Tak cuma Indonesia yang masuk dalam keterpurukan ekspor. Thailand, negara anggota Asean lainnya diprediksi hanya mampu mencatatkan pertumbuhan ekspor maksimal 1% setelah mengalami penurunan sebesar 0,02% dalam 10 bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sama dengan Indonesia, penurunan ekspor tersebut dipicu adanya kelangkaan bahan baku dan rendahnya harga-harga komoditas.
Â
Seperti dikutip dari Bernama, Kamis (28/11/2013), Wakil Sekretaris Kementerian Perdagangan Urawee Ngowroongrueng mengatakan, guna mencapai target pertumbuhan tersebut, ekspor Thailand harus ditingkatkan hingga US$ 19 miliar-US$ 20 miliar per bulan sampai akhir tahun.
Â
Dia melaporkan, ekspor Thailand dalam 10 bulan terakhir tahun ini telah mencapai US$ 191,53 miliar, sementara impor meningkat tipis sebesar 1,4% menjadi US$ 210,97 miliar. Angka tersebut kemudian menyebabkan defisit perdagangan sebesar US$ 19,44 miliar.
Â
"Pertumbuhan marjin ekspor tahun ini disebabkan perdagangan yang lesu di banyak pasar, jatuhnya harga produk-produk pertanian, dan penurunan daya saing," ungkap Urawee.
Â
Dia mengatakan, tahun depan ekspor Thailand harus mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan selama tak dihantam sejumlah faktor besar yang berdampak negatif.
Sementara konflik politik internal yang terjadi saat ini diprediksi akan segera berakhir dan tak berdampak pada ekspor Thailand atau sektor manufaktur.
Â
Meski begitu, ekspor Thailand pada Oktober menurun 0,67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 19,39 miliar.
Sementara itu, impor anjlok 5,37% menjadi US$ 21,16 miliar yang mengakibatkan defisit perdagangan sebesar US$ 1,77 miliar.
Â
Kemerosotan ekspor bulan lalu dipicu adanya perlambatan pengiriman ke pasar-pasar besar, khususnya Jepang, di mana ekspor menuruh hingga 12,1%.
Â
Sementara itu, ekspor ke lima negara ASEAN, yaitu Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina dan Brunei juga tercatat anjlok sebesar 16,2%.
Berikutnya, pengiriman ke Asia Selatan merosot 15,1%, ke Korea menurun 3,2%, sementara ekspor ke Kanada merosot 9,9%.
Â
Tetapi ke beberapa negara lain, ekspor Thailand justru meningkat, seperti ke Amerika Serikat sebesar 6,5%, ke 15 negara Uni Eropa sebesar 7%, ke China 14,5% dan Hong Kong sebesar 3,2%.
Â
Wakil Direktur Jenderal Departemen Promosi Perdagangan Internasional Amparwon Pichalai mengatakan, ekspor produk-produk pertanian dan agro industri pada Oktober merosot sebesar 4,3%.
Angka tersebut menurun dari level 5,9% selama periode Januari-Oktober akibat kelangkaan bahan baku mentah khususnya udang.
Â
Selain itu, rendahnya harga komoditas seperti beras dan karet juga turut menjadi penyebab rendahnya ekspor Thailand tahun ini. Sementara itu, ekspor barang-barang industri anjlok 0,8% bulan lalu, meski sempat tumbuh 0,6% dalam 10 bulan pertama. (Sis/Nrm)
Sama dengan Indonesia, penurunan ekspor tersebut dipicu adanya kelangkaan bahan baku dan rendahnya harga-harga komoditas.
Â
Seperti dikutip dari Bernama, Kamis (28/11/2013), Wakil Sekretaris Kementerian Perdagangan Urawee Ngowroongrueng mengatakan, guna mencapai target pertumbuhan tersebut, ekspor Thailand harus ditingkatkan hingga US$ 19 miliar-US$ 20 miliar per bulan sampai akhir tahun.
Â
Dia melaporkan, ekspor Thailand dalam 10 bulan terakhir tahun ini telah mencapai US$ 191,53 miliar, sementara impor meningkat tipis sebesar 1,4% menjadi US$ 210,97 miliar. Angka tersebut kemudian menyebabkan defisit perdagangan sebesar US$ 19,44 miliar.
Â
"Pertumbuhan marjin ekspor tahun ini disebabkan perdagangan yang lesu di banyak pasar, jatuhnya harga produk-produk pertanian, dan penurunan daya saing," ungkap Urawee.
Â
Dia mengatakan, tahun depan ekspor Thailand harus mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan selama tak dihantam sejumlah faktor besar yang berdampak negatif.
Sementara konflik politik internal yang terjadi saat ini diprediksi akan segera berakhir dan tak berdampak pada ekspor Thailand atau sektor manufaktur.
Â
Meski begitu, ekspor Thailand pada Oktober menurun 0,67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 19,39 miliar.
Sementara itu, impor anjlok 5,37% menjadi US$ 21,16 miliar yang mengakibatkan defisit perdagangan sebesar US$ 1,77 miliar.
Â
Kemerosotan ekspor bulan lalu dipicu adanya perlambatan pengiriman ke pasar-pasar besar, khususnya Jepang, di mana ekspor menuruh hingga 12,1%.
Â
Sementara itu, ekspor ke lima negara ASEAN, yaitu Malaysia, Singapura, Indonesia, Filipina dan Brunei juga tercatat anjlok sebesar 16,2%.
Berikutnya, pengiriman ke Asia Selatan merosot 15,1%, ke Korea menurun 3,2%, sementara ekspor ke Kanada merosot 9,9%.
Â
Tetapi ke beberapa negara lain, ekspor Thailand justru meningkat, seperti ke Amerika Serikat sebesar 6,5%, ke 15 negara Uni Eropa sebesar 7%, ke China 14,5% dan Hong Kong sebesar 3,2%.
Â
Wakil Direktur Jenderal Departemen Promosi Perdagangan Internasional Amparwon Pichalai mengatakan, ekspor produk-produk pertanian dan agro industri pada Oktober merosot sebesar 4,3%.
Angka tersebut menurun dari level 5,9% selama periode Januari-Oktober akibat kelangkaan bahan baku mentah khususnya udang.
Â
Selain itu, rendahnya harga komoditas seperti beras dan karet juga turut menjadi penyebab rendahnya ekspor Thailand tahun ini. Sementara itu, ekspor barang-barang industri anjlok 0,8% bulan lalu, meski sempat tumbuh 0,6% dalam 10 bulan pertama. (Sis/Nrm)