Q. Brown, perwira tinggi militer AS, hari Minggu memperingatkan kepada Iran yang lebih cenderung mendukung Hizbullah jika Israel melancarkan serangan di Lebanon.
“Peningkatan baru dalam indikator risiko pasokan energi dapat mendukung pergerakan harga dalam waktu dekat, namun pada akhirnya kami masih berpendapat bahwa kenaikan tersebut kemungkinan besar dibatasi oleh peningkatan pasokan global dan potensi peningkatan OPEC+, yang mempertanyakan keseimbangan pada tahun 2025,” kata McKay dalam sebuah pernyataan.
Harga minyak mencapai level tertinggi tahunan pada April ketika Israel dan Iran berada di ambang perang, memicu kekhawatiran bahwa konflik yang lebih luas dapat melanda Timur Tengah dan mengganggu pasokan minyak mentah. Harga kemudian turun kembali ketika ketegangan mereda.
“Pasar minyak sejauh ini kebal terhadap dampak invasi Gaza,” John Evans, analis di broker minyak PVM, mengatakan kepada kliennya.
“Namun, pada saat ada perkiraan harga minyak yang akan lebih tinggi, pertimbangan konflik yang lebih luas mulai kehabisan ruang,” kata Evans.
Advertisement