Liputan6.com, Jakarta Yen menguat ke level tertinggi dalam tiga pekan terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada hari Senin (26/8), karena perubahan sikap Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang tegas sangat kontras dengan nada hawkish Ketua Bank of Japan Kazuo Ueda.
Dikutip dari Channel News Asia, Senin (26/8/2024) USD merosot sebanyak 0,59 persen menjadi 143,56 yen untuk pertama kalinya sejak 5 Agustus 2024, sebelum terakhir diperdagangkan turun 0,25 persen.
Baca Juga
Kemudian Poundsterling Inggris stabil terhadap Dolas AS di $1,3215 setelah melonjak setinggi $1,32295 pada hari Jumat untuk pertama kalinya dalam 17 bulan.
Advertisement
Mata uang AS itu bertahan mendekati level terendah dalam 13 bulan terhadap euro.
USD juga merosot mendekati level yang terakhir terlihat pada Maret 2022 terhadap Poundsterling, dengan komentar kepala Bank of England Andrew Bailey yang mengatakan terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas inflasi.
Pernyataan itu menandaI sikap yang kurang agresif terhadap pemotongan suku bunga Inggris daripada yang disinyalkan The Fed.
Tapas Strickland, kepala ekonomi pasar di National Australia Bank mengungkapkan bahwa, meski pejabat The Fed terdengar semakin dovish menjelang pidato Jerome Powell di Jackson Hole, ia menggunakan bahasa yang lebih kuat.
"Yang penting, ada sedikit peringatan bertahap yang mungkin membuat pasar bersemangat," kata Strickland.
Sedangkan Dolar Australia melemah 0,1 persen terhadap Dolar AS menjadi $0,6790, tetapi masih mendekati level tertinggi hari Jumat di $0,67985, level tertinggi sejak 11 Juli 2024.
Adapun Yuan Tiongkok naik tipis terhadap Dolar AS menjadi 7,1130 per dolar dalam perdagangan luar negeri, menandai level terkuatnya sejak 5 Agustus 2024.
USD Diramal Kalah dari Yen Jepang, Ini Penyebabnya
Analis pasar uang memperkirakan Dolar Amerika Serikat (AS) akan terus melemah terhadap Yen Jepang selama beberapa bulan mendatang. Proyeksi itu karena kondisi carry trade yang didanai Yen dapat memiliki banyak ruang untuk berjalan.
Sebagai informasi, carry trade mengacu pada operasi di mana investor meminjam dalam mata uang dengan suku bunga rendah dan menginvestasikan kembali hasilnya dalam aset dengan imbal hasil lebih tinggi di tempat lain.
Dilansir dari CNBC International, Kamis (22/8/2024) ahli strategi pasar EMEA senior di BNY, Geoffrey Yu mengatakan bahwa pelemahan USD diperkirakan akan terus berlanjut terhadap sejumlah mata uang utama hingga akhir 2024.
Komentarnya muncul setelah penjualan dolar terjadi lagi pada hari Selasa, dengan para pelaku pasar bersiap untuk merilis revisi awal data tenaga kerja AS pada hari Rabu 21 Agustus 2024.
Angka-angka tersebut dikhawatirkan menimbulkan risiko penurunan terhadap dolar AS, menurut para analis di bank asal Belanda ING.
Dolar AS diperdagangkan 0,6% lebih tinggi pada 146,09 yen sekitar pukul 11:50 waktu London pada hari Rabu (21/8/2024), tak lama setelah turun di bawah level 145 yen yang diawasi ketat untuk pertama kalinya sejak 6 Januari.
Yen telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir, yang menunjukkan adanya pelemahan berkelanjutan dalam perdagangan dolar.
Strategi valuta asing telah sangat populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena investor mengharapkan Yen tetap murah dan suku bunga Jepang tetap rendah.
"Itu tergantung pada (mata uang) apa. Dolar-yen, Anda tahu, pilih angka, bukan? Jadi, kami senang melihatnya mencapai level 130 (yen), setidaknya menjelang akhir tahun, jauh lebih banyak penurunan di sana,” beber Geoffrey Yu, ketika ditanya seberapa jauh penurunan dolar A
Ia menambahkan, "(Yen) sebenarnya masih sangat underhold, menurut data kami. Euro-dolar, saya pikir USD 1,05 mungkin merupakan level yang lebih masuk akal, meskipun masih cukup agresif menurut standar saat ini. Namun, itu akan menjadi target saya menjelang akhir tahun, karena data benar-benar mulai berubah ke arah negatif,” bebernya.
Advertisement
Prediksi Nilai Dolar Terhadap Yuan hingga Peso
Sementara itu, nilai tukar dolar AS terhadap yuan China diperkirakan akan naik karena Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) “perlu melonggarkan” kebijakan moneter.
“Namun, terhadap mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi, seperti peso Meksiko, misalnya, saya perkirakan dolar akan benar-benar mengungguli,” katanya.