Harapan Baru Prancis di Akhir Pesta Sepak Bola Eropa 2016

Prancis begitu superior dalam hal rekor pertemuan dengan Portugal.

oleh Ahmad Fawwaz Usman diperbarui 09 Jul 2016, 12:10 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2016, 12:10 WIB
Timnas Prancis
Selebrasi skuat Prancis seusai kemenangan 2-0 atas Jerman di semifinal Piala Eropa 2016. (AFP)

Liputan6.com, Paris - Sebelum Piala Eropa 2016 dimulai, Prancis sudah bergejolak dengan teror dan kerusuhan sosial di berbagai wilayah. Beragam masalah dalam negeri membuat Piala Eropa 2016 kini berubah menjadi harapan baru Prancis untuk menyatukan seluruh elemen masyarakat guna menghadapi cobaan.

Prancis berpeluang besar menyandang status sebagai Raja Eropa setelah lolos ke final Euro 2016. Tim Ayam Jantan menyambar satu tiket semifinal setelah menghajar juara dunia 2014, Jerman dua gol tanpa balas. Antoine Griezmann memborong sepasang gol Prancis.

Prancis mempertahankan statusnya sebagai tim yang selalu tampil memukau saat dipercaya menjadi tuan rumah turnamen besar. Buktinya, dari lima kali tampil sebagai tuan rumah, Les Bleus sukses merengkuh tiga gelar juara.

Salah satu kesuksesan itu digapai Prancis di Piala Dunia 1998. Di ajang Piala Eropa, Prancis tampil sebagai juara pada 1984 dan 2000 saat mereka menjadi tuan rumah bersama Belgia. Kini, Prancis memiliki kesempatan besar untuk menambah koleksi gelar mereka.

Itu karena mereka sudah memastikan tiket final Piala Eropa 2016. Sukses itu didapat setelah mereka mempecundangi tim juara Piala Dunia 2014, Jerman, dua gol tanpa balas. Pada final di Stade de France, Senin (11/7/2016) dinihari WIB, mereka akan meladeni tantangan Portugal.

Seusai menaklukkan Jerman 2-0 pada semifinal di Stade Velodrome lewat dua gol Antoine Griezmann,  masyarakat Prancis begitu bergembira. Bahkan, antusias suporter saat itu disebut sebagai yang terbesar setelah saat Prancis memenangi Piala Dunia 1998. Saat itu, lebih dari 1 juta orang turun ke jalan di Paris menyambut sukses Les Bleus.

Sambutan masyarakat saat Prancis menjadi juara Piala Dunia 1998. (Daily Mail)

Kemenangan lebih dari sekadar permasalahan olahraga. Pasukan Aime Jacquet itu bahkan disebut sebagai alat pemersatu bangsa. Sebelum Piala Dunia 1998 digelar, kerusuhan terjadi di berbagai wilayah Prancis.

Pusat Perhatian

Piala Eropa 2016 menjadi panggung politik tahun ini. Apalagi, saat Piala Eropa 2016 bergulir, masyarakat Eropa heboh dengan keputusan Inggris yang keluar dari Uni Eropa atau biasa disebut sebagai Brexit. Dampak dari serangan terorisme ISIS tahun lalu masih tersisa. Terlebih, berbagai wilayah Eropa juga sempat menjadi sasaran teror.

Situasi tidak jauh beda ketika Piala Dunia 1998, suasana politik juga begitu kental. Kala itu, Zinedine Zidane dkk menjadi subyek pengawasan politik. Partai politik terkuat menentang keragaman skuat Prancis di Piala Dunia karena Prancis masih terpecah belah.

Hebatnya, sukses di Piala Dunia 1998 telah membuat seluruh rakyat Prancis bersatu. Perbedaan etnis, agama, dan budaya menjadi subyek minoritas sepanjang musim panas 1998. Wajar bila masyarakat Prancis menggantungkan harapan, Tim Ayam Jantan mampu mengalahkan Portugal di final untuk mengembalikan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Prancis  melawan aksi teror dan gejolak politik di Eropa yang berimbas negatif bagi kehidupan di Prancis. 

Presiden AS Barack Obama , Presiden Prancis Francois Hollande dan Walikota Paris Anne Hildago memberi penghormatan bagi para korban di salah satu lokasi serangan berdarah Paris di gedung konser Bataclan, Prancis. (REUTERS/Philippe Wojazer)

Di sisi lain, Deschamps adalah sosok yang telah menjadi pemimpin dua generasi skuat Les Blues. Pertama, ia adalah kapten saat Prancis mengarungi petualangan di Piala Dunia 1998. Kini, ia mengemban tugas sebagai pelatih kepala. Mungkin hanya Zidane dan Michel Platini yang levelnya di atas Deschamps dalam daftar deretan legenda terhebat Prancis.

Bicara teknis, Prancis jelas jauh lebih favorit ketimbang Portugal. Selain mendapat dukungan penuh dari fans, mereka juga memperlihatkan gaya sepak bola yang atraktif sejak fase grup. Padahal, sebelumnya mereka sempat diremehkan karena minimnya pemain bintang.

Unggul Rekor Duel

Faktanya, Deschamps mampu memoles pemain seperti Griezmann, Olivier Giroud, Pogba, dan Moussa Sissoko sebagai pemain kunci. Kontribusi mereka yang membawa Prancis menaklukkan Rumania 2-1, Albania 2-0, dan Swiss 0-0. Di fase gugur, tiga lawan terkapar. Mereka adalah Republik Irlandia dengan skor 2-1, Islandia 5-2, dan Jerman 2-0.

Berbeda dengan Portugal yang disebut-sebut sebagai finalis penuh keberuntungan. Sebelum laga final, Portugal hanya sekali meraih kemenangan dalam permainan normal. Sisanya, mereka menang lewat adu penalti. Baru ketika melawan Wales di semifinal, Cristiano Ronaldo dkk mengukir kemenangan 2-0.

Cristiano Ronaldo akan menjadi pemain Portugal yang paling diwaspadai Prancis di final Piala Eropa 2016. (AFP/Paul Ellis)

Rekor head-to-head juga memihak Prancis. Tim tuan rumah memiliki rekor pertemuan yang mengesankan atas Portugal. Setelah kekalahan pada 26 April 1975, Prancis tak pernah lagi tunduk di hadapan Portugal. Sepuluh duel terakhir sukses dimenangkan Prancis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya