Badan Pusat Statistik (BPS) melansir data laju pertumbuhan industri pengolahan mencapai 5,56% sepanjang 2013. Angka ini lebih rendah dari yang ditargetkan Kementerian Perindustrian sebesar 6,5%.
Menteri Perindustrian, MS Hidayat mengatakan, hal itu disebabkan oleh tertahannya laju investasi pada tahun lalu akibat ketidakpastian kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat pada 2013. Para investor pun menunda untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
"Itu kemarin karena ada koreksi terhadap penahanan laju investasi akibat kita menunggu proses di ekonomi AS soal policy yang belum jelas mengenai tapering off membuat investor menahan untuk menanamkan investasinya," ujarnya di Jakarta, Kamis (6/2/2014).
Namun, setelah kebijakan yang dikeluarkan oleh AS semakin jelas pada tahun ini, maka investasi sektor industri diharapkan akan terkerek naik.
"Sekarang setelah lebih clear investor memberikan komitmen melalui BKPM (Badan Koordinator Penanaman Modal) bahwa komitmen yang disepakati tahun lalu akan berjalan," lanjutnya.
Bahkan menurut Hidayat, jika program hilirisasi terutama pada sektor mineral berjalan lancar, maka akan membantu mendongrak laju pertumbuhan tahun ini.
"Yang jelas, kami akan memonitor semua komitmen yang pada 2013 agak dihambat oleh aturan dan regulasi, sekarang semua memberikan komitmennya untuk melaksanakan itu (investasi)," kata Hidayat.
Sementara itu, Hidayat tetap meyakini, industri manufaktur tetap akan menjadi penopang utama pertumbuhan industri pada tahun ini.
"Harus karena industri manufaktur itu tumpuan dari pertumbuhan industri termasuk penyerapan tenaga kerja. Namun syaratnya pasokan energinya berjalan dengan baik. Yang tumbuh baik seperti industri otomotif termasuk transportsi, baja besi, makanan dan minuman," tandasnya. (Dny/Ahm)
Baca juga:
Masalah Lahan Kelar, Lotte Siap Investasi Petrokimia Tahun Ini
Banjir Bikin Produksi Pabrik di Kawasan Industri Turun
Banjir Bakal Berimbas ke Pertumbuhan Ekonomi RI 2014
Ekonomi RI 2013 Melambat, Cuma Tumbuh 5,78%
Menteri Perindustrian, MS Hidayat mengatakan, hal itu disebabkan oleh tertahannya laju investasi pada tahun lalu akibat ketidakpastian kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat pada 2013. Para investor pun menunda untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
"Itu kemarin karena ada koreksi terhadap penahanan laju investasi akibat kita menunggu proses di ekonomi AS soal policy yang belum jelas mengenai tapering off membuat investor menahan untuk menanamkan investasinya," ujarnya di Jakarta, Kamis (6/2/2014).
Namun, setelah kebijakan yang dikeluarkan oleh AS semakin jelas pada tahun ini, maka investasi sektor industri diharapkan akan terkerek naik.
"Sekarang setelah lebih clear investor memberikan komitmen melalui BKPM (Badan Koordinator Penanaman Modal) bahwa komitmen yang disepakati tahun lalu akan berjalan," lanjutnya.
Bahkan menurut Hidayat, jika program hilirisasi terutama pada sektor mineral berjalan lancar, maka akan membantu mendongrak laju pertumbuhan tahun ini.
"Yang jelas, kami akan memonitor semua komitmen yang pada 2013 agak dihambat oleh aturan dan regulasi, sekarang semua memberikan komitmennya untuk melaksanakan itu (investasi)," kata Hidayat.
Sementara itu, Hidayat tetap meyakini, industri manufaktur tetap akan menjadi penopang utama pertumbuhan industri pada tahun ini.
"Harus karena industri manufaktur itu tumpuan dari pertumbuhan industri termasuk penyerapan tenaga kerja. Namun syaratnya pasokan energinya berjalan dengan baik. Yang tumbuh baik seperti industri otomotif termasuk transportsi, baja besi, makanan dan minuman," tandasnya. (Dny/Ahm)
Baca juga:
Masalah Lahan Kelar, Lotte Siap Investasi Petrokimia Tahun Ini
Banjir Bikin Produksi Pabrik di Kawasan Industri Turun
Banjir Bakal Berimbas ke Pertumbuhan Ekonomi RI 2014
Ekonomi RI 2013 Melambat, Cuma Tumbuh 5,78%