Citizen6, Jakarta Pendidikan amat penting bagi tiap orang. Seseorang dengan pendidikan tinggi mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan hidup yang layak. Karenanya, tak heran pemerintah senantiasa menggaungkan anjuran menyelesaikan pendidikan minimal sembilan tahun.
Sayangnya, di negara-negara berkembang dan negara dunia ketiga, sumber daya untuk pendidikan masih sangat minim. Tak hanya guru dan buku penunjang, transportasi pun masih kerap menjadi kendala bagi para siswa untuk bisa sampai di sekolah.
Untungnya, siswa-siswa yang mesti menempuh jarak jauh untuk tiba di sekolah tersebut, bukanlah siswa-siswa yang manja. Mereka tetap bersemangat pergi ke sekolah meski bahaya mengintai perjalanan mereka. Berikut potret mereka yang menentang bahaya untuk sampai di sekolah.
Advertisement
Foto di atas adalah foto siswa-siswa di Lebak yang mesti menyeberangi jembatan gantung yang rusak parah untuk bisa sampai di sekolah mereka.
Selanjutnya
Siswa-siswa ini terpaksa menggunakan tangga kayu tanpa pegangan untuk sampai ke sekolah mereka di Desa Zhang Jiawan, Cina Selatan. Tangga tersebut hanya ditempelkan ke dinding bukit. Saat hujan tiba, tangga menjadi lebih licin sehingga perjalanan mereka ke sekolah pun lebih berbahaya.
Advertisement
Selanjutnya
Siswa sekolah dasar di Padang, Sumatera Barat ini harus melintasi sungai menggunakan tali dan jembatan yang rusak. Ketinggian 30 meter dari atas sungai tidak membuat mereka gentar.
Selanjutnya
Siswa-siswa di Himalaya lain lagi. Setiap berangkat ke sekolah, mereka mesti menempuh padang es yang berbahaya. Es yang licin membuat mereka mesti berhati-hati. Mereka juga mesti memperhatikan langkah mereka. Jangan sampai es yang mereka pijak ternyata terlalu tipis dan membuat mereka terjeblos ke dalam es.
Advertisement
Selanjutnya
Para murid dari sebuah sekolah di Kolombia mesti melintasi menantang bahaya menyeberangi sungai dengan kabel. Ketinggian 400 meter dari atas sungai tidak membuat mereka takut meski mereka hanya menggunakan karung sebagai tempat duduk.
Selanjutnya
Siswa-siswa sekolah dasar di Riau mesti mendayung perahu terlebih dahulu untuk bisa sampai ke sekolah. Sungai yang mereka lewati bukannya tanpa bahaya. Ular dan buaya mengintai bagi siswa-siswa yang lengah.
Advertisement
Selanjutnya
Untuk mencapai sekolahnya di Dujiangyan, Cina, siswa-siswa mesti melintasi jembatan yang rusak di tengah salju. Jika tidak hati-hati, mereka bisa tergelincir dan jatuh ke bawah.
Selanjutnya
Murid-murid di sebuah sekolah dasar di Cilangkap mesti menyeberangi Sungai Ciherang menggunakan rakit sederhana untuk bisa sampai di sekolah.
Advertisement
Selanjutnya
Murid-murid sebuah sekolah di Beldanga, India ini tetap tersenyum meski harus berdesakan di atas gerobak. Kapasitas yang melebihi muatan, bisa berbahaya bagi murid-murid tersebut. Sayangnya, jutaaan-jutaan anak-anak melakukan perjalanan ke sekolah dengan transportasi tersebut di negara-negara kurang berkembang.
Selanjutnya
Siswa-siswa ini menyeberangi sungai menggunakan ban yang digunakan bersama-sama untuk sampai ke sekolah mereka di Rizal, Filipina. Sangat berbahaya. Bila mereka tidak bisa berenang, saat terjatuh dari ban mereka bisa tewas tenggelam.
Advertisement
Selanjutnya
Sekolah Dasar Gulu di Cina terletak di antara pegunungan. Butuh waktu 5 jam untuk pergi ke sekolah dari bawah. Siswa-siswa ini menantang bahaya untuk pergi sekolah. Jalanan yang mereka tempuh begitu sempit dan curam. Mereka harus berpegangan erat pada celah-celah dinding gunung.
Nah, jika Anda tak mesti menempuh perjalanan berbahaya untuk pergi ke sekolah, sudah semestinya Anda bersyukur bukan? Dan semoga pemerintah pun lebih sensitif terhadap kendala yang dihadapi dunia pendidikan di daerah-daerah terpencil.
***Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini