Kripto Anjlok, Ini Penjelasan Analis

Research Analyst Zipmex Indonesia Fahmi Almuttaqin menyampaikan pergerakan pasar kripto juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 14 Jun 2022, 18:21 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2022, 18:21 WIB
Aset Kripto
Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi sosiopolitik global yang tidak menentu telah membawa perekonomian Amerika Serikat mengalami inflasi sebesar 8,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Tingkat ini mencatat rekor tertinggi sejak 1981. 

Untuk menekan laju inflasi, bank sentral Amerika Serikat, The Fed memberikan sinyal akan kembali menaikkan suku bunga. Akibatnya, investor institusional cenderung beralih ke instrumen investasi yang dinilai berisiko lebih rendah. 

Hal ini berdampak pada penurunan permintaan pada instrumen investasi dengan profil risiko yang lebih tinggi, seperti saham perusahaan teknologi dan aset kripto, yang mengakibatkan penurunan nilai pasar aset digital secara keseluruhan.

Menanggapi hal tersebut, Research Analyst Zipmex Indonesia, Fahmi Almuttaqin menyampaikan pergerakan pasar kripto juga dapat turut dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya. 

"Setelah terjadinya insiden pada stablecoin Terra USD dan saudaranya Luna pada Mei lalu, investor aset kripto kini diterpa krisis kepercayaan akibat dibekukannya fitur penarikan dana di Celsius Network, sebuah platform digital yang memungkinkan penggunanya mengajukan pinjaman dengan aset kripto sebagai jaminan,” jelas Fahmi dalam keterangan tertulis, Selasa (14/6/2022).

Meskipun begitu, Fahmi menjelaskan jumlah dompet dengan kepemilikan lebih dari 10.000 Bitcoin tercatat mengalami kenaikan dalam beberapa minggu terakhir. Situasi ini mencerminkan posisi investor skala besar yang berada dalam posisi akumulasi mengingat data Coinbase Premium Index masih berada pada angka negatif. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indeks Coinbase Premium

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Coinbase Premium Index sendiri merupakan sebuah indeks yang kerap digunakan untuk menjadi penanda seberapa besar permintaan terhadap Bitcoin. Indeks di angka negatif menunjukkan keengganan investor asal Amerika Serikat untuk membeli Bitcoin pada harga premium.

“Harga aset kripto pada umumnya berkorelasi dengan jumlah wallet yang menyimpan Bitcoin dalam jumlah signifikan. Bila kita melihat data historikal, jumlah wallet dengan kategori ini mengalami penurunan terbesar di puncak harga Bitcoin pada 2021. Artinya, periode tersebut merupakan waktu di mana investor merealisasikan profit atas aset Bitcoin yang dimilikinya,” jelas Fahmi.

Kenaikan jumlah wallet yang memiliki lebih dari 10.000 Bitcoin dalam beberapa minggu terakhir memberikan sinyal positif, karena kondisi ini mengindikasikan investor besar masih memiliki kepercayaan terhadap nilai Bitcoin. 

“Selain itu, projek-projek berbasis teknologi blockchain seperti NFT, DeFi, atau Play to Earn berkualitas tinggi yang baru dibangun pada tahun 2021 terpantau mulai menunjukkan progresnya di tahun 2022 dan berpotensi berkontribusi pada peningkatan nilai pasar secara keseluruhan,” pungkas Fahmi.

Bitcoin Sempat Turun di Bawah Rp 309 Juta Imbas Aksi Jual Berlanjut

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Sebelumnya, bitcoin sempat turun di bawah USD 21.000 atau sekitar Rp 309 juta pada Selasa siang (14/6/2022) sebelum bangkit kembali sedikit, melanjutkan penurunannya karena investor menjual aset berisiko.

Cryptocurrency terbesar di dunia turun hampir 14 persen dalam 24 jam terakhir, sementara ethereum jatuh lebih dari 12 persen selama periode yang sama, menurut data Coinbase.

Kepala perdagangan dan analisis teknis di pertukaran kripto ZebPay, Nirmal Ranga mengatakan semuanya terbakar sekarang, baik itu saham, baik itu aset kripto atau apa pun. 

"Apa yang Anda lihat di pasar adalah ketakutan, ketidakpastian, dan keraguan. Secara teknis, pasar terlihat oversold dan harus ada dasar yang akan kita capai dalam bitcoin di masa mendatang,” ujar Ranga dikutip dari CNBC, Selasa, 14 Juni 2022.

Aset kripto telah terpukul sejak Senin karena platform pinjaman kripto Celsius menghentikan penarikan, dan beberapa perusahaan memangkas pekerjaan. Celsius mengatakan penarikan, pertukaran, dan transfer antar akun akan dihentikan karena "kondisi pasar yang ekstrem" dan langkah itu dimaksudkan untuk menstabilkan likuiditas dan operasi.

“Kami mengambil tindakan ini hari ini untuk menempatkan Celsius pada posisi yang lebih baik untuk menghormati, seiring waktu, kewajiban penarikannya,” kata perusahaan itu dalam sebuah pengumuman.

Kapitalisasi Pasar Susut Rp 2.940 Triliun

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Kapitalisasi pasar untuk cryptocurrency tergelincir di bawah USD 1 triliun pada Senin untuk pertama kalinya sejak Februari 2021, data dari CoinMarketCap menunjukkan. Sekitar USD 200 miliar atau sekitar Rp 2.940 triliun (asumsi kurs Rp 14.702 per dolar AS) telah dihapus dari pasar dalam beberapa hari terakhir.

Aksi jual kripto terjadi karena investor secara luas menghindari aset berisiko dengan latar belakang kekhawatiran atas potensi resesi global karena bank sentral utama di seluruh dunia menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi. 

Pembuat kebijakan di Federal Reserve AS sekarang sedang mempertimbangkan gagasan kenaikan suku bunga 75 basis poin akhir pekan ini, menurut Steve Liesman dari CNBC. Itu lebih besar dari kenaikan 50 basis poin yang diharapkan banyak pedagang. 

Kenaikan suku bunga cenderung membuat pendapatan masa depan untuk aset pertumbuhan terlihat kurang menarik. Di sisi lain, Bitcoin telah jatuh hampir 70 persen dari level tertinggi sepanjang masa pada November 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya