Cethe: "Manunggaling" Rokok-Kopi

Rokok dan kopi sepertinya saling melengkapi satu sama lain, termasuk dalam wujud karya seni

oleh Rina Nurjanah diperbarui 30 Mei 2015, 08:08 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2015, 08:08 WIB
Cethe: Manunggaling Rokok-Kopi

Citizen6, Jakarta Cethe, budaya yang dibawa dari kota penghasil marmer terbesar di ujung timur pulau Jawa, Tulungagung, ini memadukan kopi dan rokok dalam sebuah cita rasa seni. Cethe merupakan kegiatan 'membatik' dengan ampas kopi pada sebatang rokok. Gambar yang dibuat mulai dari motif batik bahkan hingga wajah realis.

Ampas kopi yang biasa digunakan haluslah ampas kopi yang sangat halus, disebut sebagai wedang kopi cethe. Untuk mendapatkan ampas kopi ini pertama tentu saja bubuk kopi yang sangat halus, kemudian diseduh seperti biasa. Jika diseduh dalam gelas, biarkan hingga semua ampasnya turun dan mengendap, setelah itu air kopinya dipindahkan ke wadah lain. Bisa juga dengan menyeduhnya di atas piring kecil dan mengeringkannya dengan tissue sehingga diperoleh endapan yang lebih baik.

Setelah endapan kopi terkumpul, alat yang digunakan untuk nyethe bisa tusuk gigi ataupun sebatang korek api dengan ujung yang runcing. Perlu kehati-hatian luar biasa untuk nyethe ini mengingat kertas pembungkus rokok yang tipis dan mudah hancur. Setelah gambar selesai dibuat, rokok dikeringkan sampai benar-benar kering dan tidak tersisa  endapan kopi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Rokok dan kopi seperti teman sejati. Mereka bisa bekerja sama menemani obrolan hingga pagi. Mereka juga bisa bergabung mengusir sakit kepala hingga sakit hati, menenangkan diri. Lalu mereka bersatu dalam sebuah karya seni, manunggaling rokok-kopi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya