Arsip Nasional Indonesia Dinilai Bisa Jadi Solusi Persoalan Dunia

Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Rieke Diah Pitaloka menyampaikan gagasan-gagasan besar yang selalu diperjuangkan Presiden Sukarno di Konferensi Bandung-Belgrade-Havana In Global History and Perspective.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 07 Nov 2022, 21:08 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2022, 21:00 WIB
Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Rieke Diah Pitaloka menyampaikan gagasan-gagasan besar yang selalu diperjuangkan Presiden Sukarno pada Senin (7/11/2022).
Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Rieke Diah Pitaloka menyampaikan gagasan-gagasan besar yang selalu diperjuangkan Presiden Sukarno pada Senin (7/11/2022). (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Rieke Diah Pitaloka menyampaikan gagasan-gagasan besar yang selalu diperjuangkan Presiden Sukarno di Konferensi Bandung-Belgrade-Havana In Global History and Perspective di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta pada Senin (7/11/2022).

Acara tersebut bertajuk 'What Dreams, What Challenges, What Projects for a Global Future?".

Dalam kesempatan itu, Rieke menegaskan, Presiden Sukarno selalu mengedepankan misi perdamaian dan keadilan dalam perjalanan politiknya.

Oleh karenanya, Konferensi Bandung-Belgrade-Havana In Global History and Perspective ini, memiliki keterkaitan dengan Konferensi Asia Afrika.

"Konferensi Bandung-Belgrade-Havana ini merupakan kesempatan berharga sekaligus kehormatan bagi saya, berbicara di hadapan perwakilan dari Perancis, India, China, Kanada, Brazil, Uruguay, Kanada, Burkina Faso, dan Serbia," ujar Rieke melalui keterangan tertulis, Senin (7/11/2022).

"Salam hormat kepada para peserta sejarawan, budayawan, akademisi, para perwakilan pemimpin lembaga negara, kepala daerah, dan organisasi masyarakat, organisasi politik, dan rekan-rekan media. Salam persaudaraan untuk seluruh peserta yang hadir secara langsung maupun online, yang berasal dari 42 negara dari benua Asia, Afrika, Amerika, Australian dan Eropa," sambung dia.

Kemudian, menurut Rieke, konferensi tersebut masih berhubungan dengan Konferensi Asia Afrika (KAA). Rieke menjelaskan, sejarah mencatat, Konferensi Asia Afrika Tahun 1955 diikuti oleh 200 delegasi, berasal dari 29 negara, menghasilkan sebuah komunike akhir, yakni Dasa Sila Bandung, yang sangat inspiratif dan menjadi tonggak sejarah dunia.

"Sepuluh tahun setelah konferensi tersebut berlangsung, terdapat 41 negara di Asia dan Afrika mendeklarasikan kemerdekaannya. Sekarang negara Asia Afrika telah merdeka. Tapi, ada satu utang sejarah kemerdekaan yang harus diperjuangkan, yaitu kemerdekaan Palestina. Secara pribadi dalam kesempatan ini saya pun menyatakan sikap terus berjuang bagi kemerdekaan Palestina," terang dia.

 

Pidato Sukarno

Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Rieke Diah Pitaloka menyampaikan gagasan-gagasan besar yang selalu diperjuangkan Presiden Sukarno pada Senin (7/11/2022).
Duta Arsip Nasional Republik Indonesia Rieke Diah Pitaloka menyampaikan gagasan-gagasan besar yang selalu diperjuangkan Presiden Sukarno pada Senin (7/11/2022). (Istimewa)

Dalam kesempatan itu, Rieke juga mengaku mendapat petunjuk penting dalam arsip berusia 61 tahun, tepatnya arsip Pidato Bung Karno pada saat kembali dari Beograd, 21 September 1961.

Menurut dia, dalam arsip tersebut Bung Karno mengatakan, Konferensi Beograd merupakan konferensi dari negara-negara yang menyatakan dirinya ‘Non-Blok’. Negara-negara yang tidak terikat pada dua blok besar kekuasaan politik abad-20, yaitu Amerika dan Uni Soviet.

"Kita semuanya adalah committed. Committed pada apa? Committed kepada perjuangan mengejar perdamaian, committed pada perjuangan menghancurkan imperialis dan kolonialisme, committed kepada perjuangan untuk memberikan kehidupan yang bahagia kepada rakyat kita masing-masing," ucap Rieke menirukan Pidato Bung Karno.

Namun, sambung dia, pola relasi internasional yang terjadi saat ini justru menjadikan dunia dalam situasi Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous (VUCA).

Menurut Rieke, kenyataan itu disahihkan oleh Bank Dunia yang menyatakan dibutuhkannya 'ethics in action' dalam ekonomi politik internasional, dan World Economic Forum menyatakan dunia berhadapan dengan polarisasi sosial.

"Bagi saya, situasi ini mengindikasikan tingginya tingkat ketimpangan pendapatan dan ketidakadilan sosial di panggung global. Situasi ini jugu menandakan lahirnya New Cold War, 'Perang Dingin Baru', yang bermuatan perang dagang, perang keuangan, perang Information Communication Technology (ICT War)," papar Rieke.

 

Semangat Harus Terus Digelorakan

Resmi 15 Tahun Jabat Anggota DPR, Ini 6 Potret Rieke Diah Pitaloka Turun Lapangan
Rieke Diah Pitaloka (Sumber: Instagram/riekediahp)

Karenanya, lanjut Rieke, semangat Konferensi Asia Afrika 1955, semangat KTT Non-Blok di Beograd 1961, tetap relevan, aktual, dan vital.

Ia pun memahami mengapa Bung Karno menggagas tentang Revolution of Mankind, Revolusi Kemanusiaan yang tidak terjebak pada istilah perang atau damai, dalam Konferensi di Beograd.

"Semangat Bandung-Beograd-Havana yang tersimpan dalam arsip bukan dongeng tentang cita-cita para pendahulu kita. Arsip tersebut adalah petunjuk perjalanan ke masa depan bagi bangsa-bangsa. Arsip itu merupakan petunjuk untuk membebaskan dunia dari ketertindasan, kebodohan, kemiskinan, ketimpangan, dan kehinaan," tegas Rieke.

Motogp
Infografis MotoGP Indonesia Mandalika 2022. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya