Pasokan Gas Bumi RI Bakal Melimpah 2030, Siapa yang Beli?

SKK Migas mencatat produksi gas bumi nasional akan meningkat hingga 2030 mendatang.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 15 Agu 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2024, 16:00 WIB
Gas Bumi
Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

 

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat produksi gas bumi nasional akan meningkat hingga 2030 mendatang. Lantas, bagaimana serapannya?

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengungkapkan bahwa pihaknya menetapkan target produksi gas bumi mencapai 12 BCF pada 2030. Serapan gas ini datang seiring dengan kebijakan hilirisasi yang digenjot pemerintah.

"Dulu waktu kita menetapkan target 12 BCF, banyak yang menanyakan siapa yang membeli? Nah, sekarang, begitu mulai berbagai kebijakan pemerintah untuk hilirisasi, mulai banyak industri-industri di dalam negeri, kemudian juga kebutuhan listrik juga meningkat sehingga sekarang berkembang," ungkap Dwi di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (15/8/2024).

Dia mengatakan, perbandingan antara kebutuhan dan pasokan gas nasional sebetulnya masih tetap positif, mengingat ada sejumlah temuan besar di beberapa titik di Indonesia.

"Jadi, kalau kita lihat dari sisi gas balance, kita tidak pernah pada posisi di mana Indonesia akan negatif di gas balance sampai dengan 2030," katanya.

Sudah Garap 5 Proyek

Sebagai rincian, Eni, perusahaan asal Italia, sedang menggarap 5 proyek dan pengembangan di 2-3 proyek lainnya, seperti di Geng North, Kalimantan. Kemudian, ada juga proyek di Blok Andaman hingga blok migas Blok Masela yang akan mulai onstream mulai 2026-2029 nanti.

"Eni sendiri di Indonesia ada 5 proyek sekarang, termasuk pengembangan existing maupun 2-3 proyek pengembangan baru, salah satunya Geng North. Proyek-proyek lain dari 2026 akan on stream dan sebagainya. Geng North oleh Eni, insya Allah on stream di 2027, nanti akan diikuti oleh Andaman oleh Mubadala pada 2028, dan diikuti akhir 2029 itu Abadi Masela," jelasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Butuh Infrastruktur Transmisi

PT PGN Tbk akan fokus utilisasi gas bumi untuk domestik dengan mengembangkan dan mengombinasikan infrastruktur pipa dan beyond pipeline. (Dok PGN)
PT PGN Tbk akan fokus utilisasi gas bumi untuk domestik dengan mengembangkan dan mengombinasikan infrastruktur pipa dan beyond pipeline. (Dok PGN)

Meski dilihat dari sisi kebutuhan dan pasokan, produksi gas memang terlihat bisa memenuhi. Hanya saja, jika dilihat secara wilayah, ada beberapa titik yang kekurangan pasokan gas.

Sebut saja, Jawa Barat yang kekurangan pasokan gas. Sementara itu, Jawa Timur kelebihan produksi gas. Solusinya adalah membangun pipa transmisi dari Jawa Timur ke Jawa Barat.

"Nah, kembali lagi kalau kita bicara per daerah, itu akan sangat tergantung dengan infrastruktur," kata dia.

Untuk memenuhi itu, ada sambungan pipa Cirebon-Semarang (Cisem). Targetnya, pipa transmisi gas itu tersambung hingga Cirebon pada akhir 2025 mendatang. Di samping itu, kebutuhan gas Jawa Barat juga bisa dipasok dari Sumatera.

"Kita sudah cukup lama memberikan sinyal bahwa Jawa Timur kelebihan gas, sedangkan Jawa Barat, kita tahu sudah cukup lama memang Jawa Barat dari sisi kapasitas *supply*, itu sendiri *shortage*, makanya dari Jawa Barat itu disuplai dari Sumatera bagian tengah, Sumatera bagian selatan untuk mengalir ke Jawa Barat," paparnya.

 


Penyesuaian

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Dwi mengatakan, saat ini ada kelebihan gas sekitar 150 juta kubik kaki per hari di Jawa Timur. Gas tersebut akan disalurkan ke Jawa Barat sambil juga dipasok dari Sumatera.

"Itu masih bisa kita atur nantinya, apakah ekspor kita ke Singapura harus kita sesuaikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," katanya.

"Tapi dari sisi *gas balance* secara garis besar kita masih kelebihan, dan kalau memang itu harus disuplai dengan LNG, ya kita harus siapkan terminal penerima. Kalau bisa pipa, tentu pipa akan menjadi pilihan yang terbaik," tambah Dwi Soetjipto.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya