Menanti "Bayi Ajaib" Baru Sepak Bola Indonesia

Bali United, Bhayangkara, dan Madura United siap mencetak sejarah di sepak bola Indonesia.

oleh Edu Krisnadefa diperbarui 07 Nov 2017, 18:14 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2017, 18:14 WIB
Stefano Lilipaly
Bali United menjadi salah satu kandidat terkuat juara Liga 1. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Liputan6.com, Jakarta - Sylvano Comvalius tiba-tiba saja menyerang rekan seklubnya di Bali United FC, Stevano Lilipaly. Namun, Lilipaly sigap. Pemain naturalisasi asal Belanda ini langsung bereaksi membalas serangan Comvalius.

Nyaris saja perkelahian antara rekan setim itu berlanjut, jika Irfan Bachdim tidak melerai keduanya. Bachdim meminta Comvalius dan Lilipaly untuk menahan emosi.

Comvalius kesal karena Lilipaly memilih mengeksekusi langsung peluang yang dia dapat ke gawang PSM Makassar. Padahal, Comvalius merasa posisinya lebih bagus untuk mengeksekusi peluang tersebut.

Untung, perselisihan keduanya tak berlanjut. Comvalius akhirnya justru memberi assist bagi Lilipaly untuk mencetak gol semata wayang kemenangan Bali United di laga yang digelar di kandang PSM, Stadion Andi Matalatta itu.

Tekanan yang tinggi, terpacunya adrenalin sepanjang pertandingan, bisa jadi membuat Comvalius dan Lilipaly kesulitan mengontrol emosinya. Sehingga terjadilah insiden memalukan itu.

Maklum, laga ini memang super penting bagi Bali United, untuk memelihara peluang jadi juara Liga 1. Andai di laga itu mereka kalah, bisa jadi peluang itu mengecil, bahkan mungkin sirna. Apalagi, PSM juga merupakan rival langsung mereka dalam pacu kuda gelar juara.

Saat ini, bersama Bhayangkara FC dan Madura United, Bali United memang jadi tim yang paling berpeluang menjuarai Liga 1. Dengan kemenangan itu, Bali United kini berada di puncak klasemen dengan 65 poin, unggul dua dan lima poin dari Bhayangkara FC dan Madura United.

Sylvano Comvalius mematahkan rekor Peri Sandria dengn torehan 35 golnya di Liga 1. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Sementara PSM sudah tersingkir dari status kandidat juara, karena kekalahan dari Bali United.

Performa Bali United di Liga 1 memang ciamik punya, bahkan bisa dibilang spektakuler. Terutama setelah masuknya pelatih Widodo C Putro menggantikan Hans Peter Schaller pada putaran pertama.

Dari 33 pertandingan yang telah dijalani, Bali United sukses mencetak 20 kemenangan, lima kali imbang, dan hanya delapan kali kalah. Dengan modal inilah, mereka berambisi menutup musim sebagai juara.

 

 

 

Cetak Sejarah

Jika terwujud, ini akan jadi sejarah, bukan hanya untuk Bali United, melainkan juga untuk sepak bola Indonesia. Pasalnya, untuk entitas sepak bola Indonesia, Bali United bisa dibilang merupakan klub baru.

Ibarat "bayi ajaib", Bali United siap menoreh sejarah sepak bola Indonesia dengan tinta emasnya. Fenomena "bayi ajaib" pernah terjadi di sepak bola Indonesia, pada pertengahan tahun 1990-an.

Ketika itu, Persikota Tangerang, yang baru didirikan pada 1994, langsung melejit ke Divisi Utama Liga Indonesia, tiga tahun kemudian. Sebelumnya, mereka berturut-turut jadi kampiun Divisi Dua dan Satu.

Tak hanya tampil di Liga Indonesia, Persikota ketika itu juga langsung menjelma sebagai tim elite di kompetisi paling elite sepak bola Indonesia.

Ilija Spasojevic bersama Bhayangkara FC layak disebut sebagai tim

Nama Bali United sendiri baru resmi dideklarasikan pada tahun 2015. Nama itu dipilih sebagai identitas baru dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Samarinda (Persisam) dan Putra Samarinda yang boyongan ke Bali.

Namun, dengan manajerial yang bagus, pemilihan materi pemain yang mumpuni, Bali United mampu menjadi kekuatan baru sepak bola Indonesia.

Lilipaly dan Bachdim, yang juga mantan ikon timnas, kini seperti jadi maskot klub yang bermarkas di Stadion Kapten I Wayan Dipta itu. Begitu juga dengan Comvalius, yang dengan 35 golnya berhasil mematahkan rekor Peri Sandria sebagai pencetak gol paling subur sepanjang sejarah Liga Indonesia.

Klub Baru

Menariknya, bukan hanya Bali United, dua tim kandidat juara yang disebut di atas juga layak diberikan status "bayi ajaib".

Bhayangkara FC, misalnya, merupakan hasil merger Surabaya United dan PS Polri di tahun 2016. Sedangkan Madura United penggabungan dari Persipasi Bekasi dengan Pelita Bandung Raya. Klub ini juga dideklarasikan tahun 2015.

Namun, identitas baru ternyata sama sekali bukan hambatan bagi mereka untuk berprestasi. Karena sebenarnya, perangkat klub, pengelola, serta materi pemain yang diandalkan merupakan muka-muka lama.

 Madura United punya peluang tak kalah besar jadi kampiun Liga 1. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Ditambah lagi, klub-klub ini juga mendapat pelatih yang tepat. Sebab, seperti Bali United yang dilatih Widodo, Bhayangkara dan MU punya pelatih hebat pada diri Simon McMenemy dan Gomes de Olivera.

Tak heran, untuk sementara, peta kekuatan sepak bola Indonesia pun berubah. Nama-nama seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, Persipura Jayapura, dan Arema FC yang punya tradisi sebagi tim juara justru tersingkir ke layer kedua di bawah tiga tim di atas.

Di sisi lain, kita akan menyaksikan seberapa kuat Bali United, Bhayangkara, dan Madura United memperjuangkan mimpi mereka, mencetak sejarah sepak bola Indonesia. (Simak skenario juara Liga 1 di sini...)

Kini, saatnya, kita menanti penguasa baru sepak bola Indonesia, Bali United, Bhayangkara FC, atau Madura United?

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya