Liputan6.com, Jakarta - Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi menilai bahwa Rupiah masih sulit untuk kembali ke level Rp15.000 di tengah bulan Suci Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025.
Ibrahim mencatat, pelemahan Rupiah masih didorong oleh situasi perang dagang AS-Tiongkok yang mencakup serangkaian tarif impor baru, serta tarif uang diperluas ke negara-negara Eropa, Kanada, hingga Meksiko.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Ibrahim, Rupiah bisa kembali ke level Rp15.000 jika perang dagang AS-Tiongkok mereda, atau Presiden Donald Trump mengurungkan pemberlakuan tarif impor tambahan ke negara-negara mitra dagang AS.
Advertisement
“Kalau ada keajaiban kemudian Trump mengurungkan perang dagang dengan Eropa, Tiongkok, Kanada, dan Mexico kemungkinan saya optimis bahwa Rupiah bisa turun ke Rp15.000,” kata Ibrahim kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (13/3/2025).
Ibrahim menyoroti, Rupiah bukan satu-satunya mata uang dunia yang mengalami pelemahan akibat perang dagang, tetapi juga sejumlah mata uang lainnya di Asia.
Karena perang dagang yang berkecamuk ini kan mengenai biaya impor dari 25% naik ke 45%,” lanjutnya.
“(Selama) Ramadhan dan Lebaran, sepertinya untuk Rupiah di bawah Rp16.000 berat ya. Karena ada masalah perang dagang, walaupun tadi malam rilis data CPI melambat sehingga inflasi AS turun,” ungkap Ibrahim.
Dengan demikian, Ibrahim mengingatkan bahwa Bank Indonesia (BI) perlu tetap hadir di pasar meski adanya libur Hari Raya Idul Fitri.
Pasalnya, Rupiah terus dihantui pelemahan imbas dinamika perang dagang AS-China yang mengguncang pasar global.
“Walaupun sudah libur (Lebaran), Bank Indonesia harus melakukan intervensi (jika ada pelemahan Rupiah) dan tetap ada di pasar. Berbeda dengan lebaran tahun lalu, pada saat libur, Bank Indonesia libur,” jelasnya.
Posisi Rawan Selama 2 Minggu
Ibrahim memperkirakan, posisi Rupiah paling rawan pelemahan berada di tanggal 24, 25, 26, 27, hingga 28 Maret sampai di minggu berikutnya, mengingat libur Lebaran berlangsung hampir 2 minggu.
“Kalau saat ini libur hampir 2 minggu kemudian Bank Indonesia tidak turun ke pasar, tidak melakukan intervensi (jika ada pelemahan) bisa saja bisa Rupiah mencapai di atas kisaran Rp16.500,” jelasnya.
Ibrahim memprediksi, tanpa adanya intervensi BI pelemahan Rupiah berpeluang menembus level Rp16.800.
Advertisement
BI Perlu Regulasi Baru?
Ibrahim memprediksi, tanpa adanya intervensi BI pelemahan Rupiah berpeluang menembus level Rp16.800.
“Harus ada regulasi baru bagi Bank Indonesia dan pemerintah bahwa..walaupun libur panjang, tetapi Bank Indonesia harus tetap di pasar. Karena pada saat libur panjang, Bank Indonesia kan tutup tetapi pergerakan Rupiah di luar negeri tetap berjalan,” jelasnya.
“Ini yang harus diantisipasi oleh pemerintah, karena apa? Karena kalau Rupiah terlalu melemahnya akan sangat berbahaya bagi pengusaha-pengusaha importir,” tambah Ibrahim.
