Alasan Klasik De Ligt Memilih Bergabung dengan Juventus

Matthijs de Ligt merasa sedih meninggalkan Ajax Amsterdam, tapi pemain berusia 19 tahun itu tidak menyesal bergabung dengan Juventus.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 18 Jul 2019, 18:06 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2019, 18:06 WIB
Matthijs de Ligt
Matthijs de Ligt (Dok Juventus)

Liputan6.com, Jakarta Matthijs de Ligt resmi berseragam Juventus. Meski sedih harus meninggalkan Ajax Amsterdam, de Ligt tetap antusias membuka lembaran baru bersama Si Nyonya Tua. 

De Ligt bergabung ke Serie A setelah ditebus Juventus dari Ajax dengan harga 75 juta euro atau setara Rp1,1 Triliun, Kamis waktu setempat (17/7/2019). Juventus juga harus membayar tambahan sebsar 10,5 juta euro karena proses pembayaran dicicil lima tahun. 

De Ligt dikontrak selama lima musim. Keputusan ini sekaligs mengakhiri perburuan yang juga dilakukan Barcelona, PSG, dan Manchester United terhadap pemain 19 tahun itu. 

Bukan keputusan mudah bagi De Ligt meninggalkan Ajax Amsterdam. Namun sistem pertahanan sepak bola Italia telah membuat De Ligt harus mengambil keputusan sulit itu. 

"Saya bermain di tim usia muda selama 10 tahun dan tiga tahun di tim utama, tapi sayang saya harus melangkah maju saat ini," kata pemain berusia 19 tahun itu kepada Ajax TV. 

"Saya selalu tertarik dengan seni bertahan sepak bola Italia. Banyak pemain yang saya idolakan berasal dari Italia: Maldini, Baresi, Nesta, Cannavaro, Scirea, dan banyak lagi."

Nama-nama yang disebutkan de Ligt memang punya reputasi sebagai pemain bertahan andal. Sebagian tumbuh saat sistem Catenaccio masih lekat dengan sepak bola Italia. Meski sudah tak lagi populer, sepak bola Italia masih dikenal dengan ketangguhan pertahanannya. 

 

Sedih Tinggalkan Ajax

Aksi Matthijs de Ligt Saat Berduel dengan Ronaldo
Bek Ajax Amsterdam Matthijs De Ligt menggiring bola dari kejaran penyerang Portugal Cristiano Ronaldo sleama pertandingan leg pertama perempat final Liga Champions di Johan Cruijff ArenA di Amsterdam (10/3/2019). (AFP Photo/Emmanuel Dunand)

Selama tiga tahun terakhir, De Ligt menjadi palang pintu pertahanan Ajax Amsterdam. Berposisi sebagai bek tengah, pemain kelahiran Leiderdorp itu juga punya naluri menyerang.

Juventus pernah menjadi korbannya saat bertemu Ajax di babak perempat final Liga Champions musim lalu. Gol kedua yang dicetak de Ligt ke gawang Juventus membawa timnya menang 2-1 pada leg kedua. Hasil ini sekaligus mengantar timnya ke babak semifinal setelah pada leg pertama sebelumnya Ajax ditahan Juventus 1-1 di Amsterdam.  

Ini hanya satu dari sederet momen spesial yang dilalui De Ligt bersama Ajax. Namun kecintaannya terhadap sepak bola Italia memaksanya untuk bertolak ke kota Turin. 

"Saya jatuh cinta dengan pertahanan klub Italia. Saya sangat sedih meninggalkan Ajax. Saya melewati pengalaman luar biasa dan momen buruk di sini," kata De Ligt.

"Rasanya seperti naik rollercoaster, tapi selalu ada waktu dalam hidup kita ketika kita harus berpisah. Saya akan merindukan semua orang, tapi siapa yang tahu hari depan," katanya. 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya