Ekspor ke 15 Negara, Tengok Produk Mayora yang Jadi Rebutan di Negara Orang

Mayora Group sejauh ini sudah memiliki jaringan ekspor ke lebih dari 100 negara dengan kontribusi ekspor sekitar 48 persen dari total pendapatan perusahaan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 05 Nov 2024, 15:15 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2024, 15:15 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso resmi melepas ekspor produk Mayora Group ke-400.000 pada Selasa, 5 November 2024. (Natasha/Liputan6.com)
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso resmi melepas ekspor produk Mayora Group ke-400.000 pada Selasa, 5 November 2024. (Natasha/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso resmi melepas ekspor produk Mayora Group ke-400.000 pada Selasa, 5 November 2024. Ttotal nilai ekspor Mayora ke-400.000 ini mencapai USD 1 juta atau sekitar Rp 15,8 miliar.

"Nilai ekspor sebesar Rp 15,7 miliar atau USD 1 juta," kata Budi dalam kegiatan Pelepasan Kontainer Ekspor Mayora Group Ke-400.000 dengan tujuan 15 negara di Cikupa, Tangerang, Banten, Selasa (5/11/2024).

Negara tujuan produk makanan olahan Mayora Group kali ini yaitu Palestina, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Kuwait, Mesir, Madagaskar, Afrika Selatan, Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, Bangladesh, Armenia, serta Australia. 

Direktur Utama PT Mayora Indah Tbk (MYOR) Andre Sukendra Atmadja menerangkan, produk yang diekspor ke 15 negara tersebut mencakup kopi, cokelat, dan makanan ringan, yang populer di berbagai pasar internasional, salah satunya di India hingga Thailand.

Ia mencatat, Mayora Group sejauh ini sudah memiliki jaringan ekspor ke lebih dari 100 negara dengan kontribusi ekspor sekitar 48 persen dari total pendapatan perusahaan.

Salah satu produk Mayora yang sangat dikenal di negara importir adalah produk kopi di Filipina, hingga cokelat di Thailand. 

“Kopi hingga cokelat (produk Mayora) di India populer sekali, termasuk Thailand dan Filipina,” bebernya.

"Kami ingin membuktikan kepada dunia, bahwa dengan ekspor, Indonesia itu bukan sekadar tukang jahit. Indonesia juga bisa menciptakan produk-produk sendiri, merek sendiri," pungkas Andre.

Tak hanya mengekspor produk, Andre menuturkan, Mayora juga berambisi untuk menjadi simbol kualitas dan daya saing produk Indonesia di pasar internasional.

Ia pun berharap perusahaan dapat menginspirasi masyarakat di seluruh negeri, termasuk UMKM, untuk memperkuat kebanggaan terhadap produk lokal.

Selain itu, Andre juga menyampaikan apresiasi pada Kementerian Perdagangan atas dukungannya pada perusahaan dan pengusaha dalam negeri dalam mengakses jaringan ekspor ke pasar internasional.

"Begitu banyak bantuan yang kita terima, begitu banyak trade expo, pameran yang difasilitasi, begitu banyak buyer, konteks yang kita dapatkan, yang kita follow up, terus kemudian menjadi transaksi difasilitasi oleh Kementerian Perdagangan," tuturnya.

Pefindo Beri Mayora Indah Peringkat idAA dengan Outlook Stabil

Menteri Perdagangan Budi Santoso menghadiri pelepasan ekspor produk makanan olahan Mayora Group pada Selasa, 5 November 2024. (Natasha/Liputan6.com)
Menteri Perdagangan Budi Santoso menghadiri pelepasan ekspor produk makanan olahan Mayora Group pada Selasa, 5 November 2024. (Natasha/Liputan6.com)

Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) telah memberikan peringkat idAA kepada PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan outlook stabil. Bersamaan dengan itu, Pefindo juga menegaskan peringkat idAA untuk Obligasi Berkelanjutan II/2020 dan Obligasi Berkelanjutan II/2022 yang diterbitkan.

"Peringkat tersebut mencerminkan posisi usaha Perusahaan yang sangat kuat, bauran produk yang terdiversifikasi, serta profil keuangan yang sangat kuat. Peringkat tersebut dibatasi oleh paparan terhadap fluktuasi biaya bahan baku dan kompetisi yang ketat di industri," mengutip pengumuman Pefindo, Selasa (12/3/2024).

 Efek utang dengan peringkat idAA memiliki sedikit perbedaan dengan peringkat tertinggi yang diberikan. Kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang tersebut, dibandingkan dengan emiten lainnya di Indonesia, adalah sangat kuat.

Namun sebagai catatan, peringkat dapat dinaikkan jika Perusahaan dapat memperkuat posisinya baik di pasar domestik dan internasional serta tetap mempertahankan profil keuangan yang konservatif dan marjin laba yang stabil.

Peringkat dapat diturunkan jika Perusahaan secara agresif membiayai ekspansi dengan utang yang jauh lebih besar dari proyeksi tanpa dikompensasi oleh peningkatan kinerja usaha.

MYOR adalah produsen makanan kemasan dan makanan ringan yang terkemuka di Indonesia. Produk-produknya yang beragam terbagi ke dalam enam kategori. Antara lain biskuit, permen, wafer, kopi, cokelat, dan sereal instan. Fasilitas produksinya saat ini berlokasi di provinsi Banten dan Jawa Barat.

Per 31 Desember 2023, pemegang sahamnya terdiri dari PT Unita Branindo sebesar 32,93 persen, PT Mayora Dhana Utama 26,14 persen, Jogi Hendra Atmadja 25,24 persen, dan masyarakat 15,69 persen.

Kinerja Mayora Indah

Presiden Jokowi Lepas Kontainer Ekspor Mayora ke-250 Ribu
Petugas mengatur kontainer Ekspor Mayora ke-250.000 ke Filipina di pabrik Mayora di Cikupa Tangerang, Senin (18/2). Mayora Indah yang berdiri sejak 1977 bergerak di bidang consumer goods yang merambah pasar global. (Liputan6.com/HO/Bal)

PT Mayora Indah Tbk (MYOR) mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba pada 2023. PT Mayora Indah Tbk meraih penjualan Rp 31,48 triliun pada 2023.Penjualan Mayora Indah tumbuh 2,65 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 30,66 triliun.

Perseroan mencatat penjualan ekspor naik menjadi Rp 13,71 triliun dari periode 2022 sebesar Rp 12,89 triliun. Sementara itu, penjualan lokal Perseroan tercatat Rp 17,77 triliun pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 17,80 triliun. Retur tercatat turun menjadi Rp 8,2 miliar pada 2023 dari posisi 2022 sebesar Rp 26,59 miliar.

Seiring kenaikan penjualan, PT Mayora Indah Tbk mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 3,19 triliun pada 2023. Laba tersebut melonjak 64,4 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,9 triliun.

Perseroan menekan beban pokok penjualan 3,15 persen menjadi Rp 23,07 triliun pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 23,82 triliun. Laba kotor Perseroan melesat 22,93 persen menjadi Rp 8,40 triliun pada 2023. Pada periode sama tahun sebelumnya, perseroan meraup laba kotor Rp 6,83 triliun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya