Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto diminta untuk menaruh perhatian pada industri hulu minyak dan gas bumi (migas). Lantaran, ada potensi risiko hingga kehilangan Rp 830 triliun jika sektor hulu migas tidak diperhatikan.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notogenoro mengatakan, industri hulu migas jadi salah satu tumpuan dalam mengejar visi Asta Cita Prabowo-Gibran. Mengingat peranannya terhadap perekonomian nasional yang cukup besar.
Baca Juga
"Peran penting industri hulu migas Indonesia tercermin dari potensi risiko ekonomi yang akan ditimbulkan jika industri tersebut tidak ada lagi," ujar Komaidi dalam keterangannya, Rabu (9/10/2024).
Advertisement
Dalam hitungannya, negara berpotensi kehilangan pendapatan hingga Rp 830 triliun jika industri hulu migas berhenti beroperasi. Bahkan, kebutuhan devisa impor migas RI juga diprediksi naik hingga Rp 3.500 triliun pada 2050.
"Jika industri hulu migas berhenti beroperasi, potensi risiko yang akan dihadapi oleh perekonomian Indonesia diantaranya adalah: (1) kehilangan PDB sekitar Rp 420 triliun, (2) kehilangan penerimaan negara sekitar Rp 200 triliun, (3) kehilangan investasi sekitar Rp 210 triliun, dan (4) kebutuhan devisa impor migas pada 2050 berpotensi meningkat antara Rp 2.500 triliun-Rp 3.500 triliun," ujar Komaidi.
Dia menyebut, Asta Cita dan program prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran, terutama terkait prioritas utama dari 17 program prioritas yaitu mencapai ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan air. Industri hulu migas masuk pada kuadran tersebut.
Melihat pada besaran kontribusinya, hingga 2023 porsi minyak dan gas bumi dalam bauran energi Indonesia tercatat masih sebesar 47 persen. Pada periode yang sama porsi migas dalam bauran energi global justru tercatat lebih besar yaitu sekitar 55,1 persen dari total konsumsi energi global.
"Meskipun pengembangan EBET (Energi Baru dan Energi Terbarukan) diberikan ruang yang cukup besar, sampai beberapa tahun ke depan (bahkan sampai 2050), sebagian besar bauran energi global diproyeksikan masih akan dipenuhi dari minyak dan gas bumi," ujar dia.
Ia menambahkan, masalah teknis terutama masalah intermiten dan tingkat harga yang belum kompetitif menjadi penyebab utama EBET masih belum akan berkontribusi signifikan dalam bauran energi global.
Kejar Ambisi Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menyoroti ambisi pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto mengejar pertumbuhan ekonomi 8 persen. Menurut dia, industri hulu minyak dan gas bumi (migas) punya peran penting dalam mengejar target tersebut.
Dia mengatakan aspek ketahanan energi dapat membantu mewujudkan ketahanan ekonomi nasional, termasuk untuk merealisasikan target Indonesia Emas 2045.
"Untuk dapat mewujudkan target Indonesia Emas 2045 paling tidak diperlukan pertumbuhan ekonomi antara 6-8 persen sejak tahun 2025," kata Komaidi dalam keterangannya, Rabu (9/10/2024).
Sementara, konsumsi energi yang dibutuhkan dalam kegiatan perekonomian pada umumnya mencapai 1 sampai dengan 1,5 kali dari target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan. Peran penting industri migas dalam mendukung perekonomian Indonesia paling tidak terkait dengan dua aspek.
Advertisement
Aspek Penting
Pertama, aspek teknis yaitu secara teknis industri migas sudah siap dalam kapasitas yang dibutuhkan termasuk ketersediaan infrastruktur penunjangnya.
"Kedua, aspek ekonomi yaitu harga migas masih relatif lebih murah dibandingkan harga EBET sehingga lebih relevan untuk dapat membantu merealisasikan target Indonesia Emas 2045 yang memerlukan pertumbuhan ekonomi antara 6-8 persen per tahun," tuturnya.
Komaidi menegaskan industri hulu migas tidak hanya terkait dengan aspek ketahanan energi, tetapi juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan struktur perekonomian Indonesia. Industri hulu migas terkait dengan sekitar 120 sektor ekonomi dari 185 total sektor ekonomi di Indonesia.
"Sektor ekonomi yang terkait dengan industri hulu migas tercatat memiliki kontribusi sekitar 85 persen dalam pembentukan PDB Indonesia. Sektor-sektor ekonomi tersebut juga berkontribusi sekitar 81 persen dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia," pungkasnya.
SKK Migas: Industri Hulu Migas Belum Sunset
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Industri Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menolak anggapan industri hulu migas tengah memasuki fase terbenam atau sunset.
Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo menyatakan, saat ini kontrak EPC (Engineering, Procurement and Construction) hingga fabrikasi sedang banyak-banyaknya. "Itu menunjukkan bahwa industri hulu migas itu tidak sunset. Kita sekarang lagi susah-susahnya nyari siapapun itu untuk mendukung agresivitas hulu migas yang saat ini lagi kita kerjakan," ujar Wahju di Kantor SKK Migas, dikutip Sabtu (20/7/2024).
"Ya semoga saja kondisi kayak begini masih bertahan sampai 2030 seperti yang kita rencanakan di dalam LTP (long term plan)," dia menambahkan.
Sebagai contoh dari sisi proyek, Wahju melanjutkan, kenaikan kapasitas gas alam cair (LNG) masih akan sangat naik. Terutama dari Qatar dan Amerika Serikat yang bakal melesat di kurun waktu 2026-2028.
"CCUS kapasitasnya juga akan naik di tahun itu. Implikasinya apa? Implikasinya saat ini peralatan-peralatan itu sedang dibangun. Sehingga nanti onstreamnya di situ gede-gedean. Itu sekarang kita bersaing," ungkapnya.
Bahkan, Wahju mengaku kesulitan untuk mencari juru las (welder). Sebagai contoh, ia menyebut banyak tukang las yang digembleng di salah satu Wilayah Kerja (WK) di Papua kini sudah hengkang mencari pekerjaan di tempat lain.
"Contohnya begini. Tangguh itu untuk menyiapkan proyeknya, dia training orang-orang Papua untuk menjadi welder. Sekarang mereka itu di-hire pada lari ke Batam. Karena memang fabrikasi kan banyak di Batam," ungkapnya.
"Di sisi lain itu good news, karena ternyata apa yang di-training dari penduduk lokal itu juga di-accept, berstandar untuk bisa dipakai di Batam. Tapi di sisi lain, Tangguh juga suffering karena mereka pergi," kata Wahju.
Advertisement