Gerakan Ternak Ayam untuk Orang Berkebutuhan Khusus di Ponorogo

Stigma negatif memang masih melekat pada teman-teman penyandang keterbelakangan mental.

oleh Karmin Winarta diperbarui 16 Mei 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2017, 13:00 WIB
Gerakan Ternak Ayam untuk Orang Berkebutuhan Khusus di Ponorogo
Foto: Istimewa

Liputan6.com, Jakarta Gerakan Ternak Ayam Community, Latih Orang-Orang Idiot (Down Syndrom) Hidup Mandiri

Penderita keterbelakangan mental sering dianggap sebagai kelompok masyarakat yang tidak produktif . Mereka seringkali kesulitan dalam pemenuhan kebutuhanya sehari-hari. Kebanyakan dari mereka hanya mengandalkan bantuan dari orang lain dan tidak bisa mandiri. Tentunya mereka tidak bisa selamanya menjadi beban bagi orang lain.

Karena kondisi tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dan beberapa pemuda di Kabupaten Ponorogo akhirnya menggagas sebuah komunitas yang disebut "Gerakan Ternak Ayam Community". Komunitas ini berdiri sebagai bentuk aksi kemanusiaan untuk meningkatkan perekonomian penyandang keterbelakangan mental melalui pelatihan berternak ayam. Gerakan ini berpusat di salah satu Desa di Ponorogo, yaitu Desa Krebet Kecamatan Jambon yang dikenal sebagai “kampung idiot”.

Foto: Istimewa

"Stigma negatif memang masih melekat pada teman-teman penyandang keterbelakangan mental. Mereka itu juga manusia, namun sering tidak dimanusiakan dan dianggap tidak bisa melakukan apa-apa. Isu ini juga jarang sekali disentuh anak muda.

Namun, ini justru jadi kesempatan kami untuk berkontribusi," ujar penggagas Gerakan Ternak Ayam Community, Yonatan Yolius Anggara. Kepedulian diberikan dengan jalan melatih penyandang keterbelakangan mental dengan keterampilan beternak ayam.Tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pendapatan para penyandang keterbelakangan mental.

"Kegiatan kami ini bekerja sama dengan Komunitas Peduli Pendidikan dan Rumah Kasih Sayang. Kami juga mengikutsertakan komunitas kami ini dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa yang diadakan oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi.

Hibah dana dari program ini kami gunakan untuk mengembangkan program yang telah kami rancang," sambung mahasiswa jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta tersebut Komunitas ini memiliki sekitar 20 volunteer dari berbagai kalangan masyarakat. Volunteer tersebut kebanyakan masih menempuh pendidikan jenjang SMA maupun Perguruan Tinggi

"Pembentukan komunitas ini juga dibantu 4 teman saya. Enyf Fahria, Siti Ma’rifah Sa’diyah, Muhammad Nuris Udzma dan Reni Refitaningsih Peby Ria. Mereka adalah rekan saya di kampung halaman dulu. Kami berempat memiliki pemikiran yang tidak sama dan memiliki ranah kajian berbeda pula. Namun justru itu yang membuat kami bisa saling melengkapi ide, satu sama lain," lanjut dia.

Lewat komunitas ini, Yonatan berharap dapat menciptakan wadah bagi anak-anak muda untuk melatih para penyandang keterbelakangan mental di Desa Krebet untuk hidup mandiri . "Kami ingin memuliakan sekaligus membantu penyandang keterbelakangan mental hidup mandiri dan tidak dianggap sebelah mata," tambah laki-laki kelahiran Ponorogo, 13 Juli 1996 tersebut.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya