Bos Apindo Bongkar Data Penetrasi Asuransi di Indonesia, Kalah dari Malaysia hingga Singapura

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani menuturkan, penetrasi asuransi di Indonesia hanya 1,4 persen dari PDB.

oleh Arief Rahman H diperbarui 25 Jul 2024, 16:45 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2024, 16:45 WIB
Bos Apindo Bongkar Data Penetrasi Asuransi di Indonesia, Kalah dari Malaysia hingga Singapura
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani. (Foto: Liputan6.com/Arief RH)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani mengungkap kondisi penetrasi asuransi di Indonesia. Dia menuturkan, Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.

Sebut saja ada Singapura, Thailand, dan Malaysia yang menjadi perbandingannya. Di satu sisi, Shinta mencatat pertumbuhan investasi asuransi dan nilai aset industri asuransi setelah pandemi Covid-19.

Sayangnya, di sisi lain penetrasi asuransi masih menjadi tantangan karena angka yang rendah di Indonesia. Dia mengacu data ASEAN Insurance Surveillance Report 2022.

"Penetrasi asuransi di Indonesia hanya 1,4 persen dari PDB, jauh lebih rendah dari berbagai negara ASEAN seperti Singapura 12,5 persen, Thailand 3,8 persen dan Malaysia 3,8 persen," ungkap Shinta dalam IndonesiaRe International Conference 2024, di Jakarta, Kamis (25/7/2024).

Selain penetrasi asuransi, dia mencatat tinfkat densitas asuransi juga masih berada di bawah target. Dalam tatanan makro terkait pendalaman dan perluasan sektor keuangan, sumber pendanaan jangka panjang dari asuransi dan dana pensiun menurun dari 11,3 persen menjadi 7,3 persen pada tahun 2022. 

"Di sisi lain, tingkat literasi dan inklusi pada sektor asuransi masih berada di bawah lembaga jasa keuangan lainnya, meskipun telah mengalami peningkatan selama 2 tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan tingkat penetrasi dan densitas asuransi yang masih relatif rendah di Indonesia," paparnya.

Shinta menyebutkan, literasi pada sektor perasuransian hanya sebesar 31,7 persen dan inklusi sebesar 16,6 persen. Pencapaian ini masih jauh di bawah sektor perbankan dengan capaian literasi sebesar 49,9 persen dan inklusi hingga 74 persen.

 

Pertumbuhan Industri Asuransi

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani. (Foto: Liputan6.com/Arief RH)
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani. (Foto: Liputan6.com/Arief RH)

Pada kesempatan itu, Shinta memaparkan data kekuatan industri asuransi ditengah tantangan ketidakpaatian global. Asuransi jiwa dan umum tumbuh sebesar 4% secara aset hingga akhir 2022.

"Perusahaan reasuransi juga mengalami konsistensi pertumbuhan aset yang cukup baik, sebesar 12 persen secara tahunan dalam 5 tahun terakhir," ujarnya.

"Di tahun 2023, berdasarkan total investasi, industri asuransi bahkan tumbuh 101 persen dari tahun sebelumnya dan total aset juga tumbuh hingga 69 persen," Shinta menambahkan.

Penipuan Industri Asuransi

Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia atau IndonesiaRe, Benny Waworuntu mengungkap beragam modus penipuan atau fraud di sektor industri asuransi. Hal ini, dinili menjadi tantangan penetrasi asuransi di masyarakat.

Benny mengatakan, ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap asuransi. Aspek penipuan menjadi salah satu yang jadi perhatian.

"Hal menyedihkan lainnya adalah penipuan asuransi masih menjadi masalah yang tersebar luas di Indonesia, yang merugikan bisnis, asuransi, dan pelanggan hingga miliaran rupiah setiap tahunnya," tegas Benny dalam IndonesiaRe International Conference 2024, di Jakarta, Rabu (24/7/2024).

 

 

Ragam Penipuan

Ilustrasi Asuransi
Ilustrasi Asuransi. Photo by Vlad Deep on Unsplash

Dia mengatakan, penipuan itu terjadi mulai dari proses asuransi, pembelian polis, hingga pembayaran klaim kepada nasabah. Di sisi lain, ditemukan modus penipuan di sektor medis hingga asuransi jiwa.

"Asuransi kesehatan, khususnya penipuan medis, merupakan salah satu penipuan yang paling memberatkan secara finansial, diikuti oleh asuransi jiwa dan penipuan properti dan korban jiwa," ucap dia.

"Dampak penipuan asuransi tidak hanya berdampak pada bisnis dan asuransi saja. Hal ini juga dapat mengakibatkan premi yang lebih tinggi bagi nasabah," Benny menambahkan.

Dia mengatakan, rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat ini membuat pasar asuransi terbilang sempit. Padahal, ada 75 perusahaan asuransi umum dan 55 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia.

"Sekarang kita mempunyai sekitar 8 sampai 9 perusahaan reasuransi yang bersaing memperebutkan perusahaan-perusahaan asuransi yang bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar yang kecil. Hal ini menimbulkan persaingan tidak sehat antar perusahaan reasuransi, terutama dalam hal penetapan harga," bebernya.

Berharap Dukungan

Benny berharap adanya dukungan dalam mengenjot pemanfaatan reasuransi dalam industri penjaminan tersebut. Menyusul, harapan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar reasuransi mengambil peran.

"Ya, itu kita memang kita dukung ya, dan memang itu yang kita harapkan. Artinya reasuransi ini itu kenapa kita lakukan juga acara pada hari ini. Kita perlu didukung. Karena reasuransi ini kan backbone daripada industri, tulang punggung," jelasnya.

Dia menuturkan, orientasi bisnis reasuransi bukan sebatas mencari keuntungan. Lebih dari itu, tujuannya untuk memperkuat ekonomi nasional.

"Cari profit pasti. Tapi bukan dulu itu kan. Bagaimana kita bisa memuatkan ekonomi Indonesia. Makanya perlu dukungan termasuk dari regulator, OJK, pemerintah, serta pemain semua," pungkasnya.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya