Repsol Honda Tak Butuh Status Dream Team di MotoGP

Repsol Honda sudah berstatus tim papan atas meski tanpa embel embel dream team di MotoGP musim ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Feb 2019, 09:20 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2019, 09:20 WIB
Repsol Honda, Marc Marquez - Jorge Lorenzo
Dua pembalap Repsol Honda, Marc Marquez (kiri) dan Jorge Lorenzo (kanan), diperkenalkan sebagai pembalap untuk MotoGP 2019 di Madrid, Rabu (23/1/2019). (AFP/Pierre-Philippe Marcou)

Liputan6.com, Madrid - Respol Honda menyandang status Dream Team di MotoGP 2019. Julukan ini pertama kali diberikan untuk tim yang dibentuk sejak 1955 ini.

Julukan ini diberikan karena Marc Marquez kini berduet dengan Jorge Lorenzo dalam mengarungi persaingan di MotoGP 2019. Kedua pembalap merupakan raja di MotoGP.

Marquez dan Lorenzo masing-masing merupakan tujuh dan lima kali juara dunia MotoGP. Atas statistik ini, mereka pun disebut-sebut sebagai tim terkuat yang pernah ada.

Uniknya, baik Marquez dan Lorenzo kompak tak menyukai status ini. Menurut Marquez, sebutan 'dream team' hanya akan berlaku bila salah satu dari mereka berhasil merebut gelar dunia, dan bersama-sama membawa Honda Racing Corporation sukses mempertahankan gelar 'Triple Crown' yang mereka sandang selama dua tahun terakhir.

CEO Dorna Sports selaku promotor MotoGP, Carmelo Ezpeleta, juga menyatakan bahwa 'dream team' sejatinya tak punya arti khusus bagi Repsol Honda. Itu karena Respol Honda sudah menjadi tim paling prestisius di ajang Grand Prix, dengan 14 gelar dunia, enam juara dunia, 168 kemenangan dan 427 podium.

"Repsol Honda toh memang selalu menjadi tim papan atas, dan selalu punya ekspektasi tinggi. Mereka punya dua juara dunia terakhir, jadi memang sulit mencari pasangan pebalap yang lebih baik dari mereka," ujar Ezpeleta dalam wawancaranya dengan Marca baru-baru ini.

 

 

Seperti Peristiwa 1992

Marc Marquez, MotoGP
Pembalap Repsol Honda, Marc Marquez akan memulai balapan MotoGP Jerman 2018 di Sirkuit Sachsenring. (Twitter/Repsol Honda)

Sepakat dengan Marquez, Ezpeleta juga yakin bahwa 'dream team' hanya bisa dibuktikan lewat hasil di akhir musim. Seperti peristiwa-peristiwa olahraga bersejarah yang pernah terjadi pada 1992 silam.

"'Dream team' hanyalah julukan. Mereka sendiri yang mengatakannya dengan jelas: 'dream team' adalah saat musim berakhir. 'Dream team' adalah saat tim basket Amerika Serikat meraih emas di Olimpiade 1992, dan saat FC Barcelona menjuarai Piala Eropa pada 1992. Sebelum itu, tak ada yang disebut 'dream team'," ungkapnya.

Bakal Bertindak Tegas

Ezpeleta juga mengaku sudah tak sabar melihat persaingan antara Marquez dan Lorenzo, yang kini sama-sama mengendarai RC213V. Ia yakin ketegangan akan terjadi di garasi Repsol Honda, namun mengaku akan bertindak tegas bila perselisihan mereka sampai melewati batas-batas sportivitas.

"Kami tak suka perselisihan tak sportif, lain halnya dengan persaingan yang sportif. Mereka pasti akan mengerahkan segalanya untuk saling mengalahkan, seperti saat melawan rider lain, dan mereka akan berperilaku sesuai aturan," pungkas pria asal Spanyol ini.

Sumber: Bola.net

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya