Upaya Meningkatkan Literasi Digital Penangkal Hoaks di Daerah Terpencil

Education Team Leader Wahana Visi Indonesia, Marthen Sattu Sambo mengungkapkan ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan literasi digital di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 01 Sep 2023, 14:16 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2023, 10:00 WIB
Virtual Class Liputan6.com dengan tema 'Guru Jadi Garda Depan Lawan Hoaks di Papua'
Virtual Class Liputan6.com dengan tema 'Guru Jadi Garda Depan Lawan Hoaks di Papua'

Liputan6.com, Jakarta - Education Team Leader Wahana Visi Indonesia, Marthen Sattu Sambo mengungkapkan, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan literasi digital di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).

Menurut Marthen, yang pertama bisa dilakukan yang itu menguasai dasar literasi, yaitu seseorang bisa menguasai dan memaksimalkan gadget yang ada, meski tidak terhubung dengan internet.

"Kalau kita bisa memaksimalkan gadget yang ada misalnya, maksimalkan apa yang ada di dalam laptop itu. Bagaimana menggunakan aplikasi-aplikasi yang bisa membuat gambar, suara, dan teks untuk dikembangkan," kata Marthen saat menjadi pembicara di acara Virtual Class Liputan6.com dengan tema 'Guru Jadi Garda Depan Lawan Hoaks di Papua', Kamis 31 Agustus 2023.

Marthen menambahkan, jika di daerah terpencil tersebut sudah tersedia akses internet, maka perlu peningkatan kapasitas lebih lanjut. Satu di antaranya, masyarakat harus menguasai dan memaksimalkan informasi yang ada untuk pembelajaran dan meningkatkan literasi digital.

"Karena internet itu menghubungkan tempat terpencil dengan dunia. Sehingga walaupun dia di 3T tetapi sudah terhubung ke internet, dia harus bisa mengusai dan memaksimalkan untu pembelajaran dan penggunaan teknologinya," Marthen menambahkan.

Selain meningkatkan literasi, kata Marthen, masyarakat di daerah 3T juga harus dibekali dengan pondasi berpikir kritis. Menurutnya, berpikir kritis bukan suatu hal yang otomatis dan bukan bawaan lahir, tetapi perlu dikembangkan dan terus diasah.

Marthen juga berpendapat, peningkatan literasi digital dan berpikir kritis bagi masyarakat juga harus didukung oleh lingkungan sekitar. Jika lingkungan membatasi masyarakat melakukan hal tersebut, justru peningkatan literasi digital dan berpikir kritis tidak bisa dilakukan.

"Kalau lingkungan membatasi untuk mencari informasi baru, itu tidak support. Yang pertama, semua pendapat perlu dihargai, diskusi harus terbuka," ucap Marthen.

Sementara, Redaktur Pelaksana Liputan6.com, Edu Krisnadefa menyebut bahwa peningkatan literasi digital sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di daerah 3T. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah terpapar informasi palsu atau hoaks.

Edu mengatakan, hoaks memiliki dampak yang negatif bagi kehidupan masyarakat, bahkan hoaks bisa menjadi senjata mematikan membunuh seseorang.

"Hoaks itu bahaya sekali. Yang pertama, hoaks bisa menimbulkan perpecahan. Pada Pemilu 2014 dan 2019, masyarakat sempat terjadi polarisasi karena isu-isu hoaks," tutur Edu.

Selanjutnya, hoaks juga bisa berpengaruh kepada psikologis seseorang. Jika seseorang terus menerus terpapar hoaks, maka ia tidak akan percaya kepada fakta. Namun, lebih memilihi percaya pada informasi yang sesuai dengan emosinya saja.

"Psikologis terganggu, karena semakin kita terpapar hoaks, kita jadi bingung. Ini sangat dikhawatirkan bagi kesehatan mental kita. Orang yang sering terpapar hoaks, sering punya pandangan negatif terhadap suatu informasi," kata Edu.

Menurut Edu, berita palsu atau hoaks juga pernah tercatat menjadi mesin pembunuh. Misalnya saja, ketika dunia tengah dilanda pandemi virus corona COVID-19. Banyak korban meninggal dunia karena terpapar hoaks dan tidak percaya dengan bahanya virus tersebut.

"Korban jiwa ini paling parah. Hoaks ini bisa membunuh. Ada studi, ada sebuah survei di Amerika Serikat, ada 800an orang yang meninggal karena terpapar hoaks COVID-19," ucap Edu.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya