Mesti sudah dipastikan, pengusaha terus mengeluhkan kenaikan tarif listrik secara bertahap 15%-64,7% bagi empat golongan industri atau perusahaan kakap. Pasalnya pengusaha hanya memiliki waktu tersisa dua bulan lagi untuk menghadapi pembengkakan beban biaya operasional.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi mengkritik kebijakan penyesuaian tarif listrik, bahkan pencabutan subsidi listrik bagi industri.
"Kebijakan ini sangat jelek. Kalau di luar negeri, subsidi listrik justru diberikan kepada industri karena mereka membayar pajak, melakukan ekspor dan menyerap tenaga kerja," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Jumat (21/2/2014).
Dia menilai, pemerintah mengorbankan para pelaku usaha terutama pengusaha besar dalam kepentingan ini. Sofjan pun mencoba membandingkan dengan kondisi golongan rumah tangga yang tidak mengalami kenaikan tarif listrik selama belasan tahun.
"Tarif listrik golongan kecil atau rumah tangga yang bayarnya cuma Rp 15 ribu per bulan justru tidak naik-naik selama 10-15 tahun. Akhirnya perusahaan yang dikorbankkan, mestinya kan golongan rumah tangga yang naik (tarif). Di sini malah terbalik," terangnya.
Sebanyak 40 juta pelanggan listrik golongan rumah tangga, kata dia, menyedot sedikitnya 40% anggaran subsidi listrik per tahun. "Mereka (pelanggan golongan rumah tangga) justru menggunakan uangnya untuk beli pulsa dan rokok ketimbang membayar listrik," jelas dia.
Pada dasarnya, Sofjan mengaku, pengusaha menerima penyesuaian tarif listrik, namun bukan dengan besaran yang cukup fantastis dan pada akhirnya membuat industri dalam negeri tak mampu bersaing dengan produk asing.
"Tarif naik tidak apa, tapi ada batasnya dan jangan setiap tahun minimal 2-3 tahun sekali. Jangan ketinggian juga (tarif) supaya industri bisa bersaing dengan luar negeri. Kalau naik tapi jumlahnya tinggi dan bertahap, itu sama saja, cuma bohongin atau tipu-tipu kita," tandasnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, per 1 Mei pelanggan non subsidi bakal kena penetapan tarif listrik lewat mekanisme penyesuaian secara otomatis (automatic tariff adjustment).
Pelanggan kelas kakap tersebut, terdiri dari keempat golongan adalah rumah tangga besar (R3) dengan daya 6.600 VA ke atas, bisnis menengah (B2) dengan daya 6.600 sampai 200 kVA, bisnis besar (B3) dengan daya di atas 200 kVA, dan kantor pemerintah sedang (P1) dengan daya 6.600 hingga 200 kVA. (Fik/Ndw)
Pengusaha Jadi Tumbal Kenaikan Tarif Listrik
Mesti sudah dipastikan, pengusaha terus mengeluhkan kenaikan tarif listrik secara bertahap 15%-64,7% bagi empat golongan industri.
diperbarui 21 Feb 2014, 08:39 WIBDiterbitkan 21 Feb 2014, 08:39 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Keluarga Kaya Pemilik Louis Vuitton Akuisisi Klub Sepak Bola Paris FC, Bakal Jadi Saingan PSG?
Roti dan Garam, Ini 2 Benda yang Kemungkinan Akan Diberi oleh Tetangga Jika Anda Pindah ke Jerman
Dukung Khofifah-Emil, Kaesang Sebut Pembangunan Jatim Harus Dilanjutkan
Fakta di Balik Kabar Viral Seputar Dunia Pendidikan, Simak Daftarnya
Simak, Cara Praktis Untuk Menghitamkan Uban
Link Live Streaming Liga Italia Serie A AC Milan vs Juventus, Minggu 24 November 2024 Pukul 00.00 WIB
6 Potret Krisdayanti Pakai Mawar Ungu di Debat Pilkada 2024, Raul Lemos Berjaket Merah Curi Perhatian
Ridwan Kamil Dinilai Mampu Jadikan Jakarta menjadi Kota Toleran
Cerita Abu Sufyan, Petani Mangga Bondowoso yang Sukses Diberdayakan BRI
Siapkan Tokenisasi Emas, Pegadaian Koordinasi dengan OJK
Tutup Kampanye Pilkada Banten, Airin-Ade Gelar Istigasah dan Doa Bersama
Alasan Produk Susu hingga Daging Diletakkan di Bagian Paling Belakang Supermarket