Liputan6.com, Jakarta - Bukan hanya Bitcoin, semua cryptocurrency atau aset kripto jajaran teratas nampaknya terkena dampak dari rilis bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) yang belum lama ini dikeluarkan.
Mulai dari Bitcoin, Ethereum, Binance, Tether, hingga Solana terlihat berada di zona merah. Situasi itu tentu membuat trader crypto panas dingin. Seperti di pasar modal, investor atau trader bitcoin harus bisa mengenali situasi yang terjadi, untuk selanjutnya menentukan keputusan.
Baca Juga
Dilansir dari laman instagram @pintu_id, sebelum mengambil keputusan perlu utk lebih dahulu mencermati apa itu bear & Bull Market.
Advertisement
"Bear market adalah kondisi saat penawaran lebih banyak daripada permintaan dan harga sedang turun. Sedangkan Bull market adalah tren di dunia kripto saat permintaan lebih tinggi dari penawaran,” demikian dikutip, Minggu (9/1/2022).
Perlu diingat, pasar kripto masih tergolong baru dibandingkan pasar aset lainnya, terutama di Indonesia. Sehingga perubahannya tergolong cepat.
"Selain itu, pasar kripto sangat berkaitan erat dengan kondisi perekonomian di dunia,”.
Sebagai contoh, saat pusat saham besar seperti indeks S&P 500 merosot, harga Bitcoin juga ikut menurun. Termasuk ppandmei covid-19 yang juga berimbas pada aset lainnya, Bitcoin-pun demikian. “Bahkan, covid-19 merupakan pemicu bear market pada 2020 yang berlangsung selama 5 bulan,”
Saat memasuki bear market, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, analisis dan memindahkan aset kripto sebelum bear market terjadi.
Kedua, buy the dip saat terjadi bear market. But the dip adalah sebuah istilah dalam investasi yang mengacu pada sikap investor yang memborong suatu aset ketika harganya turun. Atau bisa juga untuk hold, dan menunggu hingga market kembali bull.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Aset Kripto 8 Januari 2022
Sebelumnya, bukan hanya Bitcoin, semua cryptocurrency jajaran teratas nampaknya terkena dampak dari rilis bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) yang belum lama ini dikeluarkan. Mulai dari Bitcoin, Ethereum, Binance, Tether, hingga Solana terlihat berada di zona merah.
Berdasarkan pantauan data dari Coinmarketcap, Sabtu pagi (8/1/2022), Bitcoin (BTC) masih terus melemah sebesar 3,19 persen dalam 24 jam terakhir dan 9,99 persen dalam 7 hari terakhir.
Hingga saat ini, Bitcoin masih berada dalam tingkatan level terendahnya dalam 3 bulan terakhir yaitu USD 41.799,75 per koin atau setara Rp 598,5 juta (asumsi kurs Rp 14.318 per dolar AS).
Sama seperti Bitcoin, meskipun fenomena NFT terus berkembang, Ethereum (ETH) hingga saat ini masih belum menunjukkan penguatan, dalam 24 jam terakhir ETH melemah 6,67 persen ke level USD 3.203,76 per koin. Dalam 7 hari terakhir terlihat penurunan yang sangat besar bagi ETH yaitu hingga 13,33 persen.
Tether (USDT) dan Binance coin (BNB) juga menunjukkan grafik yang masih bearish. Namun, jika dilihat dari grafiknya, USDT masih terlihat lebih stabil.
USDT hanya melemah 0,01 persen dalam 24 jam terakhir. Hal tersebut tidak memberikan banyak perubahan harga bagi USDT, saat ini USDT berada di harga USD 1,00 per koin.
Selain terlihat lebih stabil, kapitalisasi pasar USDT berhasil merebut posisi 3 yang sebelumnya ditempati oleh BNB. Dengan begitu, BNB harus rela berada di posisi ke-4.
Sedangkan BNB masih mengalami penurunan yang cukup besar dalam 24 jam terakhir yaitu 5,41 persen, yang membuat BNB berada di level US$ 449,64 per koin. Solana yang sempat sedikit menguat kemarin, hari ini harus kembali melemah sebesar 8,54 persen dalam 24 jam terakhir, membuatnya berada di level USD 138,09 per koin.
Pada perdagangan aset kripto Sabtu pagi ini dapat disimpulkan jajaran teratas aset kripto masih menunjukkan sentimen mearish dan belum menunjukkan sinyal untuk Bullish dalam waktu dekat.
Advertisement